Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
A. Nama/Kelamin/Umur : Ny. M/ Perempuan / 43 tahun
B. Pekerjaan : IRT
C. Alamat : Rt 07. Ulu Geding

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. KB yang diikuti : Pil KB
e. Kondisi rumah

Rumah panggung yang terbuat


dari semen pada bagian muka,
atap seng, dinding semen, dan
bagian dalam masih berdinding
kayu. Jendela ruang tamu hanya
2. Pencahayaan baik ventilasi
cukup

Tamak baju yg dijemur didalam


rumah, dan dibelakangnya
terdapat barang yang tidak pakai
tergantung

WC menggunakan leher angsa,


air menggunaka air PDAM,
sumber pencahayaan listrik

1
Rumah masih tampak
berantakan dan masih ada yang
berdebu.

f. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :


Pasien tinggal bersama suami, 2 orang anaknya dan adik perempuannya.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Pasien merupakan seorang Ibu Rumah tangga, hubungan dengan keluarga besar
baik.
IV. Keluhan Utama :
Kelopak Mata kiri bengkak dan gata; sejak 2 hari yang lalu
V. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kiri bengkak dan gatal
sejak 2 hari yang lalu. Bengkak terjadi secara tiba-tiba, pasien seorang Ibu Rumah
Tangga, keluhan muncul setelah pasien membersihkan rumah 4 hari yang lalu
karena ada acara arisan dirumah. Sebelumnya pasien hanya membersihkan rumah
2 bulan sekali atau saat hari raya.
Ukuran bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan. Mata ditekan semakin
nyeri, keluar sedikit belek berwarna kuning kehijauan saat bangun tidur, mata

2
tidak merah, air mata tidak nerocos, pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak
melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat melihat sinar, tidak melihat
pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata tidak gatal tidak
ada demam, tidak mual muntah, tidak pusing.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat herpes : disangkal
- Riwayat trauma : disangkal
- Riwayat operasi pada mata : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
- Riwayat pemakaian lensa kontak : disangkal
- Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
- Riwayat pemakaian kosmetik pada mata : ada, 5 hari yang lalu, kosmetik
yang telah kadaluarsa, pasien lupa membersihkannya, dan dibersihkan
keesokan harinya.

IX. Pemeriksaan Fisik

3
Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36°C
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 150 cm

1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
b. Hidung : Tak ada kelainan
c. Telinga : Tak ada kelainan
d. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal
Gigi geligi : Lengkap
Palatum : Deviasi (-)
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir: Normal
Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
e. Leher KGB : Tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : Tak ada pembesaran
f. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

g. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

4
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea
midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

h. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : atrofi (-/-), akral hangat
Inferior : atrofi (-/-), akral hangat

2. Status Oftalmologis
OD OS
Visus Normal Normal
Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensus Coloris Tidak ada buta warna Tidak ada buta warna
Pergerakan bola Bebas segala arah Bebas segala arah
mata
Kedudukan bola Ortoforia Ortoforia
mata
Suprasilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Silia Madarosis (-) Madarosis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Palpebra oedem (-) oedem (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (+)
superior

5
Suhu perabaan lebih hangat (-) Suhu perabaan Lebih hangat
Nyeri tekan (-)
(+)
Sekret (-)
Nyeri tekan (+)
Margo palpebra superior :
Ulkus (-) Seckret purulen kuning
Vesikel (-)
kehijauan (+)
Skuama (-)
Ulkus (-)
Pseudoptosis (-)
Vesikel (-)
Skuama (-)
Pseudoptosis (+)
Fisura Palpebra Normal Menyempit
Palpebra Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
inferior
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
palpebra
Udem (-) Udem (-)
superior Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
palpebra
Udem (-) Udem (-)
inferior Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
forniks dan
Sekret (-) Sekret (-)
bulbi
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Sklerektasis (-) Sklerektasis (-)
Kornea Jernih Jernih
Infilrat (-) Infilrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (+)
Udem (-) Udem (-)
Pupil Bulat, Sentral, Reguler Bulat, Sentral, Reguler
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+) N Refleks direk/indirek (+/+) N
Lensa Kekeruhan (-) Kekeruhan (-)
Bentuk bikonveks Bentuk bikonveks
Fundus Refleks (+) Cemerlang (+) Cemerlang
Lapang pandang Baik Baik
Tekanan T.N T.N

