Anda di halaman 1dari 9

Kerangka Acuan Kerja

Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis Dan Kecacingan Kegiatan


Tahun 2023

A. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
- Undang-Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;
- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
- PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular;
- Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangan;
- Permenkes RI No.94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis;
- Perpres No. 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis;
- International Health Regulatioan (IHR) 2005.
b. Gambaran Umum
Filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun, disebabkan
oleh cacing Filaria ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantong
buah zakar dan payudara. Bisa menyerang semua orang. Provinsi
Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah endemis Filariasis, oleh
sebab itu di selenggarakan kegiatan Program Minum Obat Massal
Pencegahan (POMP) Filariasis selama 5 (lima) tahun di Tiga
Kabupaten/Kota endemis Filariasis Adapun langkah-langkah dalam
kegiatan POMP Filariasis ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pemberian
Obat Masal Pencegahan ( POMP ) Filariasis merupakan bagian dari
program Eliminasi filariasis, Program eliminasi filariasis terdiri dari :
1. Pendataan Penderita Filariasis Kabupaten/Kota melakukan pendataan
penderita Filariasis tahap lanjut (Kronis) dan dilaporkan ke Dinkes
Provinsi dan Kementrian Kesehatan.
2. Survey Darah Jari Untuk Kabupaten/Kota yang melaporkan adanya
penderita Filariasis dilakukan pemeriksaan darah jari di desa-desa
yang dipilih untuk mengetahui adanya penduduk yang mengandung
anak cacing filaria dalam tubuhnya.
3. Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis Di Kabupaten/Kota
dengan hasil survey darah jari ≥1% dilaksanakan kegiatan Pemberian
Obat Massal Pencegahan Filariasis (POPMFil) satu kali setahun
selama 5 tahun berturut- turut, di seluruh wilayah kabupaten/kota tsb.

Survey Darah jari Survei darah jari dilakukan beberapa kali di satu
kabupaten yang endemis yaitu sebelum program POMP Filariasis, pada
tahun ketiga dan setelah pelaksanaan POPM Filariasis di tahun ke lima.
Pemeriksaan adanya anak cacing filaria (mikrofilaria) dilakukan untuk
semua orang dalam satu wilayah tertentu, baik yang sakit filariasis
maupun orang-orang sehat Waktu pemeriksaan dilakukan di malam hari
(jam 10 (malam) – 2 (dini hari). Karena anak cacing berada di pembuluh
darah tepi pada malam hari, di siang hari cacing bersembunyi di
pembuluh darah organ dalam Pelaksanaan POMP filariasis Pemberian
Obat Masal Pencegahan Filariasis adalah memberikan obat anti filariasis
(DEC &Albendazole) kepada semua penduduk di daerah endemis filaria.
Manfaat obat anti filariasis atau disebut juga obat pencegahan filariasis
Menghentikan perkembangbiakan cacing filariasis Mencegah semua
penduduk dari penularan filariasis Melindungi anak anda tertular filariasis
Mengobati cacingan Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis
dilakukan terhadap semua penduduk, satu tahun sekali, sedikitnya
selama 5 (lima) tahun berturut- turut. Dosis obat: UMUR (Tahun) DEC
(100 mg) Albendazole (400mg).
Sasaran POPM Filariasis Seluruh penduduk yang tinggal di daerah
endemis filariasis Penduduk yang ditunda minum obat filariasis adalah :
anak-anak usia < 2 tahun ibu hamil Penderita gangguan fungsi hati
Penderita gangguan fungsi ginjal orang yang sedang sakit berat sedang
menjalani pengobatan intensif penderita filariasis dengan serangan akut
(tunggu sampai sembuh) Balita marasmus/kwashiorkor Penduduk usia
lanjut (75 tahun lebih) Penderita dalam serangan epilepsi (ayan). Tahap
pelaksanaan dan pelaporan POPM Filariasis ( Petugas bersama dengan
kader ) Melakukan Penyuluhan kepada masyarakat sebelum kegiatan
POPM dilakukan Melakukan Pendataan sasaran dan masyarakat yang
ditunda minum obat. Memberikan informasi tentang waktu dan tempat
pelaksanaan POPM Membagikan dan mengawasi orang minum obat
Kader menandai kolom status minum obat pada buku pendataan
penduduk dengan keterangan yang sesuai Kader mencatat, mengawasi
dan melaporkan adanya kejadian reaksi pengobatan yang mungkin timbul
kepada petugas kesehatan dan langsung dilakukan terapi tindak lanjut
oleh tenaga kesehatan Melaporkan hasil POPM Filariasis dan sweeping
dari data yang dimasukan ke
dalam buku pendaftaran penduduk Reaksi hasil Pengobatan Obat
POPMFil akan membunuh anak cacing dan cacing filarial Cacing yang
mati oleh obat POPMFil di dalam tubuh bisa menyebabkan reaksi yang
disebut reaksi hasil pengobatan Reaksi hasil pengobatan yang mungkin
terjadi adalah: sakit kepala, gata-gatal, mual Reaksi biasanya ringan
Jenis-jenis reaksi pengobatan : Pusing/Sakit Kepala, Mual Muntah
Demam Sakit Otot & TulangMengantuk / Lemas Diare/Berak-berak Keluar
cacing Reaksi terlokalisir : Sekelan (pembesaran kelenjar getah bening)
Bisul/Abses, Gatal-gatal Monitoring dan evaluasi POPMFilariasis :
Monitoring dan evaluasi untuk POPMFil dilakukan Setelah pemberian
obat tahun ketiga, Setelah pemberian obat tahun kelima.
Cara dengan survei darah jari.Hasil survei darah jari tahun kelima akan
diteruskan dengan survei penilaian penularan (TAS) pada anak sekolah.
Jika survei penilaian penularan (TAS) hasilnya negatif, maka kabupaten
bisa menghentikan POPM Filariasis.
Kecacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing
dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Kecacingan
merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama
untuk daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita
kecacingan. Kecacingan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh,
terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi yang
mengakibatkan anemia.

