Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga merupakan salah satu organ penting bagi manusia. Secara


anatomis, telinga di bagi menjadi telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar menangkap bunyi, menghantarkannya, dan memperkuat serta
menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran suara
menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah getaran cairan
menjadi rangsangan saraf.1
Gangguan pada telinga dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya
pendengaran seseorang. Salah satu penyakit pada telinga yang dapat
menyebabkan gangguan tersebut ialah otitis media. Otitis media sendiri
merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Selain itu, otitis media juga
merupakan penyakit infeksi tersering pada anak. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Infeksi
umumnya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, sedangkan insiden puncak
kedua terjadi pada tahun pertama masa sekolah. 2,3
Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif ( = otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa, dan OME). Masing-masing golongan terbagi lagi atas akut dan kronis,
yaitu otitis media supuratif akut ( otitis media akut = OMA) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK). Bagitu juga dengan otitis media serosa yang terbagi
atas otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis.1,2,3
Pada tahap OMA, biasanya sebagian kecil masyarakat menganggapnya
sebagai hal biasa. Mereka baru akan mencari pengobatan ketika penyakitnya telah
menjadi OMSK. Perjalanan penyakit dari otitis media akut (OMA) menjadi otitis
media supuratif kronis (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila
prosesnya masih kurang dari 2 bulan maka disebut dengan otitis media supuratif
subakut.2
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di liang
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari

1
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin kental, bening,
atau berupa nanah.1,2,4
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi,
daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang) atau higiene yang buruk.2

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. E
 Umur : 47 tahun
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Sungai Kambang
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Buruh
 Pekerjaan Orang Tua : Buruh
 Pendidikan Pasien : SMA
 Pendidikan Orang Tua : SD

2.2 ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Keluar darah bercampur nanah dari telinga kiri ± 2 hari yang lalu

 Riwayat Perjalanan Penyakit


2 hari sebelum datang ke Rumah Sakit Os mengeluh keluar darah dan
nanah dari telinga kiri. Darah dan nanah ini didapati oleh os ketika sedang
mengorek telinga, sehingga tertempel pada cotton bud. Sebelumnya os
mengatakan bahwa ± 4 bulan yang lalu juga pernah keluar cairan dari
telinga kiri yang berwarna kekuningan, kental, dan berbau.
Saat ini os juga merasa bahwa pendengaran pada telinga kiri menurun,
telinga kiri nyeri dan berdenging serta os sering merasa pusing. Selain itu
os mengaku bahwa sebelum sakit os sering mengorek telinganya sendiri.

 Riwayat Pengobatan
Os pernah berobat di RSUD Raden Mattaher sekitar 2 bulan yang lalu. Os
tidak dapat mengingat obat apa yang diberikan kepadanya, yang ia ingat
hanya diberi obat tetes telinga dan obat minum. Setelah berobat os merasa

3
hanya ada sedikit perbaikan terhadap penyakitnya, sehingga os
memutuskan untuk tidak kontrol ulang ke rumah sakit.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi obat (-), Riwayat
asma (-).

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan os. Riwayat hipertensi dan DM dalam keluarga di sangkal.

Autoanamnesis
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : -/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia :-
Nyeri : -/+ Bersin Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak : -/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus :- Rasa sakit :
Otore : -/+ * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli : -/+ Berbau : -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus : -/- Mimisan : -/- Rasa Kering :-
Vertigo : + Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

 Kesadaran : compos mentis


 Pernapasan : 22 x/i
 Suhu : 36,5 °C
 Nadi : 84 x/i
 TD : - mmHg
 Anemia : -/-

4
 Sianosis : -/-
 Stridor inspirasi : -/-
 Retraksi suprasternal : -
 Retraksi interkostal : -/-
 Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen + -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - +
Retraksi - -

5
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - + ; perforasi sentral
Bula - -
Sekret - +
Refleks Cahaya Arah jam 5 tidak dapat dinilai
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b) Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi Hiperemis (-), livide (-) Hiperemis (-), livide (-)
Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lendir DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-), luka (-)
Lantai + dasar
DBN DBN
hidung
Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-), hiperemis(-),
Konka inferior
livide (-) livide (-)
Meatus nasi inferior DBN DBN
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

