PENDAHULUAN
Telinga sebagai alat pendengaran adalah suatu indera terpenting yang berperan dalam
pembentukan kualitas sumber daya manusia. Secara anatomis, telinga di bagi menjadi telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi, menghantarkannya, dan
memperkuat serta menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah mengubah getaran suara
menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah getaran cairan menjadi
rangsangan saraf.1
Gangguan pada telinga dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya pendengaran
seseorang. Salah satu penyakit pada telinga yang dapat menyebabkan gangguan tersebut ialah
otitis media. Otitis media sendiri merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Selain itu, otitis media juga
merupakan penyakit infeksi tersering pada anak. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Infeksi umumnya terjadi pada dua tahun pertama
kehidupan, sedangkan insiden puncak kedua terjadi pada tahun pertama masa sekolah. 2,3
Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, dan OME). Masingmasing golongan terbagi lagi atas akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut ( otitis media
akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Bagitu juga dengan otitis media serosa
yang terbagi atas otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis.1,2,3
Pada tahap OMA, biasanya sebagian kecil masyarakat menganggapnya sebagai hal biasa.
Mereka baru akan mencari pengobatan ketika penyakitnya telah menjadi OMSK. Perjalanan
penyakit dari otitis media akut (OMA) menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK) apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila prosesnya masih kurang dari 2 bulan maka disebut
dengan otitis media supuratif subakut.2
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di liang telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin kental, bening, atau berupa nanah.1,2,4
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK yaitu terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang
rendah (gizi kurang) atau higiene yang buruk.2
Di negara berkembang seperti Indonesia semdiri Otitis media supuratif kronis (OMSK)
dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK
mengangap penyakit ini adalah penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Pada
umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila telah terjadi komplikasi. Biasanya
komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna tetapi tipe amanpun dapat
menyebabkan komplikasi.4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn.S
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswi
Pendidikan Pasien
: PT
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Telinga kanan keluar darah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Os mengeluh keluar darah dari telinga kanan sejak 3 hari yang lalu, os merasa bengap
pada telinga kanan, perih jika masuk air ke telinga kanan. Os mengatakan 4 tahun yang
lalu juga pernah keluar darah dari telinga kanan .
Saat ini os juga merasa bahwa pendengaran pada telinga kanan menurun serta os sering
merasa sakit kepala, nyeri telinga kanan (-), demam (-) dan berdenging (-).
Riwayat Pengobatan
Os pernah berobat di RSUD Raden Mattaher pada tahun 2009. Os tidak dapat mengingat
obat apa yang diberikan kepadanya.
TELINGA
Gatal
: -/-
HIDUNG
Rinore : -/-
TENGGOROK
Sukar Menelan : -
LARING
Suara parau : -
Dikorek : -/-
Buntu : -/-
Sakit Menelan : -
Afonia : -
Trismus :-
Sesak napas : -
Nyeri
: +/- Bersin
Bengkak :-/-
* Dingin/Lembab : -
Ptyalismus : -
Rasa sakit :
Otore
: +/-
* Debu Rumah
Rasa Ngganjal : -
Rasa ngganjal : -
Tuli
: -/-
Berbau : -/-
Rasa Berlendir : -
Tinitus
:-/-
Mimisan : -/-
Rasa Kering : -
:-
Vertigo : -
Mual
Suara sengau : -
:-
Muntah : -
: compos mentis
Pernapasan
: 22 x/i
Suhu
: 36,5 C
Nadi
: 74x/i
TD : 110/70 mmHg
Anemia
: +/+
Sianosis
: -/-
Stridor inspirasi
: -/-
: -/-
Retraksi epigastrial
: -/-
a.
Telinga
Daun Telinga
Kanan
Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia
Keloid
Perikondritis
Kista
Fistel
Ott hematoma
Kanan
Kiri
Atresia
Serumen
Liang Telinga
Epidermis prop
Korpus alineum
Jaringan granulasi
Exositosis
Osteoma
Furunkel
Kanan
Kiri
Hiperemis
Retraksi
Bulging
Atropi
+ ; perforasi sentral
Bula
Sekret
Refleks Cahaya
Arah jam 5
Kanan
Kiri
Fistel
Kista
Abses
Kanan
Kiri
Fistel
Kista
Abses
Membrana Timpani
Perforasi
Retro-aurikular
Pre-aurikular
b.
