Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Oleh
Muhammad Deni Kurniawan
I4061192054

PEMBIMBING:
dr. Silvia Erfan, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAN
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI
BANGKONG
PONTIANAK
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Referat dengan Judul:

Gangguan Kepribadian Paranoid

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kedokteran Jiwa

Pontianak, 22 Oktober 2021

Pembimbing, Disusun Oleh

dr. Silvia Erfan, Sp. KJ Muhammad Deni Kurniawan, S. Ked


I. PENDAHULUAN
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas emosional dan perilaku yang
menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari. Kepribadian merupakan kata yang
menunjukkan pola perilaku yang menetap pada diri seseorang dan juga cara orang
tersebut dalam merasakan sesuatu. Karakter kepribadian secara mencolok
membedakan diri seseorang dengan orang lain. Kepribadian relatif stabil dan dapat
diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter seseorang
yang tidak seperti pada umumnya yang ditemukan pada sebagian besar orang. Sifat
kepribadian yang tidak fleksibel dan maladaptif dapat menyebabkan gangguan
fungsional yang bermakna atau penderitaan bagi seseorang.(1,2)
Gangguan kepribadian yang merupakan pola kronis dari perasaan dan
tingkahlaku secara mencolok menyimpang dari kebiasaan dan harapan yang berlaku
dalam kehidupan, entah norma secara kelompok atau pribadi. Mereka yang
mengalami gangguan kepribadian cenderung akan berperilaku kaku, tidak fleksibel,
dan maladaptif, sehingga menyebabkan penderita pada hilangnya fungsi mental
seperti terjadinya perasaan sedih yang bersifat merusak di dalam diri penderita.(1)
Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan
menyangkal masalahnya dibandingkan orang dengan gangguan kecemasan, gangguan
depresif, atau gangguan obsesif-kompulsif. Gejala gangguan kepribadian adalah alo-
astik (yaitu mampu mengadaptasi dan mengubah lingkungan eksternal) dan ego-
sintonik (yaitu, dapat diterima oleh ego orang tersebut). Mereka dengan gangguan
kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya, karena orang
tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat
sebagai gejalanya, mereka seringkali dianggap sebagai tidak bermotivasi untuk
pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.(2)

3
II. KLASIFIKASI
Gangguan kepribadian dikelompokkan kedalam tiga kelompok dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV).
Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal.
Orang dengan gangguan ini seringkali tampak aneh dan ekstrinsik. Kelompok B
terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik. Orang
dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-
kompulsif, serta satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak
ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan
kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau
ketakutan.(4)
Banyak orang yang menunjukkan sifat yang tidak terbatas pada gangguan
kepribadian tunggal. Jika seorang pasien memenuhi kriteria untuk lebih dari satu
gangguan kepribadian, masing-masing harus didiagnosis. Gangguan kepribadian
dikodekan dalam Aksis II menurut DSM-IV.(2,4)
Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental
seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana
berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang
bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan ini biasa muncul pada
masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percaya dan
kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan
kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan
dirinya.(1)

4
III. GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel
dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan
subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar
kaku terhadap situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan
sekitarnya. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri
terhadap tuntutan eksternal, sehingga akhirnya pola tersebut bersifat self-defeating.
Sikap kepribadian yang terganggu itu akan semakin nyata pada saat remaja awal
masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin lama
semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit diubah. Dapat disimpulkan
bahwa seseorang dengan gangguan kepribadian akan menunjukkan pola relasi dan
persepsi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel,
maladaptif, serta berakar mendalam.(5)
Paranoid adalah  gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini
bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya.Dikatakan sebagai bentuk gangguan
bila perilaku tersebut sifatnya irasional, menetap, mengganggu, dan membuat stres. (6)

IV. DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID


Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga
yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dilihat
sebagai seorang agresor terhadapnya, dimana ia harus mempertahankan dirinya. Ia
bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia
mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan
demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatkan banyak musuh.(7)
Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan
kecenderungan yang sudah umum, yaitu suka melemparkan tanggung jawab kepada
orang lain, menolak sifat-sifat orang lain yang tidak memenuhi ukuran yang telah
dibuatnya sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga dirinya, ia membuat keterangan
yang tidak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya, tetapi yang memuaskan
emosinya sendiri. Sering diduga bahwa orang lainlah yang tidak adil, bermusuhan,

