Anda di halaman 1dari 15

Nama peserta : dr.

Agitya Dwi Septadani


Nama Wahana : RSU Aisyiah Ponorogo
Judul : Eritroderma
Tanggal MRS : 22 september 2019
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Ani Ruliana
Ruang Komite Medis
Tempat Presentasi :
RSU Aisyiah dr. Sutomo Ponorogo
Objektif Presentasi : Keilmuan, Masalah, Diagnostik
□ Neonatus □ Bayi □Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Mengenali tanda eritroderma, mampu menegakkan diagnosis eritroderma
□ Tujuan :
dan tatalaksana eritroderma
Bahan
 Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
 Presentasi dan Diskusi □ Diskusi □ E-Mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : SDR HK , 23 tahun No. Registrasi : 460xxx
Nama RS : RSU Aisyiah Ponorogo Telp : - Terdaftar : 2019
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Keluhan utama:
gatal
Riwayat Penyakit:
Pasien dating ke IGD RSU Aisyiyah Ponorogo mengeluh gatal seluruh tubuh,
gatal disertai kemereahan di seluruh tubuhnya. Gatal dirasakan sejak 3 minggu
yll yang diawali dari muka, kemudian pasien periksa ke puskesmas namun
belum ada perbaikan, mendapat obat salep tapi tidak tahu Namanya. Dan
sekarang menyebar keseluruh tubuh. Keluhan disertai dengan demam +, batuk
pilek disangkal, mual muntah disangkal, BAK + N, BAB + N.
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak memiliki riwayat pengobatan anti nyeri jangka Panjang disangkal.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
 Hipertensi disangkal
 Diabetes mellitus disangkal

1
 Penyakit jantung disangkal
 Alergi disangkal
 Riwayat gatal di kaki dan tangan saat udara dingin (simetris)
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-),
riwayat hipertensi (-),
riwayat diabetes mellitus (-),
riwayat keganasan (-).
Riwayat Astma (+) ibu nya
5. Riwayat Pekerjaan
Belum bekerja
6. Riwayat Sosial
 Merokok +
7. Lain-lain: -

Hasil Pembelajaran :
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi Klinis
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
9. Komplikasi dan faktor risiko
10. Prognosis
Daftar Pustaka
1. Sigurdsson V, Toonstra J, van Vloten WA. 2007. Idiopathic erythroderma: A
follow-up study of 28 patients.Dermatology;194:98–101.
2. Balasubramaniam P, Berth-Jones J. 2004. Erythroderma: 90% skin failure. Hosp
Med. ;65:100– 2.
3. Botella-Estrada R, Sanmartin O, Oliver V, Febrer I, Aliaga A. 2004.
Erythroderma: A clinicopathological study of 56 cases. Arch
Dermatol;130:1503–7.
4. Freedberg IM. 2003. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 6th ed. New
York: McGraw Hill; Exfoliative Dermatitis; pp. 1–17.
5. Jaffer AN, Brodell RT. 2005. Exfoliative dermatitis: Erythroderma can be a sign of

2
a significant underlying disorder. Postgrad Med;117:49–51.
6. Karakayli G, Beckham G, Orengo I, Rosen T. 2009. Exfoliative
dermatitis. Am Fam Physician;59:625–30.
7. Mutasim DF. 2003. Severe subacute cutaneous lupus erythematosus presenting with
generalized erythroderma and bullae. J Am Acad Dermatol ;48:947–9.
8. Pal S, Haroon TS. 2008. Erythroderma: A clinico-etiologic study of
90 cases. Int J Dermatol;37:104–7.
9. Pierson JC, Taylor JS. 2003. Erythrodermic dermatomyositis. J Am Acad
Dermatol;28:136.
10. Rothe MJ, Bernstein ML, Grant-Kels JM. 2005. Life-threatening erythroderma:
Diagnosing and treating the “red man” Clin Dermatol;23:206–17.

3
PEMBAHASAN

Subjektif
Pasien dating ke IGD RSU Aisyiyah Ponorogo mengeluh gatal seluruh tubuh, gatal
disertai kemereahan di seluruh tubuhnya. Gatal dirasakan sejak 3 minggu yll yang
diawali dari muka, kemudian pasien periksa ke puskesmas namun belum ada
perbaikan, mendapat obat salep tapi tidak tahu Namanya. Dan sekarang menyebar
keseluruh tubuh. Keluhan disertai dengan demam +, batuk pilek disangkal, mual
muntah disangkal, BAK + N, BAB + N.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum Sedang
Tingkat kesadaran/GCS E4V5M6
Pemeriksaan Tanda Vital
- Tekanan darah 110/60 mmHg
- Nadi 88 x/menit, regular
- Laju nafas 21 x/menit
- Suhu 36,5° C
- SpO2 98%

Pemeriksaan Fisik
Kepala/leher
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Pupil isokor
3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
Leher Pembesaran KGB (-), Bendungan Vena Leher (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi Normochest, retraksi ICS (-)