6
bolamata digital

X. Pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas


Tidak dilakukan pemeriksaan
XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
XII. Diagnosa Kerja
Blefaritis kode ICD X H01.0
XIII. Diagnosa Banding
 Hordoleum ICD X H00.0
 Benda Asing di Konjungtiva ICD X T15.9
XIV. Manajemen.
a. Promotif :
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab, perjalanan penyakit,
maupun tatalaksana penyakit
2. Menjelaskan kepada pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan yang
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
3. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh kuman,
sehingga dapat menyebar/menular, jika higintas buruk

b. Preventif :
1. Menghindari agen-agen yang dapat menjadi penyebab terjadinya
blefaritis seperti debu, alat kosmetik yang tidak dibersihkan dari wajah
2. Menggunakan kacamata saat melakukan bersih-bersih rumah untuk
selanjutnya
3. Tidak menggunakan kosmetik dan kontak lens yang diragukan
higinitasnya dan tanggal kadaluarsanya
4. Segera membersihkan wajah setelah memakai kosmetik, hindari
memakai kosmetik yang kadarluarsa

c. Kuratif :
Non Farmakologis
1. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari
2. Pembersihan secret kelopak mata dengan shampo bayi
3. Hindari dari paparan debu
4. Istirahat yang cukup
5. Tutup mata baik dengan kacamata maupun kain
6. Jangan dikucek
7. Jangan menggunakan make up/kosmetik hingga sembuh

7
Farmakologis :
1. Sulfasetamid 10% zalf 3,5 gram No. I
s.3.dd.ung I.os
Atau
2. Gentamicin zalf 0,3%
FOHAI
(-)
d. Rehabilitatif
1. Rajin dan teratur untuk mengkompres dengan air hangat, dan
membersihkan setiap hari untuk mengurangi berkembangnya bakteri
2. Menggunakan kacamata lebih sering

8
Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
dr. Ivo Amrina Rasyada
SIP. G1a216032

Tanggal: 27/01/2018

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
Puskesmas Olak Kemang
dr. Ivo Amrina Rasyada
dr. Ivo Amrina Rasyada
SIP. G1a216032
SIP. G1a216032

Tanggal: 27/01/2018
Tanggal: 27/01/2018

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi1,2
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai
dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit.

Gambar 2. Radang pada kelopak mata (blefaritis)

Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, mata yang berpasir,
terasa silau juga tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saatberada pada
lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah dan seperti ada
benda asing di dalam mata.
2.2 Etiologi2,3

10
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik,
gangguan kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya
disebabkan karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang
bulu mata. Pada infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pada pasien
yang menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala
blefaritis namun ditemukan bakteri staphylococcus.

Gambar 3. Blefaritis karena staphylococcus

Infeksi staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar 95% pasien. Blefaritis


seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian
blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar meibom. Kelenjar meibom yang ada
sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu mata, kelenjar ini menghasilkan
minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini disekresikan dari lapisan luar air
mata, yang bisa menghambat penguapan air mata, dan membuat permukaan mata
menjadi tetap halus, dan membantu menjaga struktur dan keadaan mata.
Dermatitis seboroik dan rosesea keduanya mempengaruhi glandula sebassea.
Pada dermatitis seboroik, glandula sebasea memproduksi secret berlebihan.
Sedangkan pada rosea glandula sebasea dihambat dan sekresi ke kulit. Ini
menjelaskan hubungan ganguan kelenjar meibom dengan dermatitis seboroik dan
rosea.