Hidung
Rinoskopi
Anterior
Vestibulum nasi
Kavum nasi
Kanan
Kiri
Selaput lendir
DBN
DBN
Septum nasi
Lantai + dasar
Deviasi (-)
DBN
DBN
Hipertrofi (-),
livide (-)
DBN
DBN
Korpus alineum
Massa tumor
Rinoskopi
Kanan
Kiri
hipertrofi (-)
DBN
-
hipertrofi (-)
DBN
-
Kanan
Kiri
hidung
Konka inferior
Meatus nasi
inferior
Polip
Posterior
Kavum nasi
Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Konka superior
Adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Sinus
Tidak dilakukan
c.
Mulut
Hasil
DBN
Bibir
Lidah
Gigi
Caries (-)
Kelenjar ludah
d.
DBN
Faring
Hasil
Uvula
Palatum mole
Palatum durum
Plika anterior
Hiperemis (-)
Dekstra : tonsil
Tonsil
permukaan
rata,
detritus (-)
Sinistra :
tonsil
permukaan
rata,
T1,
kripta
T1,
kripta
Plika posterior
detritus (-)
Hiperemis (-)
Mukosa orofaring
e.
hiperemis
tidak
Laringoskopi Indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid
Sulit dinilai
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa
f.
melebar
hiperemis
tidak
Kiri
(-),
(-),
melebar
Regio I
DBN
DBN
Regio II
DBN
DBN
Regio III
DBN
DBN
Regio IV
DBN
DBN
Regio V
DBN
DBN
Regio VI
DBN
DBN
area Parotis
DBN
DBN
Area postauricula
DBN
DBN
Area occipital
DBN
DBN
Area supraclavicula
DBN
DBN
g.
Kiri
DBN
DBN
Nervus VII
DBN
DBN
Nervus IX
DBN
Regio XII
DBN
Kanan
Kiri
Tes weber
2.5 DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis Aman Tipe Benigna Aurikula dextra
2.7 PENATALAKSANAAN
Diagnostik
Otitis Media Supuratif Kronis Aman Tipe Benigna Aurikula sinistra
Lakukan pemeriksaan penunjang foto rontgen mastoid serta Kultur dan uji resistensi kuman
dari sekret telinga.
Terapi
Prinsip terapi OMSK tipe benigna atau aman adalah konservatif atau medikamentosa.
-
Monitoring
-
Minta pasien untuk kontrol ulang setelah obat yang diberikan habis. Lihat apakah ada
perbaikan dari keluhan yang dialami pasien, yaitu keluarnya sekret dari telinga.
Setelah di observasi selama 2 bulan, lihat apakah ada perbaikan dari perforasi pada
membran timpani. Jika dalam waktu tersebut masih ada perforasi, maka idealnya
diindikasikan untuk melakukan tindakan bedah (miringoplasti/timpanoplasti). Operasi
ini bertujuan untuk mengehentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Telinga
Secara anatomi telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari
tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga luar dan terdiri atas tulang pada dua pertiga dalam. Panjangnya kira-kira 2,5 3
cm.2
Pada sepertiga luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi
kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
telinga. Sedangkan pada dua pertiga dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.1,2,5
b. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas Luar
Batas depan
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
: membran timpani
: tuba eustachius
: vena jugularis
: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
: tegmen timpani (meningen/otak)
: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani ini juga terbagi atas dua pars, yaitu
:
-
Pars flaksida (membran sharpnell), terletak di bagian atas. Terdiri atas dua lapisan, yaitu
bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam yang
dilapisi sel kubus bersilia. Pada pars ini terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid.