5
dan agresif.(7)
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki
kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang
lain. Tetapi mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia
nyata. Dengan kata lain, mereka berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan
yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak
nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut
merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja
mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati (ideas of reference) dan
dimanfaatkan oleh orang lain.(7)
Orang dengan kepribadian paranoid memproyeksikan konflik dan permusuhan
mereka dengan orang lain. Mereka umumnya dingin dan menjauh dari hubungan.
Mereka cenderung mencari permusuhan dan bersikap dengki terhadap orang yang
bersifat santai, jujur, dan bahkan yang bersikap positif. Seringkali rasa curiga tersebut
menimbulkan sikap agresif atau penolakan dari orang lain, sehingga tampak
membenarkan prasangka awal mereka. Penderita juga seringkali mengambil jalur
hukum untuk melawan orang lain, khususnya jika mereka merasa sepantasnya untuk
marah. Mereka tidak mampu untuk melihat kewajiban diri mereka sendiri dalam
konflik. Meskipun mereka biasanya bekerja relatif terisolasi, mereka mungkin sangat
efisien dan teliti. (7)
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid umumnya sulit untuk bergaul
dan sering memiliki masalah dengan hubungan dekat. Kecurigaan dan permusuhan
yang berlebihan dapat mereka nyatakan dan ungkapkan secara langsung. Mereka
waspada terhadap ancaman potensial, sehingga mereka mungkin bertindak dengan
cara menjaga rahasia dan tampaknya mereka bersikap dingin dan kurang memiliki
perasaan lembut. Meskipun mereka mungkin muncul tampak bersikap objektif,
rasional, dan tidak emosional, mereka lebih sering tampak labil terhadap apa yang
mempengaruhinya, dengan ekspresi bermusuhan, keras kepala, dan sarkastik yang
mendominasi. Sifat agresif dan mencurigakan bisa mendapatkan respon yang
bermusuhan pada orang lain, yang kemudian berfungsi untuk mengkonfirmasi

6
harapan asli mereka. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid kurang
memiliki kepercayaan pada orang lain, mereka memiliki kebutuhan yang berlebihan
untuk menjadi mandiri dan kuat. Mereka juga perlu memiliki tingkat kontrol yang
tinggi atas orang-orang di sekitar mereka. Mereka sering kaku, kritis terhadap orang
lain, dan tidak mampu untuk berkolaborasi, dan mereka memiliki kesulitan besar
dalam menerima kritik.(7)

V. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 -2,5 persen. Orang
dengan gangguan ini jarang mencari pengobatan sendiri. Jika dirujuk ke pengobatan
oleh pasangan atau perusahaannya, mereka seringkali menarik orang lain bersama-
sama dan tidak tampak menderita. Sanak saudara pasien skizofrenik menunjukkan
insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Gangguan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita. Insidensi
diantara homoseksual tidak lebih tinggi daripada umumnya, seperti yang dulu
diperkirakan, tetapi dipercaya lebih tinggi pada kelompok minoritas, imigran, dan
tunarungu dibandingkan populasi umum.(5)

VI. ETIOLOGI
Para peneliti saat ini tidak tahu apa yang menyebabkan gangguan kepribadian
paranoid. Ada banyak faktor tentang kemungkinan penyebab gangguan kepribadian
paranoid, seperti : (7)
 Faktor biologi/genetik.
Gangguan kepribadian paranoid lebih sering ditemukan pada sanak saudara
biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol. Seringkali
dalam suatu kasus  muncul pada individu yang memiliki anggota keluarga
dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih
mempengaruhi. Gangguan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.
 Faktor psikologis/pengasuhan.

7
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Gangguan
kepribadian tertentu juga mungkin berasal dari pola pengasuhan yang buruk yaitu
ketidaksesuaian antara temperamen dan cara membesarkan anak. Pola asuh dari
orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan
orang lain juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.