2.3 Klasifikasi3
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:
 Blefaritis anterior: Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,
tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan

11
oleh infeksi bakteri (staphyloccus blepharits) atau ketombe di kepala dan alis
mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena
alergi.
 Blefaritis posterior: Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,
bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat
disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang
berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya
lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh.

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:


Blefaritis Bakterial3
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas
basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
2. Blefaritis Seboroik
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata
kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar
meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil
pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis,
poliosis dan jaringan keropeng. Blefaritis seboroik merupakan peradangan
menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan
memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan
pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit.
Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang
dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi,
hordeolum dan madarosis.

12
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta
pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka
kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit
didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak.
Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik. Penyebab blefaritis skuamosa
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa
akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna
halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah
dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan. Pengobatan blefaritis
skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep
mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.
Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis,
konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan
lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok
(madarosis). Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan
pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila
ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.

13
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak
disudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak
mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan
padafungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus
aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian
medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu
pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam
berulang kali disertai antibiotik lokal.

Blefaritis Virus3
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes
zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bilamata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial
merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan

14
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan
kedua kelopak lengket.

Blefaritis Jamur2,3

1. Infeksi superficial

2. Infeksi jamur dalam

3. Blefaritis pedikulosis

Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

2.4 Patofisiologi1,2,3

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena


adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada
jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi
kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis
seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.

2.5 Gambaran Klinis1,2,3

Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan terapi. Blefaritis
menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau
luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Blefaritis bisa menyebabkan penderita
merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan kelopak mataterasa gatal, panas dan
menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu
mata rontok. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa
terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata, jika keropeng

15
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga
ketika bangun kelopak mata sukar dibuka

2.6 Diagnosa1,2,3

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.


Banyak kasus blefaritis dapat didiagnosa dengan menanyakan tentang tanda, dan
melakukan pemeriksaan mata serta memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung
seperti dermatitis seboroik danrosea.

2.7 Diagnosis Banding1,2,3

Diagnosis banding dari blefaritis adalah:

1. Sel skuamosa, sel basal, atau karsinoma sel sebasea pada kelopak mata

2. Dermatitis (contohnya dermatitis kontak, dermatitis atopik)

3. Infeksi (contohnya impetigo)


2. 8 Penatalaksanaan1,2,3
Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik yang
sesuai. Pada blefaritis sering dilakukan kompres hangat. Pada infeksi ringan, diberi
antibiotik lokal sekali sehari pada kelopak dan kompres basah dengan asamborat. Bila
terjsdi blefaritis menahun, maka dilakukan penekanan manual kelenjar meibom untuk
mengeluarkan nanah. Pada blefaritis seborik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas
lidi hangat, soda bikarbonat, atau nitras argenti 1%. Dapat digunakan salep
sulfonamid untuk aksi keratolitiknya. Kompres hangatselama 5-10 menit, tekan
kelenjar meibom dan bersihkan dengan sampo bayi. Diberikan juga antibiotik
sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau eritromisin 3x250mg atau sesuai dengan hasil
kultur. Pengobatan pada infeksi virus bersifatsimtomatik, antibiotik diberikan bila
etrdapat infeksi sekunder. Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan
griseofulvin 0,5-1mg gram sehari dengandosis tunggal atau dibagi dan diteruskan
sampai 1-2 minggu setelah gejalamenurun.Bila disebabkan kandida diberikan nistatin