Pars Tensa (Membran propria), terletak di bagian bawah. Terdiri dari tiga lapisan, pada
bagian tengahnya terdapat lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang
berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1,2,3,5
Pada membran timpani inilah akan tampak refleks cahaya (cone of light), yaitu pada pukul
7 untuk telinga kiri dan pada pukul 5 untuk telinga kanan. Pada telinga tengah juga terdapat
tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan, yaitu maleus, inkus, stapes. Prosesus
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap longjong yang berhubungan dengan koklea.2
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) berupa dua setengah lingkaran dan 3 buah
kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.2
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran
yang tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perlimfe, sedangkan skal media
berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (reissner membrane),
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.2
3.2 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani, sehingga akan menggetarkan membran timpani melalui rangkaian tulang
pendengaran (maleus, inkus, stapes) yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan oval
window, sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerakan relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadilah pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
3.3 Definisi OMSK
Dahulu otitis media supuratif kronis (OMSK) disebut otitis media perforata (OMP) atau
dalam sebutan sehari-hari disebut congek.4
Yang disebut otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.4
3.4 Epidemiologi
Otitis media dapat mengenai semua umur, tetapi sering mengenai anak-anak. Peningkatan
prevalensi otitis media pada sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti kondisi sosial
ekonomi, kejadian ISPA, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Penjalaran
ISPA menjadi otitis media terutama terjadi pada anak-anak, hal ini dikarenakan pada anak
saluran antara telinga tengah dan nasofaring lebih pendek dan lebar, serta arahnya yang lebih
horizontal.3,4,6
3.5 Etiologi dan Perjalanan Penyakit
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Downs syndrom.
OMSK juga merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA), dimana
perjalanannya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi
OMSK adalah :2
-
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya
atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya. 2,4
Kolesteatom merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar.2
3.7 Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Gejala klinis yang mungkin dialami pasien dapat berupa keluarnya sekret
dari liang telinga baik yang bersifat mukus ataupun purulen dan berbau khas, vertigo, tinitus,
rasa penuh di telinga, serta penurunan pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi biasanya akan
ditemukan tanda-tanda berupa adanya sekret yang basah ataupun kering pada kavum timpani,
mukosa kadang menebal, perforasi membran timpani, dan jika kerusakan epitel mencapai
epitimpanum dapat muncul granuloma yang mudah berdarah bila disentuh. Pemeriksaan penala
pada OMSK merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran yang terjadi pada kasus OMSK kebanyakan adalah tuli
konduktif, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi tuli sensorineural jika sel-sel rambut
mengalami kerusakan akibat infeksi bakteri yang berpenetrasi ke telinga dalam.2,6
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur uji resistensi kuman
dari sekret telinga.2
3.8 Tatalaksana
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu yang lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :2
-
sekret keluar terus menerus, maka berikan obat pencuci telinga berupa larutan H 2O2 3% selama
3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena tetes telinga ini dapat bersifat ototoksik
maka tidak boleh diberikan lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. 2,7
Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin, atau eritromisin, sebelum hasil tes
resistensi di terima. Pada infeksi yang dicurigai resisten terhadap ampisilin maka dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.2
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.2,6,8
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga memerlukan
pembedahan misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.2
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi bila
terdapat OMSK tipe bahaya maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikula,
maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.2
Beberapa jenis pembedahan pada OMSK, yaitu :2,3,9
a. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe aman, yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.
Tindakan ini dilakukan untuk membersihkan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi telinga tidak berair lagi.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari jaringan patologik.
Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi selain membuang jaringan patologik juga mencegah komplikasi
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian tindakan ini adalah pasien
tidak boleh berenang seumur hidupnya, harus kontrol teratur, dan fungsi pendengaran
mungkin sangat menurun sehingga mengganggu proses pendidikan dan karir.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik tetapi belum merusak kavum
timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan.
Tujuan operasi ini adalah membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
Merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan. Dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. Tujuan operasi ini adalah mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap.
e. Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe
aman yang tidak bisa ditenangkan dengan medikamentosa. Tujuannya adalah
menyembuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran.
Operasi ini selain melakukan rekonstruksi membran timpani juga rekonstruksi tulangtulang pendengaran. Sebelum rekonstruksi dilakukan terlebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi.