6
Rinoskopi
Kanan Kiri
Posterior
Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),
Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lendir DBN DBN
Koana DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Hiperemis (-), livide (-), Hiperemis (-), livide (-),
Konka superior
hipertrofi (-) hipertrofi (-)
Adenoid DBN DBN
Massa tumor - -
Fossa rossenmuller - -
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan

c) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut DBN
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
M1 dextra atas tidak ada.
Gigi
Caries M1 D/S bawah
Kelenjar ludah DBN

d) Faring
Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)

7
Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Tonsil
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid Sulit dinilai
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri
Regio I DBN DBN
Regio II DBN DBN
Regio III DBN DBN
Regio IV DBN DBN
Regio V DBN DBN

8
Regio VI DBN DBN
area Parotis DBN DBN
Area postauricula DBN DBN
Area occipital DBN DBN
Area supraclavicula DBN DBN

g) Pemeriksaan Nervi Craniales


Kanan Kiri
Nervus III, IV, VI DBN DBN
Nervus VII DBN DBN
Nervus IX DBN
Regio XII DBN

2.4 PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne + -
Tes weber Lateralisasi ke telinga yang sakit
Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Memanjang
Kesimpulan : Fungsi Pendengaran telinga kanan normal, sedangkan
telinga kiri tuli konduktif

2.5 DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis Aurikula sinistra Tipe Benigna
Tuli Konduktif Aurikula sinistra et causa OMSK

9
2.6 DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Akut stadium Perforasi


Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Maligna

2.7 PENATALAKSANAAN

Diagnostic
OMSK Aurikula sinistra tipe benigna.
Lakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen mastoid.

Terapi
Prinsip terapi OMSK tipe benigna atau aman adalah konservatif atau
medikamentosa.
- Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik
Tarivid 2 kali sehari sebanyak 4 tetes
- Antibiotik sistemik
Ampisilin 500 mg, 4 kali sehari
- Analgetik
Asam mefenamat 500 mg, 3 kali sehari

Monitoring
- Minta pasien untuk kontrol ulang setelah obat yang diberikan habis. Lihat
apakah ada perbaikan dari keluhan yang dialami pasien, yaitu keluarnya
sekret dari telinga.
- Setelah di observasi selama 2 bulan, lihat apakah ada perbaikan dari
perforasi pada membran timpani. Jika dalam waktu tersebut masih ada
perforasi, maka idealnya diindikasikan untuk melakukan tindakan bedah
(miringoplasti/timpanoplasti)
- Foto rontgen mastoid
- Kultur dan uji resistensi kuman

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


1. Menjelaskan mengenai penyakit pasien, termasuk faktor yang
memperberat penyakit tersebut.

10
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
3. Memberitahu kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi yang
adekuat untuk penyakitnya.
4. Memberitahukan kepada pasien untuk menutup telinga ketika mandi
untuk mencegah telinga menjadi lembab dan tidak lagi mengorek
telinga.
5. Menyarankan pasien untuk tetap menjaga higienitas dan memakan
makanan yang bergizi.

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Telinga
Secara anatomi telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan terdiri atas tulang pada dua pertiga
dalam. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm.2
Pada sepertiga luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh liang telinga. Sedangkan pada dua pertiga dalam hanya
dijumpai sedikit kelenjar serumen.1,2

b. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut :
 Batas Luar : membran timpani
 Batas depan : tuba eustachius
 Batas bawah : vena jugularis
 Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

12
 Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
 Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, oval window, round window.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani ini juga
terbagi atas dua pars, yaitu :
- Pars flaksida (membran sharpnell), terletak di bagian atas. Terdiri atas dua
lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam yang dilapisi sel kubus bersilia. Pada pars ini
terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid.
- Pars Tensa (Membran propria), terletak di bagian bawah. Terdiri dari tiga
lapisan, pada bagian tengahnya terdapat lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan
sirkuler pada bagian dalam.1,2,3

Pada membran timpani inilah akan tampak refleks cahaya (cone of light),
yaitu pada pukul 7 untuk telinga kiri dan pada pukul 5 untuk telinga kanan. Pada
telinga tengah juga terdapat tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan,
yaitu maleus, inkus, stapes. Prosesus longus maleus melekat pada membran
timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes
terletak pada tingkap longjong yang berhubungan dengan koklea.2

13
c. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) berupa dua setengah
lingkaran dan 3 buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.2
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perlimfe, sedangkan skal media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut
membran vestibuli (reissner membrane), sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.2

