Anda di halaman 1dari 32

Filariasis Limfatik

Achmad Bima Aryaputra


Achmad Bima Aryaputra
13711065
13711065
Latar Belakang
Jumlah Kasus Klinis Filariasis 2010-2013
812 kasus

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI 2014


3 besar Kasus Filariasis

2009 2013
Aceh (2.359 kasus) Aceh (2.359 kasus)
NTT (1.730 kasus) NTT (2.203 kasus)
Papua (1.158 kasus) Papua (1.346 kasus)

- 302 kabupaten/kota endemis filariasis

- hanya 92 kabupaten/kota (30,5%) yang


melaksanakan POMP

Apa itu POMP ?


Disease Burden
• Kecacatan
• Stigma Psikososial
• Penurunan
produktivitas
• Ekonomi
(Kementerian Kesehatan, 2010)
Endemisitas
Filariasis

- Tingkat endemisitas di
Indonesia berkisar antara 0%
-40%

- Jumlah Kabupaten/kota yang


endemis filariasis adalah 337
kabupaten/kota sedangkan 135
kabupaten/kota tidak endemis
filariasis.
(Kemenkes, 2010)

• Sumber : Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2009


Determinan Penyakit
Faktor Agen
Taksonomi parasit filariasis

Wuchereria bancrofti

Brugia malayi

Brugia timori

Siklus hidup dari parasit filarial


Taksonomi Parasit Filarial di Indonesia

Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Order : Spirurida
Suborder : Spirurina
Superfamily : Filariidae
Family : Onchocercidae
Subfamily : Onchocercinae
Genera : Wuchereria/Brugia
(Paily, 2009)
Wuchereria
bancrofti
1. Parasit dengan penyebaran
terluas, bertanggung jawab
pada 90 % kasus filariasis
limfatik di dunia (McNulty,
2012).
2. Meliputi benua Afrika, Amerika
dan Asia Pasifik (Paily, 2009).
3. Tiga subtype besar
periodisitas, yaitu :
-periodik nukturnal,
-subperiodik nukturnal,
-subperiodik diurnal
(McNulty, 2012)
Brugia malayi

1. Di Indonesia, Cina, India,


Korea, Jepang, Malaysia,
dan Philipina (Isselbacher,
2014)
2. Klasifikasi menurut host :
1. Anthrophilik

2. Zoophilik
Brugia timori

1. Di temukan di Indonesia
Timur (daerah pulau
Flores)dan Timor Leste
2. Sifat periodisitas
mikrofilaria periodik
nokturna (Sutanto, 2009)
3. Menggunakan vektor
Anophelini (dalam kasus
ini, Anopheles barbirostris)
(McNulty, 2012).
Siklus Hidup Parasit Filarial
Faktor Host
• Terdapat 2 jenis host untuk parasit filarial, yaitu manusia sebagai host definitif dan
nyamuk sebagai host intermediet (Paily, 2009).

Respon Imun pada manusia


Ekonomi
Ilmu Pengetahuan
Sifat dan Perilaku
Respon Imun pada Manusia
• 2 tipe : mikrofilaremic (Mf) dan Chronic Patology (CP)
• Pada kasus Mf, :
– terjadi penurunan proliferasi sel B dan sel T,
penurunan produksi IFN-gamma, IL-17, dan IL-13
– Adanya Treg
– Ada IL-10 dan IgG4
• Pada kasus CP :
– Elemen imunitas lebih tinggi dari Mf, terpacu
dengan adanya BmA
(Wammes, 2012)
Ekonomi

o Kelas sosio-ekonomi
rendah rentan terhadap
infeksi filariasis

o Keadaan rumah

o Tidak mampu membeli


perlindungan dari
nyamuk
(Simonsen, 2012)
Ilmu Pengetahuan

• Rendahnya pemahaman terhadap cara transmisi


• Tidak benar-benar mempertimbangkan kegiatan
preventif dan protektif terhadap infeksi
(Simonsen, 2012)
Sifat dan Perilaku
• Rendahnya hubungan sosial antar
masyarakat yang memicu sifat individualisme
dan terlalu meninggikan privasi
• Efek :
– keseganan masyarakat untuk mengikuti survey
kesehatan
– keengganan masyarakat dalam mengikuti
kegiatan kesehatan massal
(Simonsen, 2012)
Faktor Lingkungan
• Lingkungan alam

