DISUSUN OLEH:
NIM I4061192024
DOKTER PEMBIMBING:
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat karunia dan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Manfaat, efektivitas dan efek negatif penggunaan hormonal untuk penunda
haid”. Tugas referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura di RSUD dr. Soedarso Pontianak, serta diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Khaidir
Anwar, Sp.OG(K)OBSOS, selaku pembimbing referat. Atas bantuan, masukan,
bimbingan, dan kerjasama beliau, maka tugas referat ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini juga tidak luput dari
kekurangan karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
tugas referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Cover i
Lembar Persetujuan ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 5
DAFTAR PUSTAKA 21
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perdarahan secara
periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium
yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hubungan yang dinamis antara
hormon hipofisis dan gonad serta sifat siklik terdapat pada proses reproduksi
yang normal. Seorang wanita sebetulnya dapat mengkontrol kapan ia
mengalami menstruasi. Manipulasi menstruasi dilakukan dengan berbagai
alasan di antaranya adalah untuk menghindari menstruasi pada waktu-waktu
tertentu yang dianggap penting seperti waktu pernikahan, naik haji, saat ada
pekerjaan yang penting seperti ujian atau mengikuti kompetisi olahraga.
Salah satu cara dalam memanipulasi menstruasi yaitu dengan menggunakan
kontrasepsi hormonal (Hanafiah, 1997).
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesteron. Pemahaman mengenai siklus menstruasi
sangat erat kaitannya dengan penggunaan kontrasepsi hormonal disebabkan
kontrasepsi hormonal mempengaruhi “keseimbangan” dari siklus menstruasi
yang normal. Dengan menggunakan kontrasepsi maka angka kelahiran dapat
diturunkan. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) menunjukkan angka kelahiran di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu tahun 1971 nilai angka kelahiran atau total fertility rate (TFR)
mencapai 5,61, tahun 1980 sebesar 4,68, tahun 1987 sebesar 3,39, tahun 1990
sebesar 3,02, tahun 1994 sebesar 2,86, tahun 1997 sebesar 2,78, dan 2002
sebesar 2,6. Dibandingkan dengan Amerika Serikat yang pada tahun 2003
sebesar 2,07 dan tahun 2010 sebesar 2,05 (BKKBN, 2008).
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi selain memberikan keuntungan
berupa dapat memanipulasi pengaturan menstruasi, juga mempunyai
beberapa efek samping. Para wanita yang akan menggunakan kontrasepsi
5
6
B. Tujuan
1. Mengetahui siklus menstruasi yang normal.
2. Mengetahui cara untuk mengatur menstruasi dengan kontrasepsi
hormonal.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
8
9
9
10
10
11
b. Siklus Ovarium
Siklus ovarium terdiri dari 2 fase, yaitu fase folikular dan fase
luteal. Siklus menstruasi mempunyai hipotesis berlangsung selama
28 hari, fase folikuler dan luteal kira-kira 14 hari lamanya dari siklus
menstruasi.
1) Fase folikular
Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel
telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada
pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran
sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi
11
12
12
13
c. Siklus Endometrium
Siklus endometrium dapat dibedakan menjadi 3 fase utama,
yaitu fase proliferasi, sekresi, dan menstruasi (Hanafiah, 1997).
1) Fase proliferasi
Fase proliferasi dimulai ketika darah menstruasi berhenti
sampai hari ke-14. Pada fase proliferasi terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur
dari indung telur (disebut ovulasi).
Pada awal fase proliferasi, kelenjar-kelenjar umumnya
masih lurus, pendek dan sempit. Epitel kelenjar memperlihatkan
peningkatan aktivitas mitotik. Epitel dan komponen-komponen
stroma terus bertumbuh cepat sepanjang fase proliferasi. Dan
pada akhir fase proliferasi ini, permukaan endometrium menjadi
agak bergelombang (Heffner dan Schust, 2008; Hanafiah, 1997).
2) Fase sekresi
13
14
14
15
15
16
16
17
3. Analog GnRH
17
18
18
19
BAB III
19
20
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
20
21
21
22
22