Anda di halaman 1dari 9

DINAS KESEHATAN KAB.

BANGGAI
UPTD PUSKESMAS TOILI III
KECAMATAN TOILI BARAT

Jalan I. GustiNgurahRai, DesaSindang Sari 94763; Email : puskesmas.toili3@yahoo.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM FILARIASIS

LINGKUP WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI


KECAMATAN TOILI BARAT

A. Pendahuluan
Penyakit Filariasis (Kaki Gajah) ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009,
akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Penyakit Filariasis
(penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi kronis menular, disebabkan
oleh cacing filaria dan ditularkanmelalui nyamuk sebagai vektor.
Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wucheria bancrofti,
Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Semua spesies tersebut terdapat di
Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan
oleh Brugia Malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah
bening sehingga menyebabkan kerusakan pada system limfatikyang dapat
menimbulkan gejala akut dan kronis.
Filariasis tersebar hampir seluruh Kabupaten/kota di Indonesia. Penyakit
ini dapat mengakibatkan kecacatan menetap yang dapat menimbulkan
stigma social, hambatan psikologis, kerugian ekonomi dan menurunkan
kualitas Sumber Daya penderita Filariasis.

B. Latar Belakang
Di Indonesia upaya pemberantasan filariasi telah dilaksanakan tahun 1975
terutama di daerah endemis tinggi filariasis. Sampai dengan tahun 2014
terdapat lebih dari 14 ribu orang menderita klinis kronis Filariasis yang
tersebar di semua provinsi.
Di Kecamatan Toili Barat merupakan salah satu daerah endemis filariasis.
Di Kecamatan Toili Barat terdapat 1 penderita kronis
Filariasis yang tersebar di 17 Desa Kecamatan Toili Barat wilayah
Kabupaten Banggai.
Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencapai eleminasi Filariasis di Indonesia tahun 2020. Penanggulangan
Filariasis dilaksanakan berbasis wilayah dengan menerapkan manajemen
lingkungan, pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat penderita,
memberikan obat terhadap orang-orang sehat yang terinfeksi cacing filaria
dan sebagai sumber penularan serta pemberian obat pencegahan secara
massal.
Penanggulangan Filariasis di Indonesia dilaksanakan dengan strategi
eliminasi filariasis dengan dua upaya yakni memutuskan rantai penularan
serta mencegah dam membatasi kecacatan. Penanggulangan filaiasis telah
di tetapkan berdasarkan surat edaran Menteri dalam negeri Republik
Indonesia Nomor 433.43/857/SJ tanggal 24 April 2007 tentang
pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan umum
Tujuan umum penanggulangan filariasis yaitu agar filariasis tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penanggulangan filariasis yaitu menurunkan angka
mikrofilaria menjadi ≤1% dan cakupan POPM filariasis di wilayah
Konawe Selatan ≥65%, serta menurunkan angka kepadatan rata-rata
mikrofilaria di daerah endemis filariasis.

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya dalam mencapai
eliminasi filariasis, yang terdiri dari:
1. Surveilans Kesehatan
a. Penemuan Penderita
b. Survei data dasar prevalensi mikrofilaria
c. Survei evaluasi prevalensi mikrofilaria
d. Survei evaluasi penularan Filariasis (TAS)

2. Penanganan Penderita
Penanganan penderita bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, penderita
filariasis dan keluarganya dalam penatalaksanaan penderita seccara
mandiri;
b. Menurunnya jumlah serangan akut pada penderita kronis
c. Mencegah dan membatasi kecacatan
d. Tindakan medik (bedah)pada penderita filariasis hidrokel

3. Pengendalian Faktor Resiko


Sumber penularan filariasis utama adalah manusia terinfeksi cacing
filaria. Selanjutnya untuk menentukan adanya penularan dapat
diidentifikasi berdasarkan hal-hal berikut:
a. Adanya pendderita filariasis klinis (akutatau kronis)
b. Adanya orang yang ditemukan positif mikrofilaria dalam darahnya
c. Nyamuk penular
d. Lingkungan menjadi faktor penentu identifikasi daerah yang terdapat
penularan filariasis.

4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi


Sasaran komunikasi, informasi, dan edukasi dalam penanggualangan
filariasis terbagi menjadi:
a. Sasaran primer yakni kelompok masyarakat yang diharapkan mau
melaksanakan program penanggulangan filarisasis, yaitu minum obat
pencegahan filariasis sesuai dosis sekali setahun selama minimal 5
tahun berturut-turut, penatalaksanaan diri bagi penderita kronis dan
mencegah gigitan nyamuk.
b. Sasaran sekunder yaitu kelompok yang mempunyai pengaruh, baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap sasaran primer
dalam pelaksanaan Program eliminasi Filariasis.
c. Sasaran tersier yaitu para pengambil keputusan, penentu kebijakan
dan penyandang dana yang diharapkan memberikan dukungan baik
secara politik, kebijakan maupun dana untuk mewujudkan Program
Penanggulangan Filariasis di wilayahnya.