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Dilakukan pada OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang
luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa teknik mastoidektomi radikal.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
dua jalan (combine approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanostomi posterior.
3.9 Komplikasi
Otitis media supuratif baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensial untuk
menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan yang menyebabkan otore. Biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun dapat
meyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen. 4
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut4:
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistula labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Nn. S, perempuan, 25 tahun, diketahui
bahwa Nn.S datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan utama
telinga Kanan keluar darah sejak 3 hari yang lalu. pasien mengeluh telinga kanan bengap 1
minggu yang lalu. Os juga mengatakan bahwa sebelumnya pernah keluar darah dari telinga
kanan. 4 tahun yang lalu os sudah pernah berobat ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher
Jambi untuk keluhan tersebut.
Saat ini os juga merasa bahwa pendengaran pada telinga kanan menurun dan os sering
merasa sakit kepala, nyeri (+), demam (-), berdenging (-) dan Riwayat hipertensi (-), riwayat DM
(-), riwayat alergi obat (-).
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Tn. X dan didapat hasil keadaan umum
dalam batas normal, pemeriksaan fisik telinga didapatkan liang telinga kanan lapang, tampak
darah, kavum timpani terlihat dan membran timpani kanan tampak perforasi di daerah sentral
serta refleks cahaya kanan tidak dapat dinilai. Dari pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli
konduktif pada telinga kanan.
Hal tersebut diatas sesuai dengan keluhan OMSK yang merupakan proses peradangan
telingan tengah dengan perforasi membran timpani dan disertai adanya sekret yang berbau. Pada
Tn. X perforasi terjadi di daerah sentral sehingga dapat disimpulkan bahwa Tn. X mengalami
OMSK tipe benigna atau aman.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
keluar terus menerus, maka berikan obat pencuci telinga berupa larutan H 2O2 3% selama 3-5
hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena tetes telinga ini dapat bersifat ototoksik
maka tidak boleh diberikan lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.
Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin, atau eritromisin, sebelum hasil tes
resistensi di terima.9 Pada infeksi yang dicurigai resisten terhadap ampisilin maka dapat
diberikan ampisilin asam klavulanat.
Karena pada pasien ini diketahui bahwa sekret tidak keluar secara aktif atau terus menerus,
maka dapat langsung diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Kemudian diberikan juga antibiotik sistemik.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis sangat tergantung kepada
tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN
1. Otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.
Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
2. OMSK merupakan proses lanjutan dari otitis media akut (OMA), dimana perjalanannya sudah
lebih dari 2 bulan.
3. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
Terapi yang tidak adekuat
Virulensi kuman yang tinggi
Daya tahan tubuh yang rendah (gizi kurang)
Higiene yang buruk
4. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi
dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Perforasi sentral menandakan OMSK
tipe benigna sedangkan perforasi marginal atau atik menandakan OMSK tipe maligna.
5. Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala pada OMSK merupakan pemeriksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto
rontgen mastoid serta kultur uji resistensi kuman dari sekret telinga
6. Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Sedangkan
prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Van den Broek, Feenstra. Buku saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga.
Edisi ke-12. Jakarta : EGC, 2010
2. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010.
3. Boies R. Lawrence, Adam L. George. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Alih
bahasa : Wijaya Caroline. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : EGC,
1997
4. Helmi Djaafar dan restuti RD. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
https://www.who.org/
7. R. Suheryanto, Efektivitas Ofloxacin Tetes Telinga Pada Otitis Media Purulenta Akut
Perforata di Poliklinik THT RSUD . Malang. 2000
8. Perhimpunan dokter spesialis THT-KL Indonesia. Guideline Penyakit THT-KL di
Indonesia. 2007
9. Indudharan R, Hag Ashrafulji, Alyar Subramania, Antibiotics in Chronic Suppurative
Otitis Media: A, Bacteriology Study, Annals Of Otology Rhinology Laryngology, 108,
1999.
10. Scott Browns. Disease of ear, Nose, Throat. Fourth edition. London 1989.