16
topikal 100.000 unit per gram.Pada infeksi jamur sistemik, bila duisebabkan
aktinomises atau nokarida diobatidengan sulfonamid, penisilin, atau
antibiotikspektrum luas. Amfoterisin Bdiberikan untuk histoplasmosis, sporotrikosis,
aspergilosis dan lainnya. Dimulai dengan 0,05-0,1 mg/kg BB secara intravena lmbat
selama 6-8 jam dalamdekstrosa 5%. Dosis dinaikan sampai 1mg/kg BB, namun total
tidak lebih dari 2gram. Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3 minggu atau
sampai gejalaberkurang. Hati-hati karena toksik terhadap ginjal. Pada blefaritis akibat
alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik, namun harus dengan pemakaian
lama.untuk mengurangi gatal, berikan antihistamin.
2.9 Komplikasi1,2,3
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang
 Suatu bintil di tepi pelupuk mata. adalah pembengkakan yang menyakitkan di
bagian luar kelopak mata . Biasanya disebabkan oleh bulu mata yang terinfeksi.
 Masalah bulu mata . Jika blepharitis parah bulu mata mungkin akan jatuh dan
tumbuh ke dalam atau kehilangan warnanya.
 Konjungtivitis. adalah peradangan konjungtiva, lapisan transparan yang
melapisi kelopak mata dan meliputi bagian putih mata.
 Kalazion adalah benjolan seukuran kacang yang disebabkan oleh
tersumbatnya kelenjer akibat peradangan. Kadang-kadang, hal ini dapat
memberikan tekanan pada kornea (bagian depan mata Anda yang meliputi pupil)
menyebabkan ia berubah bentuk (astigmatisme).
 Dry eye syndrome. Ini adalah ketika mata tidak memiliki cukup air mata
untuk menjaga mata lembab. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kekeringan,
grittiness dan nyeri pada mata.
 Pembengkakan akibat kista meibom pada bagian dalam kelopak mata . Kista
dapat berkembang jika salah satu dari kelenjar meibom menjadi meradang
akibat blepharitis.

17
2.10 Prognosis1,2,3
Prognosis baik meskipun perjalanan klinis gangguan tersebut adalah
seringkali sangat berkepanjangan, dapat berkembang menjadi blepharitis kronis, atau
keduanya.
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Ada Hubungan : rumah pasien masih tampat banyak debu, sehingga
hal tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya blefaritis, debu terkadang
terdapat bakteri, ya akan mencetuskan peradangan.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam
keluarga
Tidak Ada Hubungan
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Tidak Ada Hubungan
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini (sesuai dengan anamnesis dan observasi)
1. Terpaparnya dengan debu yang dapat mengandung bakteri penyebab
blefaritis
2. Menggunakan alat kosmetik di kelopak mata yang sudah kadaluarsa 1
bulan yang lalu, pada kosmetik yang kadaluarsa sering menjadi tempat
pertumbuhannya bakteri, sehingga menjadi pencetus dari terjadinya
blefaritis

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
1. Menggunakan kacamata tembus pandang/alat pelindung diri saat
membersihkan rumah
2. Sering membersihkan rmah sehingga debu berkurang
3. Membersihkan debu dengan menggunakan kain lap basah
4. Mencuci dan mebersihkan wajah segera setelah memakai kosmetik
5. Tidak mengenakan kosmetik yang sdah kadaluarsa
f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga
1. Jaga higinitas lingkungan sekitar

18
2. Menggunakan obat salap dan kompres mata secara teratur untuk
menghindari komplikasi yang akan membuat keluhan semakin
memburuk
3. Jangan mengucek mata
4. Jangan menggunakan tisue atau kain yang digunakan untuk
membersihkan mata yang sakit ke mata yang sehat karena akan terjadi
penularan
5. Sering mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang mata.

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Avisar, R., Savir, H., Deutsch, D. and Teller blepharitis, dikutip dari
http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/01/blefaritis.html article last update :
24 maret 2012, diambil tangal 27 Januari 2018.

2. Dougherty, J.M., McCulley, J.P., Silvany, R.E. and Meyer, D.R (2010) The
role of tetracycline in chronic blepharitis. Inhibition of lipase production in
staphylococci. Investigative Ophthalmology & Visual Science 32(11), 2970-
2975.

3. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H. SpM. Ilmu penyakit Mata, FKUI, 2002.

20

Anda mungkin juga menyukai