1. Gejala-gejala

a. Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah


b. Badan kurus dan perut buncit
c. Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala,
gelisah dan sukar tidur
d. Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi)
e. Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing
tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia.

Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah

a. Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis)


adalah rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan
sukar tidur.
b. Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan
lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan
demam
c. Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis)
adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu
hati), pusing nyeri kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah
masuknya cacing.

2. Penyebab Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari :

 Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides)


 Cacing cambuk (Tricularis sp)
 Cacing kremi (Entrobius vermicularia)
 Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia)
 Cacing pita (Taenia sp)Trematoda
Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing
gelang tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh
kotoran. Sedang larva cacing tambang hidup ditanah dan masuk lewat
kulit yang menyebabkan infeksi. Cacing pita dan trematoda sebagian
besar siklus hidupnya berada pada binatang dan masuk tubuh manusia
karena makan daging/ikan mentah atau
setengah matang. Di Indonesia masalah cacing masih merupakan
masalah kesehatan umum, yang paling sering ditemukan adalah cacing
gelang dan cacing kremi. Cacing kremi bertelur di sekitar dubur. Telur-
telur ini terbawa oleh jari-jari bila penderita menggaruk, kemudian bila
tidak dicuci kedua tangan tersebut maka bisa menularkan ke orang lain.
Penyebab kecacingan juga biasanya karena makanan, minuman dan
lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya yang terjangkit kecacingan
adalah anak-anak. Penularan umumnya terjadi melalui makanan dan
melalui kulit.

3. Hal Yang Dapat Dilakukan

 Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan


sabun pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang
air besar dan pada waktu mandi
 Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih
bahan makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada
serta biasakan memasak makanan dan minuman
 Menggunakan karbol di tempat mandi
 Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung
dengan tanah saat bekerja dihalaman, perkebunan pertanian,
pertambangan, dll

B. Penerima Manfaat
 Anak Sekolah Dasar, keluarga dan masyarakat
 Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota, Puskesmas dan Kader

C. Startegi Pencapaian Keluaran


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilaksanakan ini dengan swakelola

2. Tahapan Dan Waktu Pelaksanaan


1. Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis dalam upaya
peningkatan cakupan minum obat filariasis
Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk
Pertemuan Sehari. Sosialisasi dan Advokasi ini di rencanakan
diadakan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan peserta diLintas
Sektor dan Lintas Program Terkait. Metode yang digunakan adalah
dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
2. Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dalam bentuk
perjalanan dinas untuk memantau hasil pelaksanaan pemberian
obat filariasis ke kabupaten yang melaksanaan POMP
3. Pelaksanaan POPM Filariasis
kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dalam bentuk
perjalanan dinas untuk pelaksanaan POPM filariasis
4. Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk
Pertemuan Sehari. Sosialisasi dan Advokasi ini di rencanakan
diadakan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan peserta
diLintas Sektor dan Lintas Program Terkait. Metode yang
digunakan adalah dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
5. Pelaksanaan POPM Kecacingan daerah non Endemis
Filariasis dan daerah Pasca POPM Filariasis

Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk kerja


lapangan dengan melakukan Pemberian obat massal Kecacingan
berupa obat Albendazole secara massal direncanakan akan diadakan
di wilayah Provinsi Banten. dengan dbantu oleh Dinkes Provinsi,
Dinkes Kab/Kota, Puskesmas dan Kader Terkait yang akan melakukan
Kegiatan POPM

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Jan F Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
e
b
1 Sosialisasi dan
Advokasi POPM
Filariasis dalam
upaya
peningkatan
cakupan minum
obat filariasis
2 Evaluasi
Pelaksanaan
POPM Filariasis
3 Pelaksanaan POPM
Filariasis
4 Sosialisasi dan
Advokasi

POPM Kecacingan
5 Pelaksanaan
Pemberian

POPM Kecacingan

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Keluaran dari kegiatan ini direncanakan dapat diperoleh pada kurun waktu
Mei s.d Desember tahun 2018.

E. Biaya Yang Diperlukan


Biaya pelaksanaan kegiatan dibebankan pada dana APBN Dekonsentrasi
DIPA dengan rincian sebagai berikut :

- Transportasi petugas provinsi ke kabupaten/kota mengacu pada


PERGUB KEPRI
No. Kab/Kota Transporta
si
Darat Laut Udar
a
1. Tanjungpinang Rp -
250.000
2. Batam Rp 460.000 Rp 200.000;
3. Karimun - Rp 800.000
4. Lingga Rp 800.000
5. Natuna Rp 460.000 Rp 200.000; Rp 4.000.000
6. Anambas Rp 460.000 Rp 200.000; Rp. 4.000.000

- Pengiriman logistik

No. Kak Harga/kg Rata2


o pengiriman/pak
et
1. Tanjungpinang Rp 7.000 50 kg
2. Batam Rp 10.000 50 kg
3. Karimun Rp 23.000 50 kg
4. Lingga Rp 25.000 50 kg
5. Natuna Rp 35.000 50 kg
6. Anambas Rp 28.000 50 kg
7. Bintan Rp 20.000 50 kg
8. Total Rp
15.000.000;
-

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 sebesar Rp. 1.843.461.000, Rincian


lebih lanjut atas biaya tersebut disajikan tersendiri dalam Rencana Anggaran
Biaya (RAB).

KEPALA DINAS
KESEHATAN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU

Dr. H. TJETJEP YUDIANA,


M.Kes NIP. 19600630 198303
1 013

Anda mungkin juga menyukai