3.2 Fisiologi Pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke
liang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga akan menggetarkan

14
membran timpani melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes)
yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window. Energi getar
yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
oval window, sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran
diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan
menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadilah pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

3.3 Definisi OMSK


Dahulu otitis media supuratif kronis (OMSK) disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari disebut congek.4
Yang disebut otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau
kental, bening atau berupa nanah.4

3.4 Epidemiologi
Otitis media dapat mengenai semua umur, tetapi sering mengenai anak-
anak. Peningkatan prevalensi otitis media pada sangat dipengaruhi oleh beberapa
kondisi seperti kondisi sosial ekonomi, kejadian ISPA, tempat tinggal yang padat,
higiene dan nutrisi yang jelek. Penjalaran ISPA menjadi otitis media terutama
terjadi pada anak-anak, hal ini dikarenakan pada anak saluran antara telinga
tengah dan nasofaring lebih pendek dan lebar, serta arahnya yang lebih
horizontal.3,4,5

15
3.5 Etiologi dan Perjalanan Penyakit

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.
OMSK juga merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA),
dimana perjalanannya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :2
- Terapi yang tidak adekuat
- Virulensi kuman yang tinggi
- Daya tahan tubuh yang rendah (gizi kurang)
- Higiene yang buruk

3.6 Jenis OMSK


Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh
karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
Pada perforasi sentral, terdapat pada pars tensa, sedangkan seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi
perforasi langsung berhubungan dengan anulus timpanikum. Perforasi atik adalah
perforasi yang terdapat pada pars flaksida.1,2,3
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa =
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = maligna).
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK
tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
aman tidak terdapat kolesteatoma.1,2

16
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik,
kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe
bahaya.2,4
Kolesteatom merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom
bertambah besar.2

3.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan THT
terutama pemeriksaan otoskopi. Gejala klinis yang mungkin dialami pasien dapat
berupa keluarnya sekret dari liang telinga baik yang bersifat mukus ataupun
purulen dan berbau khas, vertigo, tinitus, rasa penuh di telinga, serta penurunan
pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi biasanya akan ditemukan tanda-tanda
berupa adanya sekret yang basah ataupun kering pada kavum timpani, mukosa
kadang menebal, perforasi membran timpani, dan jika kerusakan epitel mencapai
epitimpanum dapat muncul granuloma yang mudah berdarah bila disentuh.
Pemeriksaan penala pada OMSK merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang terjadi
pada kasus OMSK kebanyakan adalah tuli konduktif, tetapi tidak menutup
kemungkinan terjadi tuli sensorineural jika sel-sel rambut mengalami kerusakan
akibat infeksi bakteri yang berpenetrasi ke telinga dalam.2,5
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji
resistensi kuman dari sekret telinga.2

3.8 Tatalaksana

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu yang lama, serta harus
berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.
Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :2

17
- Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga
tengah berhubungan dengan dunia luar
- Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
- Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga
mastoid
- Gizi dan higiene yang kurang

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan


medikamentosa. Bila sekret keluar terus menerus, maka berikan obat pencuci
telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid. Karena tetes telinga ini dapat bersifat ototoksik
maka tidak boleh diberikan lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang
sudah tenang. 2,6
Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin, atau eritromisin,
sebelum hasil tes resistensi di terima. Pada infeksi yang dicurigai resisten terhadap
ampisilin maka dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.2
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.2,5,6
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,
mungkin juga memerlukan pembedahan misalnya adenoidektomi atau
tonsilektomi.2
prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi bila terdapat OMSK tipe bahaya maka terapi yang tepat ialah
dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikula,
maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.2

18
Beberapa jenis pembedahan pada OMSK, yaitu :2,3,7
a. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe aman, yang dengan pengobatan konservatif
tidak sembuh. Tindakan ini dilakukan untuk membersihkan ruang mastoid
dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi telinga tidak berair
lagi.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatom yang
sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar
dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi selain membuang jaringan patologik juga mencegah
komplikasi intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian
tindakan ini adalah pasien tidak boleh berenang seumur hidupnya, harus
kontrol teratur, dan fungsi pendengaran mungkin sangat menurun sehingga
mengganggu proses pendidikan dan karir.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ini adalah membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
Merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan. Dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe I. Tujuan operasi ini adalah mencegah berulangnya
infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap.
e. Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan medikamentosa.
Tujuannya adalah menyembuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran.