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis
Kegiatan POPM Filaiasis dilaksanakan sekali setahun selama minimal
lima tahun berturut-turut, kemudian diikuti dengan evaluasi dampak
setelah POPM Filariasis dihentikan serta menerapkan sueveilans ketat
pada periode stop POPM Filariasis.

a) Persiapan pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:


1) Perlu sosialisasi dan mengikutsertakan masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan POPM Filariasis.
- Pelaksana yaitu kader filariasis
- Kegiatan penyiapan dilakukan dengan mengunjungi warga dari
rumah ke rumah di wilaayah binaan kader dimana satu kader
membina 20-30.
- Mengisi kartu pengobatan dan formulir sensus penduduk di
wilayah binaan kader filariasis
- Menyeleksi dan mencatat penduduk yang ditunda
pengobatannya
- Pendataan penderita filariasis klinis kronis.
2) Penyediaan bahan, alat dan obat
- bahan dan alat yakni kartu pengobatan, formulir pelaporan
pengobatan kader filariasis, formulir sensus, formulir
pendataan penderita filariasis kronis, media penyuluhan dan
alat tulis menulis
- obat DEC, Albendazole dan obat yang dipersiapkan untuk
Kejadian Ikutan Pasca Pemberian Obat pencegahan secara
Massal Filariasis
3) Antisipasi kejadian Ikutan Pasca Pemberian Obat pencegahan
Massal Filariasis
- Masyarakat perlu mengetahui kemungkinan reaksi, gejala dan
tanda pengobatan, Puskesmas/Rumah Sakit yang menjadi
rujukan dan tindakan pencegahan kejadian ikutan pasca
pemberian obat pencegahan massal filaariasis.
- Puskesmas memiliki stok obat yang cukup untuk kejadian
ikutan Pasca POdan PM Filariasis, mempersiapkan doker dan
petugas paramedis yang dapat dijangkau selama 5 hari sejak
masa pengobatan, kenali dengan baik rujukan penderita,
mengingatkan masyarakat minum obat sesudah makan serta
jangan memberikan obat pada sasaran yang ditunda.
- Kabupaten menyiapkan rumah sakit rujukan, dan membentuk
tim ahli kejadian pasca pengobatan untuk mengantisipasi
kejadian ikutan POPM Filariasis.

b) Pelaksanaan Kegiatan POPM Filariasis terdiri dari:


1) Saat Kegiatan POPM Filariasis
- Menyiapkan Pos Pelaksana POPM Filariasis, obat-obatan, kartu
pengobatan, dan air minum (masing-masing penduduk dapat
membawa air minum)
- Mengundang penduduk untuk datang ke Pos Pelaksana POPM
Filariasis yang telah ditentukan
- Memberikan obat yang harus di minum di depan
kader/petugas filariasis
- Mengunjungi penduduk ke rumahnya bagi yang tidak datang di
Pos Minum Obat.
- Petugas Puskesmas Melaporkan Cakupan Minum obat
Pencegahan Filariasis di wilayahnya ke Dinas Kesehatan
2) Tindakan terhadap kejadian ikutan Pasca pemberian Obat
Filariasis
- Mencatat jenis kejadian ikutan di kartu pengobatan dan
melaporkannya ke petugas kesehatan
- Kader filariasis melakukan verifikasi jenis kejadian dan
mencatatnya dalam formulir kejadian
- Petugas kesehatan mendatangi penderita kejadian ikutan
- Petugas kesehatan mengkonfirmasi jenis kejadian ikutan