• Demografi
Lingkungan alam
• Buruknya sistem pengairan menyebabkan
statisnya pergerakan air
– Untuk kedua spesies Brugia, vektornya lebih
sering berkembang biak di air yang bersih di
daerah pinggiran
– Untuk spesies W. bancrofti terdapat beberapa
varian tergantung vektornya
Demografi

Tingkat kepadatan
penduduk dan tingkat
migrasi yang tinggi
berimplikasi pada
penyebaran filariasis
Patogenesis Penyakit
Filariasis
• Perubahan patologik terkait inflamasi di sistem limfatik
disebabkan oleh cacing dewasa.
• Cacing dewasa hidup di saluran limfatik dan sinus
kelenjar limfe menyebabkan dilatasi limfatik dan
penebalan dinding limfatik.
• Obstruksi limfatik oleh cacing dewasa disebabkan
respon imun host terhadap parasit. Respon imun diduga
merupakan penyebab dari timbulnya proses
granulomatosa dan proliferatif sebelum adanya obstruksi
(Isselbacher , 2014 )
Wolbachia ?
• Bakteri riketsia yang endosimbiosis dari parasit filaria
• Peran :
– mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan
– peran di patogenesis
• Pengembangan pengobatan kemoterapi anti-filarial
dengan doxycycline  memicu sterilitas jangka panjang
(Pfarr, 2009)
• Wolbachia dapat menstimulasi sitokin pro-
inflamatory seperti TNF, IL-1 beta dan IL-
6, dan NO lewat TLR4

Meningkatkan ekspresi (Vascular Endothelial Growth Factor)


VEGF

Mengontrol Angigenesis dan


dan lymphangiogenesis pada
manusia
• Ditemukan adanya peningkatan serum level dari VEGF-
A dan Endothelin-1 di pasien terinfeksi filaria

• Doxycycline  Menurunkan Wolbachia  menurunkan


level plasma dari VEGF-C/VEGFR-3 ameliorasi dari
pembuluh limfe yang dilatasi dan membaiknya kondisi
pasien (Pfarr, 2009)
Manifestasi berdasar tingkatan
Alur Patogenesis
Kesimpulan
• Setelah mempelajari tentang filaria, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :

1.  Filariasis disebabkan oleh parasit W. bancrofti , B. malayi , dan B. timori.


2. Tingkat kasus filariasis masih tinggi terutama di daerah penggiran Indonesia
3. Faktor dari manusia dan lingkungannya mempengaruhi persebaran dari
penyakit filariasis
4. Manifestasi klinis yang muncul disebabkan respon imun terhadap adanya
parasit dalam tubuh
Daftar Pusaka
• Chakraborty, Sanjukta. Gurusamy, Manokaran.dkk. 2013. Lymphatic Filariasis : Perspective on Lymphatic remodelling and
Contractile Dysfunction in Filarial Disease Pathogenesis. Microcirculation : 349-364
• Isselbacher, Kurt J. dkk. 2014. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol 2 (13Ed). Asdie, Ahmad (Ed). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
• Mc Nulty, Samantha N. Mitreva, Makedonka. Weil, Gary J. Fischer, Peter U. 2012. Inter and Intra-Specific Diversity of
Parasites That Cause Lymphatic Filariasis. Infect Genect Evol ; 14 : 137-146.
• Paily, K.P . Hoti S.L. Das. P.K. 2009. A Review of The Complexity of Biology of Lymphatic Filarial Parasites. Journal of
Parasite Disease : 3-12
• Pfarr, K.M. Debrah, A. Y. Specht, S. Hoerauf, A. 2009. Filariasis and Lymphoedema. Parasite Immunology : 664-672.
• Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. 2010. Buletin jendela epidemiology : Filariasis di Indonesia. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
• Simonsen, Paul E. Mwakitalu, Mbutolwe E. 2012. Urban Lymphatic Filariasis. Parasitology Research : 35-44
• Subdit Filariasis & Schistosomiasis. 2010. Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
• Sutanto, Inge, dkk, 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran (4th Ed). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
• Wammes, Linda J .dkk .2012. Regulatory T Cells in Human Lymphatic Filariasis: Stronger Functional Activity in
Microfilaremics. Davies , Stephen John (Ed).PLos
• Lymphatic Filariasis.Life cycle of Wuchereria bancrofti
http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html

Anda mungkin juga menyukai