19
Operasi ini selain melakukan rekonstruksi membran timpani juga
rekonstruksi tulang-tulang pendengaran. Sebelum rekonstruksi dilakukan
terlebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi.
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa teknik mastoidektomi radikal.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combine approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanostomi posterior.

3.9 Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten
dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media
akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi
akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis

20
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis

21
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn. E, laki-laki, 47


tahun, diketahui bahwa Tn. E datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher
Jambi dengan keluhan utama keluar darah dan nanah dari telinga kiri ± 2 hari
yang lalu. Darah dan nanah ini didapati oleh os ketika sedang mengorek telinga,
sehingga tertempel pada kapas. Os juga mengatakan bahwa ± 4 bulan yang lalu
pernah keluar cairan dari telinga kiri yang berwarna kekuningan, kental, dan
berbau. 2 bulan yang lalu os sudah pernah berobat untuk keluhannya tersebut,
oleh dokter diberikan obat tetes telinga dan obat minum, namun menurut os belum
ada perbaikan. Setelah itu os tidak melanjutkan pengobatannya.
Saat ini os juga merasa bahwa pendengaran pada telinga kiri menurun,
nyeri, telinga kiri berdenging dan os sering merasa pusing. Selain itu os mengaku
bahwa sebelum sakit os sering mengorek telinganya sendiri. Batuk (+). Riwayat
hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi obat (-).
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Tn. E dan didapat hasil
keadaan umum dalam batas normal, pemeriksaan fisik telinga didapatkan liang
telinga kiri lapang, kavum timpani tampak basah karena adanya sekret, dan
membran timpani kiri tampak perforasi di daerah sentral serta refleks cahaya kiri
tidak dapat dinilai. Dari pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli konduktif pada
telinga kiri.
Hal tersebut diatas sesuai dengan keluhan OMSK yang merupakan proses
peradangan telingan tengah dengan perforasi membran timpani dan disertai
adanya sekret yang berbau. Pada Tn. E perforasi terjadi di daerah sentral sehingga
dapat disimpulkan bahwa Tn. E mengalami OMSK tipe benigna atau aman.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret keluar terus menerus, maka berikan obat pencuci
telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik dan kortikosteroid. Karena tetes telinga ini dapat bersifat ototoksik
maka tidak boleh diberikan lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang

22
sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin, atau
eritromisin, sebelum hasil tes resistensi di terima. Pada infeksi yang dicurigai
resisten terhadap ampisilin maka dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Karena pada pasien ini diketahui bahwa sekret tidak keluar secara aktif atau
terus menerus dan hanya terdapat pada cavum timpani, maka dapat langsung
diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Kemudian diberikan juga antibiotik sistemik.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis sangat
tergantung kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi
penyakitnya.

23
BAB V
KESIMPULAN

1. Otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah.
2. OMSK merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA), dimana
perjalanannya sudah lebih dari 2 bulan.
3. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
- Terapi yang tidak adekuat
- Virulensi kuman yang tinggi
- Daya tahan tubuh yang rendah (gizi kurang)
- Higiene yang buruk
4. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.
Perforasi sentral menandakan OMSK tipe benigna sedangkan perforasi
marginal atau atik menandakan OMSK tipe maligna.
5. Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan THT
terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala pada OMSK merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji
resistensi kuman dari sekret telinga
6. Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu
mastoidektomi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Van den Broek, Feenstra. Buku saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung,
dan Telinga. Edisi ke-12. Jakarta : EGC, 2010
2. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Boies R. Lawrence, Adam L. George. Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. Alih bahasa : Wijaya Caroline. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta : EGC, 1997
4. Helmi Djaafar dan restuti RD. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
5. World Health Organization. Burden of Illness and Management Options
Child and Adolescent Health and Development Prevention of Blindness
and Deafness (serial online). Geneva, Switzerland, 2004. Diakses tanggal
21 april 2014. Available https://www.who.org/
6. Perhimpunan dokter spesialis THT-KL Indonesia. Guideline Penyakit
THT-KL di Indonesia. 2007
7. Scott Brown’s. Disease of ear, Nose, Throat. Fourth edition. London 1989.

25

Anda mungkin juga menyukai