Gangguan kepribadian dianggap disebabkan oleh kombinasi pengaruh-


pengaruh genetik dan lingkungan. Jika seseorang memiliki gangguan kepribadian ini,
penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit peningkatan risiko untuk gangguan ini
akan diwariskan kepada anak-anak mereka.(7)
Meskipun penyebab yang tepat dari gangguan kepribadian tidak diketahui,
faktor-faktor tertentu tampaknya meningkatkan risiko mengembangkan atau memicu
gangguan kepribadian, termasuk:
 Riwayat keluarga gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya.
 Status sosial ekonomi rendah.
 Penelantaran masa kanak-kanak
 Kehidupan keluarga yang tidak stabil atau kacau masa kanak-kanak
 Menjadi anak didiagnosis dengan gangguan perilaku
 Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis masa kanak-
kanak.

VII. DinamikaKepribadian
Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama
yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari
penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang
digunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa
pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme

8
yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada
das Ich dan das Ueber Ich. (9)

Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian


Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitive terhadap rangsangan. Kelima fase
perkembangan kepribadian adalah sebagai
berikut
1. Fase oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut.
2. Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian
tubuh yang sensitif adalah anus.
3. Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang
sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4. Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini dorongan
seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5. Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan masa ini
individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi. .(9)

9
VIII. GAMBARAN KLINIS
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecenderungan yang
pervasif dan tidak diinginkan, dimulai pada masa dewasa awal dan ada dalam
berbagai konteks, sering menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai
merendahkan atau mengancam secara disengaja. Hampir selalu orang dengan
gangguan menganggap dieksploitasi atau disakiti oleh orang lain dalam suatu cara.
Seringkali mereka bertanya tanpa pertimbangan tentang loyalitas dan kejujuran teman
atau rekan kerjanya. Seringkali orang tersebut cemburu secara patologis, bertanya-
tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangannya atau mitra seksualnya.
Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan
proyeksi, yaitu mereka melemparkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak
dapat diterimanya sendiri. (7)
Pasien dengan gangguan ini terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki
emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu berpikir rasional dan
objektif, tetapi sebenarnya tidak. Mereka kehilangan kehangatan dan terkesan dengan
dan memberikan perhatian pada kekuatan dan urutan, mengekspresikan hinaan pada
orang yang dipandangnya sebagai lemah, sakit, terganggu, atau mengalami
kekurangan dalam suatu hal. Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan
kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka
seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.(7)
Tidak ada temuan fisik tertentu yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan temuan yang terkait dengan
konsekuensi dan gejala sisa gangguan kepribadian yang beragam.(7)

IX. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
tampak tegang dan keheranan karena diminta mencari bantuan psikiatrik. Ketegangan
otot, tidak dapat santai, dan kebutuhan untuk mencari petunjuk-petunjuk di

10
lingkungan mungkin ditemukan. Afek pasien seringkali tanpa humor dan serius.
Walaupun beberapa alasan argumentasi mereka mungkin salah, pembicaraan mereka
adalah diarahkan oleh tujuan dan logis. Isi pikiran mereka menunjukkan bukti-bukti
proyeksi, praduga, dan kadang-kadang gagasan mengenai diri sendiri (ideas of
reference). (8)

Tabel Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kepribadian Paranoid sesuai DSM IV


A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga
motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal
dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau
lebih) berikut :
1) Curiga tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan, atau menghianati dirinya.
2) Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas
atau kejujuran teman atau rekan kerja.
3) Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang
tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan
dirinya.
4) Membaca arti merendahkan atau ada ancaman yang tersembunyi dari
ucapan atau kejadian yang biasa.
5) Secara persisten menaruh dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian,
cedera, atau kelalaian.
6) Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak
tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas
menyerang.
7) Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang
kesetiaan pasangan atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood
dengan cirri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

11
Catatan : jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan
“pramorbid” misalnya, “gangguan kepribadian paranoid (pramorbid).”