2. Penatalaksanaan Penderita Filariasis


Penderita Filariasis adalah seorang yang terinfeksi cacing filaria, baik
baik penderita filariasis asimptomasis (tanpa gejala), maupun penderita
filariasis klinis (sudah menunjukkan gejal klinis).
a) Pengobatan penderita filariasis
- Pengujian masih hidup (positif) atau sudah matinya cacing filaria
menggunakan mikroskop atau antigen (ICT)
- Pada penerita positif diberikan DEC 3x1 tablet 100 mg selama 12
hari dan paracetamol 3x1 tablet 500 mg dalam 3 hari pada orang
dewasa sedangkan pada anak berdasarkan berat badan.
- Penderita filariasis akut harus diobati terlebih dahulu serangan
akutnya
- Apabila penderita berada di wilayah endemism aka pada tahun
berikutnya baru boleh diikutkan dalam POPM filariasis.
- Penderita asimptomasis pengobatannya sama dengan penerita
klinis.
b) Perawatan penderita klinis
- Penderita dengan gejala klinis akut harus istrahat yang cukup,
diberikan antibiotic atau anti jamur, pembersihan luka dan lesi
kulit, dan apabila tidak membaik dianjurkan berobat ke
puskesmas/rumah sakit.
- Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian limfodema
dilakukan pencucian, pengobatan luka dan lesi, latihan,
meninggikan tungkai/lengan yang sakit, pemakaian alas kaki
yang cocok,pemakaian verban elastis, pemakaian salep
antibiotika/anti jamur, atau melakukan bedah kosmetik
- Penderita dengan gejala klinis kronis bagi dibagian hidrokel
dilakukan dengan menjaga kebersihan, perawatan luka/lesi jika
ada dan dirujuk kerumah sakit untuk terapi bedah

F. Sasaran
Sasaran pelaksanaan Program POPM filariasis yaitu semua penduduk usia
2 tahun- 70 tahun di kabupaten/kota endemis.
Sedangkan sasaran penatalaksanaan penderita filariasis adalah seseorang
yang terinfeksi cacing filaria, baik baik penderita filariasis asimptomasis
(tanpa gejala), maupun penderita filariasis klinis (sudah menunjukkan gejal
klinis).

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal pelaksanaan Program POPM filariasis yaitu bulan oktober selama
lima tahun berturut-turut di wilayah endemis.
Sedangkan jadwal penatalaksanaan penderita filariasis adalah ketika
terdapat seseorang yang positif terinfeksi cacing filaria,

H. Monitoring evaluasi pelaksanaan kegiatan dan Pelaporan


1. Kegiatan POPM Filariasis
a) Monitoring POPM Filariasis
1) Puskesmas
- Memonitor pelaksanaan POPM Filariasis dan kejadian ikutan
pasca pemberian obat pencegahan Filariasis.
- Menghitung persediaan, pemakaian dan sisa obat.
2) Kabupaten/kota
- Memonitor hasil kegiatan POPM Filariasis berdasarkan laporan
puskesmas
- Menghitung persediaan, pemakaian dan sisa obat
- Menindaklanjuti rujukan kejadian ikutan pasca pengobatan
pencegahan filariasisdan konsultasi lain.
b) Evaluasi POPM Filariasis
1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan POPM
2) Jumlah penduduk yang minum obat (cakupan pengobatan)
3) Menurunnya prevalensi mikrofilaria
4) Menurunnya risiko penularan filariasis (TAS)

2. Kegiatan Penatalaksanaan Penderita Filariasis


Monitoring dan Evaluasi Penderita Filariasis berdasrkan parameter:
a) Kemampuan penderita dan keluarga dalam melakukan perawatan
b) Frekuensi pelaksanaan oleh penderita atau keluarganya
c) Frekuensi serangan akut
d) Berkurangnya atau hilangnya limfedema

I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Kegiatan POPM Filariasis
a. Persiapan Pencatatan dan Pelaporan POPM Filariasis
1) Persiapan meliputi:
- Penyusunan pedoman pencatatan dan peaporan
- Pelatihan , bimbingan dan konsultasi
- Persiapan penyiapan bahan perlengkapan
- Persiapan jaringan inforasi dan komunikasi
- Persiapan unit pencatatan dan pelaporan
2) Jejaring pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan POPM filariasis dimulai
ketika Puskesmas dan Kader Eliminasi Filariasis mulai
melaksanakan kegiatan pendataan penduduk sasaran dan
pemberian obat dirumah-rumah penduduk dan saat pelaksanaan
kegiatan POPM Filariasis di Pos-Pos Pelaksanaan Pemberian Obat.
b. Bahan Perlengkapan Pencatatan dan Pelaporan
1) Tim Pelaksana Eliminasi di Desa
- Formulir sensus penduduk di wilayah binaan kader
- Kartu pengobatan, kejadian ikutan dan penderita filariasis di
Pos minum obat
- Formulir laporan cakupan pengobatan
2) Puskesmas
- Formulir Lapoan Cakupan Pengobatan- puskesmas/kecamatan
pada kegiatan POPM
- Dibuat segera setelah kegiatan POPM Filariasis
3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Formulir laporan Cakupan Pengobatan Kabupaten/Kota
- Dibuat segera setelah kegiatan POPM Filariasis sehingga segera
menddapatkan dukungan survey cakupan Pengobatan total.
2. Kegiatan Penatalaksanaan Penderita Filariasis
a. Perekaman status Klinis
b. Pemeriksaan kemajuan Perawatan
c. Pencatatan dan pelaporan data penderita filariasis

Anda mungkin juga menyukai