Palpasi Fremitus +/+ simetris (dextra & sinistra)

Perkusi Sonor +/+

Auskultasi Vesikuler +/+

Cor
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung dalam batas normal, tidak ada pembesaran


jantung

4
Auskultasi S1 S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi Flat
Auskultasi Bising usus (+) normal
Palpasi Soelf, nyeri tekan (-)
Perkusi Timpani (+)
Ekstremitas Akral hangat (+), Akral dingin (-)
Status Lokalis Regio : seluruh tubuh
UKK : lesi plak erithem , squama generalisata, & didapatkan
lesi sekunder excoriasi , pustule dan likenifikasi

Hasil laboratorium
Nama Pemeriksaan NILAI NORMAL
Darah Lengkap
HB 17,4 12,5-16,0 g/dL
Leukosit 13,9 4x103 – 11x103 µL
Hitung Jenis (E/B,N,L,M) 1/2/77/15/5 1-3/0-1/50-70/20-40/2-8
Trombosit 227.000 150x103 – 450x103 µL
Eritrosit 5.5 juta 4,2 – 5,4 juta/uL
Hematokrit 52 35 – 45 %
Kimia Klinik
GDS 130 <200mg/dL
Kreatinin 0,75 0,70 – 1,20 mg/dL
Ureum 25 15 – 39 mg/dL
BUN 12 7 – 21 mg/dL
Asam Urat 3,9 2,6 – 6,0 mg/dL
SGOT 24 <37 U/L
SGPT 38 <40 U/L
Albumin 2,8 3,6-5,2
Elektrolit
Natrium (Na) 127 136-145
Kalium (K) 4.4 3,0-5,2
Klorida (Cl) 93 96-108
Kalsiun ion (Ca++) 1,26 1,17-1,29

5
Resume
Diagnosis
Eritroderma
Planning
a. Terapi
o Non medikamentosa :
 Diet TKTP
o Medikamentosa :
Advice dr. Aris Sp.DV
- Inf. RL 20 tpm
- Inj metylprednisolon 2 x 31,25 mg (pagi sore)
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
- Desoksimetason cream 2 x oles
- Zinc 2x1 tablet
a. Monitoring:
 Keluhan pasien
 Vital sign
b. Edukasi:
Menjelaskan kepada Pasien dan keluarga Pasien tentang:
 Pasien penyakit eritroderma, yaitu sakit kulit yang penyebabnya perlu dievaluasi
lebih lanjut.
 Pasien diberikan obat-obatan melalui infus dan krim untuk megatasi keluhan.

6
FOLLOW UP
Tgl S O A P
22/9/19 Keluhan Kesadaran : CM - Eritroderma Terapi Lanjut
gatal T: 110/70 mmHg Konsul Dr. SPPD
berkurang N: 89 x/mnt Terkait lekositosis dan
RR: 18x/mnt hipoalbuminemia
S : 37,6

UKK : plak
eritem squama
generalisata

Tgl S O A P
23/9/19 Keluhan Kesadaran : CM - Eritroderma  terapi lanjut
gatal T: 110/70 mmHg  cetirizine 0-0-10 mg
berkurang N: 85 x/mnt
RR: 18x/mnt  jawaban dari SP.PD
S: 36,3 A: dehidrasi, hipertermi
UKK : plak inf. NACL 3 %-> Inf PZ 20
eritem squama tpm
generalisata

Tgl S O A P

7
24/9/19 Pasien Kesadaran : CM Eritroderma Aff infus
mengatak T: 110/80 mmHg ACC KRS
an gatal N: 91 x/mnt Obat Pulang :
berkurang RR: 19x/mnt - Metyl prednisolone 3x16mg

-Desoksimetason cream oles


2x1

- zinc 2 x1

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan fungsi kulit
adalah eritroderma.1
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim
dengan eritroderma.2,3 Bagaimanapun, itu tidak dapat mendefinisikan, karena pada gambaran
klinik dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya
kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-
cell lymphoma(CTCL) atau reaksi obat. Meskipun peningkatan 50% pasien mempunyai
riwayat lesi pada kulit sebelumnya untuk onset eritroderma, identifikasi penyakit yang
menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak kelainan kulit.4
Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

8
Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat,
misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama,
skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50-90%
dinamakan pre-eritroderma..5
II. EPIDEMIOLOGI
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000
populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria
dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma
dapat terjadi pada semua usia.6 Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya
adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.5
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari setengah

kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat

kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.6

Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi


terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat
secara tradisional.2
III. ETIOLOGI
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit yang dapat
menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%,
alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.6

a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik


Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Pada
beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit
bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila
ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya
ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.5

9
*Dikutip dari pustaka 7

*Dikutip dari pustaka 6

b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit


Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan
dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang
terlalu kuat.5
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal
penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu. 5
Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,
dermatitis atopik dan liken planus.6

c. Eritroderma akibat penyakit sistemik


Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat
alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu
pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk
melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat
leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang
tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.5

Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma

Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan


Dermatitis atopic Mikosis fungoides Sulfonamid
Dermatitis kontak Penyakit Hodgkin Antimalaria
Dermatofitosis Limfoma Penisilin

10
Penyakit Leiner Leukemia akut dan kronis Sefalosporin
Liken planus Multipel mieloma Arsen
Mikosis fungoides Karsinoma paru Merkuri
Pemfigus foliaceus Karsinoma rektum Barbiturat
Pitiriasis rubra Karsinoma tuba falopii Aspirin
Psoriasis Dermatitis Kodein
Sindrom Reiter papuloskuamosa pada Difenilhidantoin
Dermatitis seboroik AIDS Yodium
Dermatitis statis Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.

IV. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Patogenesis


eritroderma berkaitan dengan patogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang
sudah ada sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma
idiopatik de novo tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis
infeksi yang dimediasi toxin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas stapilococcus
mengkodekan superantigen. Lokus-lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan toxin
dari toxic shock syndrome dan staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi
staphylococcus aureus atau antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic
shock syndrome toxin-1, mungkin memainkan peranan pada patogenesis eritroderma. Pasien-
pasien pada dengan eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S.aureus sekitar 83%, dan
pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toxin
S.aureus yang positif.6

Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik maka tubuh beraksi berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah.
Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal
jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan
yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan
panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan
11
hipermetabolisme kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan
oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.5

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin
dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas.
Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang
ekstravaskuler.5

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada
eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum
yang progresif.5

V. GAMBARAN KLINIS

Pengendalian regulasi tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap


kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas
metabolik.5 Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti
untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada
mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul skuama.7

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis
seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu : karena penyakitnya
sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.6

Gambar 1. Eritroderma psoriasis (Dikutip dari pustaka 7)

12
Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit leiner). Usia penderita berkisar 4-20 minggu.
Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat pada seluruh
tubuh disertai skuama yang kasar.5

Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke dahi
dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian timbul
hyperkeratosis, palmo plantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis
disekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.6

Cutaneous T-Cell Lymphoma (Sindrom Sezary) memiliki gambaran klinis berupa


eritema seluruh tubuh. Pada stadium awal pasien mengeluh rambut rontok, hiperkeratosis
yang difus, dan terdapat limfadenopati.7 Sindrom ini ditandai denganeritema berwarna merah
yang universal disertai skuamadan sangat gatal. Selain itu terdapat pula infiltrat pada kulit
dan edema. Sebagian pasien didapati splenomegali, limfadenopati superficial,
hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris, serta kuku yang distrofik.5

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan
gammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,
maupun anemia ringan.8

Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu


mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapat
menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada
tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis,
akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.5
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan
mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrat di
dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan Pautrier's
microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari
dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan beberapa
gambaran tidak jelas pada limfoma. 2

13
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan
permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang
pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing
lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari
tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.2

VII. DIAGNOSIS
Mendiagnosis tidaklah mudah, adanya riwayat penyakit dermatosis dapat dijadikan
sebagai petunjuk. Dan juga, tanda dan gejala patognomonic dari penyakit yang dermatosis
sebelumnya juga dapat membantu, seperti : warna hitam-kemerahan pada psoriasis,
kekuningan pada pityriasis rubra pilaris, perubah kuku khas pada psoriasis; likenifikasi, erosi,
dan eskoriasi pada dermatitis atopik dan eksema menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa
skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam eritroderma. Dengan beberapa
biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.2

VIII. DIAGNOSA BANDING

Ada beberapa diagnosis banding pada eritroderma :

1. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan
epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma
bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi,
berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi
IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi.10 Dermatitis atopik adalah
penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul
sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada tiga tahap : balita, anak-anak dan dewasa.12
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang
dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus
yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi
terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan parakeratosis.12

14
Gambar 4. Dikutip dari pustaka 10

IX. Komplikasi
 Cairan dan elektrolit hilang akibat kebocoran kapiler, dan terjadi penurunan kadar
protein darah mengarah ke terjadinya oedem, kelemahan otot, dan hipoalbuminemia.
 Gagal jantung high-output terjadi akibat peningkatan aliran darah ke kulit. Keadaan
ini biasanya terjadi pada orang tua, terutama dengan kelainan jantung.
 Peningkatan suseptibilitas terhadap infeksi terjadi akibat inflamasi, fisura, dan
ekskoriasi pada kulit.
X. Prognosis
Prognosis tergantung etiologi
a. Erupsi obat: menghilang minggu setelah penghentian obat, dgn kemungkinan
hepatomegali.
b. Psoriasis & atopik: dapat menghilang dalam hitungan bulan, atau menetap,
dengan angka rekurensi tinggi.
c. Keganasan: lebih sering kronis & refrakter

15

Anda mungkin juga menyukai