Pedoman Diagnostik Gangguan Kepribadian Paranoid seusai dengan PPDGJ III :


 Gangguan kepribadian dengan cirri-ciri :
a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
b) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
c) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral
atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
d) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada (actual situation).
e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang
kesetiaan seksual dari pasangannya.
f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri(self-
referential attitude).
g) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan
tidak substantive dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri
pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.(2,8)

X. DIAGNOSIS BANDING
1. Waham paranoid
Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan dari gangguan
delusional karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid.
2. Skizofrenia paranoid

12
Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari skizofrenia paranoid
karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid.
3. Gangguan kepribadian ambang
Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan
kepribadian ambang karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara
berlebihan dan terganggu dalam persahabatan dengan orang lain seperti
pasien gangguan kepribadian ambang.
4. Gangguan kepribadian skizoid
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid adalah menarik diri dan
menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.(9)

XI. TERAPI
Perawatan untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk
mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan
selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada
dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita
akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan
utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama, seperti program
untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah,
membangun sikap jujur kepada diri sendiri. Semuanya akan menyempurnakan dan
membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial
terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga,
kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si
penderita.(7)
Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Terapis harus langsung dalam
menghadapi pasien. Terapis harus mengingat bahwa kejujuran dan toleransi
keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien dengan gangguan ini. Dengan
demikian psikoterapi individual memerlukan gaya yang professional dan tidak terlalu
hangat dari terapis. (7)

13
Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
menjadi sangat mengancam sehingga terapis harus mengendalikannya atau
menentukan batas dalam hal tersebut.(7)

Psikoterapi 
Psikoterapi adalah cara utama untuk mengobati gangguan kepribadian.
Psikoterapi adalah istilah umum untuk proses mengobati gangguan kepribadian
dengan berbicara tentang kondisi dan isu-isu terkait dengan penyedia kesehatan
mental. Selama psikoterapi, pasien belajar tentang kondisi dan suasana hati, perasaan,
pikiran dan perilaku dengan menggunakan wawasan dan pengetahuan yang pasien
peroleh dalam psikoterapi, pasien dapat mempelajari cara-cara sehat untuk mengelola
gejala. (7)
Jenis psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian dapat
meliputi: (7)
 Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku dialektis CBT (Cognitive Behavior Therapy) adalah terapi
berdasarkan keterampilan (dikembangkan oleh Marsha Linehan, Ph.D) yang dapat
digunakan pada format perorangan dan format kelompok. Ini adalah jenis terapi
perilaku kognitif yang mengajarkan keterampilan perilaku untuk membantu pasien
menoleransi stres, mengatur emosi dan meningkatkan hubungan dengan orang lain.
Penekanan terapi berbasis pada pengembangan keterampilan untuk meningkatkan
stabilitas afektif dan pengendalian impuls dan mengurangi diri perilaku berbahaya. (7)
Terapi kognitif (CBT) didasarkan pada gagasan bahwa kesalahan kognitif
didasarkan pada keyakinan lama yang mempengaruhi makna yang dilekatkan pada
peristiwa interpersonal. Ini berkaitan dengan bagaimana orang berpikir tentang dunia
mereka dan persepsi mereka itu. Bentuk sangat aktif dari terapi ini mengidentifikasi
distorsi dan melibatkan pasien dalam upaya untuk merumuskan persepsi dan
perilaku. Terapi ini biasanya terbatas pada episode 6-20 minggu, sekali

14
seminggu. Dalam kasus gangguan kepribadian, episode terapi sering diulang selama
bertahun-tahun. (7)
 Psikoterapi psikodinamik
Psikoterapi psikodinamik menelaah cara-cara bahwa pasien memahami
peristiwa, didasarkan pada asumsi bahwa persepsi dibentuk oleh pengalaman hidup
awal. Psikoterapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi distorsi persepsi dan sumber-
sumber riwayat mereka dan untuk memfasilitasi pengembangan lebih adaptif dari
model persepsi dan respon. Terapi ini berfokus pada peningkatan kesadaran pikiran
bawah sadar pasien dan perilaku, mengembangkan wawasan baru ke dalam motivasi
pasien, dan menyelesaikan konflik untuk hidup lebih bahagia. (7)

 Psikoedukasi
Terapi ini mengajarkan pasien - dan kadang-kadang keluarga dan teman -
tentang penyakit pasien, termasuk perawatan, dan kemampuan memecahkan masalah.
Psikoterapi dapat diberikan dalam sesi individu, dalam terapi kelompok atau dalam
sesi yang mencakup keluarga atau bahkan teman-teman. Jenis psikoterapi yang tepat
untuk pasien tergantung pada situasi individu pasien.(7)

Farmakoterapi 
Tidak ada obat khusus yang disetujui oleh Badan Administrasi Makanan dan
Obat untuk mengobati gangguan kepribadian. Namun, beberapa jenis obat-obatan
psikiatri dapat membantu dengan gejala berbagai gangguan kepribadian.(8)
Farmakoterapi berguna untuk mengatasi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, suatu obat anti ansietas seperti diazepam (Valium) adalah
memadai. Akan tetapi, mungkin perlu untuk menggunakan suatu anti psikotik, seperti
haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani
agitasi parah atau pikiran yang sngat delusional. Obat antipsikotik, pimozide (Orap),
telah digunakan secara berhasil untuk menurunkan gagasan paranoid pada beberapa
pasien.(10)
 Obat anti depresan.

15
Antidepresan mungkin berguna jika pasien memiliki mood depresi, mudah
marah atau putus asa, yang mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian.(8)
No Golongan Nama Nama dagang Sediaan Dosis
Obat generik Anjuran
1. Trisiklik Amitriptyline Amitriptyline Drag. 25 75-150
(indofarma) mg mg/h
Tianeptine Stablon (Servier) Tab. 100 25-50
mg mg/h
Clomipramine Anafranil (Novartis) Tab. 25 75-150
mg mg/h
Imipramine Tovranil (Novartis) Tab. 25 75-150
mg mg/h
Opipramol Insidon (Novartis) Tab. 50 50-150
mg mg/h

2. Tetrasiklik Maprotiline Ludiomil (Novartis) Tab. 10 75-150


mg mg/h
Tab. 25
mg
Tab. 50
mg
Tab. 75
mg
Mianserin Tolvon (Organon) Tab. 10 30-60
mg mg/h
Tab. 30
mg

3. SSRI Sertraline Zoloft (pfizer) Tab. 50 50-100


mg mg/h
Paroxetine Seroxat (Smith- Tab. 20 20-40
Kline) mg mg/h
Fluvoxamine Luvox (Solvay Tab. 50 50-100

16
Pharma) mg mg/h
fluoxetine Prozac (Elly Lilly) Cap. 20 20-40
Nopres(DexaMedica) mg mg/h
Andep (Medikon) Cap. 20
Antiprestin (Pharos) mg
Courage (Soho) Cap. 20
mg
Kalxetin (Kalhe) Cap.10-
20 mg
Tab. 20
mg
Cap. 10
mg
Cap. 20
mg
Citalopram Cipram (Lund Beck) Tab. 20 20-60
mg mg/h

4. MAOI Moclobemide Aurorix (Roche) Tab. 150 300-600


mg mg/h
5. Antidepresan Trazodone Trazone (Kalbe) Tab. 50 100-200
Atipikal mg mg/h
100
mg
Mirtazapine Remeron (Organon) Tab. 30 15-45
mg mg/h

 Obat yang menstabilkan suasana hati (Mood Stabilizer)


Seperti namanya, penstabil mood dapat membantu perubahan suasana hati
atau mengurangi perasaan marah, impulsif, dan agresi. Seperti : litium, Asam
Valproat dan Carbamazepin (CBZ). (8)
1. Litium

17
Diberikan dalam dosis terbagi untuk mencapai kadar yang dianggap aman, yaitu
berkisar antara 0,8 dan 1,25 mEq per liter. Ini dicapai dengan pemberian 900-
1500 mg litium karbonat sehari pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg
sehari pada pasien yang dirawat
2. Asam Valproat dan Karbamazepin
Asam valproat dapat diberikan apabila pemberian litium tidak efektif.
Karbamazepin juga digunakan sebagai alternatif terapi gangguan bipolar
maupun untuk terapi profilaksis.

 Obat anti cemas.


Ini dapat membantu jika pasien memiliki kecemasan, agitasi atau
insomnia. Namun dalam beberapa kasus, mereka dapat meningkatkan perilaku
impulsif. Obat yang bersifat sedatif ialah golongan benzodiazepine, seperti diazepam
dengan dosis 2-20 mg sehari : pemberian suntk dapat diulan tiap 3-4 jam. Diazepam
berbentuk tablet 2 dan 5 mg. (8)

 Obat anti psikotik.


Juga disebut neuroleptik, ini mungkin membantu jika gejala pasien termasuk
kehilangan penilaian realitas (psikosis) atau dalam beberapa kasus jika pasien
memiliki kecemasan atau masalah kemarahan.(8)
No
Golongan Obat Sediaan Dosis
.
Anjuran
1. Fenotiazin Chlorpromazin Tablet 25 dan 100 mg, 150-600

mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
Thioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150-600

mg/hari

Trifluoperazin Tablet 1mg dan 5mg 10-15mg/hari

18
Perfenazin Tablet 2, 4, 8mg 12-24mg/hari

Flufenazin Tablet 2,5mg, 5mg 10-15mg/hari

2. Butirofeno Halloperidol Tablet 0,5mg, 1,5mg, 5-15mg/hari


n 5mg
Droperidol Amp 2.5mg/ml 7,5 –
15
4. Difenilbu Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 1-4mg/hari
mg/hari
tilpiperid
in
5. Atypical Risperidon Tablet 1, 2, 3mg 2-6mg/hari

XII. PROGNOSIS
Pada beberapa, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup;
pada yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat
memberikan cara untuk pembentukan reaksi, perhatian yang sesuai dengan moralitas,
dan sifat mengutamakan orang lain atau penghilang stress. Secara umum, orang
dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan dengan pekerjaan
dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah pekerjaan dan dalam
kehidupan pernikahan juga umum terjadi. (8)
XIII. KESIMPULAN
Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga
yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dilihat
sebagai seorang agresor terhadapnya, dimana ia harus mempertahankan dirinya. Ia
bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering
mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Mereka
cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang
mereka miliki terhadap orang lain. Selain itu, mereka pada umumnya juga tidak
kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran

19
saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan.
Secara spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum
diketahui, namun seringkali dalam suatu kasus  muncul pada individu yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih
mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh
pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa
mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa
percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari
berkembangnya gangguan ini.
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
tampak kaku dan keheranan karena diminta mencari bantuan psikiatrik. Ketegangan
otot, tidak dapat santai, dan kebutuhan untuk mencari petunjuk-petunjuk di
lingkungan mungkin ditemukan. Afek pasien seringkali tanpa humor dan serius.
Walaupun beberapa alasan argumentasi mereka mungkin salah, pembicaraan mereka
diarahkan oleh tujuan dan logis. Isi pikiran mereka menunjukkan bukti-bukti
proyeksi, praduga, dan kadang-kadang gagasan mengenai diri sendiri (ideas of
reference).
Psikoterapi adalah cara utama untuk mengobati gangguan kepribadian.
Selama psikoterapi, pasien belajar tentang kondisi dan suasana hati, perasaan, pikiran
dan perilaku. Pada psikoterapi, pasien menggunakan wawasan dan pengetahuan yang
pasien peroleh sehingga pasien dapat mempelajari cara-cara sehat untuk mengelola
gejala.
Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan.
Pada sebagian besar kasus suatu obat anti ansietas seperti diazepam (Valium) adalah
memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu anti psikotik, seperti
haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani
agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, Willy . Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya. Airlangga


University Press. 2009

2. Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa , Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001

3. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC, American Psychiatric
Association, 2000.

21
4. Kaplan,HI, Sadock,BJ, dan Greb,JA. Gangguan Kepribadian: Dalam dr. IMade
Wiguna S (eds). Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid Dua. Edisi. Jakarta: Bina RupaAksara Publisher 2010; 258-
265.

5. Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar
Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329-334.

6. Amarildo, 2010. Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid:Definisi, Gejala,


Penyebab dan Penanggulangan. Ruang psikologi.Available From :
http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personality-disorder

7. Harri Croft, MD. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid. HealthPlace.Available


From : http://www.healthyplace.com

8. Arozal, Wawaimuli. Psikotropik.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta; Balai


Penerbit FKUI. 2009.

9. Bertens, K. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia

22

Anda mungkin juga menyukai