PENDAHULUAN
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.1 Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut pontetial danger to
mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada lini terdepan.1 Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang
yang bersangkutan. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa 35-37% ibu hamil di negara berkembang dan 18%
ibu hamil di negara maju mengalami anemia.2
Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi besi.
Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi merupakan
masalah gizi ibu hamil yang utama. Untuk mengatasi masalah anemia pada ibu
hamil dan mencegah dampak buruk anemia pada ibu hamil terhadap ibu dan janin
serta bayi, pemerintah telah melaksanakan program pemberian tablet besi.
Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui
institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan
tablet besi atau Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu
hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Meskipun upaya intervensi
untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil telah lama dilakukan, program
ini tampaknya perlu dievaluasi efektivitasnya, mengingat sampai saat ini
prevalensi anemia ibu hamil masih tetap tinggi.3
1
Dinegara sedang berkembang, anemia sangat membahayakan ibu hamil. Di
negara maju, frekuensi anemia pada kehamilan kurang umum, tetapi beberapa
wanita, terutama kelompok sosioekonomi kurang, menjadi anemik sewaktu hamil.
Seorang wanita dewasa sehat mempunyai jumlah total zat besi dalam tubuh
sebesar 3500 - 4500 mg. Sebanyak 75 persen dari jumlah ini tersimpan didalam
eritrosit dalam bentuk hemoglobin, 20 persen terdapat dalam simpanan tubuh,
terutama sumsum tulang dan sistem retikulendotelial sebagai kompleks feritin,
dan sisanya 5 persen disimpan di dalam otot dan sistem enzim, terutama sebagai
miohemoglobin.4
Seperti Negara berkembang lainnya, di Indonesia anemia disebabkan karena
defisiensi zat gizi mikro (micronutrient) dengan penyebab terbanyak defisiensi zat
besi. Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%.5
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah dan sel
darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.6
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam
rahim. Plasenta dalam perkembangan nya mengeluarkan hormone somatomatropin,
estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihatjelas pada kulit dan
otot-otot di perineum dan vulva, sehingga padavagina akan terlihat bewarna keunguan
yang dikenal dengan tandaChadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnyasejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematanganfolikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapatditemukan di ovarium. Folikel ini akan
4
berfungsi maksimal selama6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagaipenghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagaipersiapan memberikan
ASI pada saat laktasi. Perkembanganpayudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru
hormone saatkehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin.
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janindalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasiretro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.Akibat dari faktor
tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran
darah, yaitu:
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadisemacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknyapada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah)
bertambahsebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.Curah jantung
akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnyahemodilusi darah mulai tampak sekitar
umur hamil 16 minggu,sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati
untukhamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerjajantung sehingga wanita
hamil dengan sakit jantung dapat jatuhdalam dekompensasio kordis. Pada postpartum
terjadi
hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapatmengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapipertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatanvolume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemiafisiologis.
Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlahsebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia maka lajuendap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali
dari angkanormal.
3) Sistem respirasi
5
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untukdapat memenuhi
kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25%
dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akantertekan oleh uterus yang
mulai membesar sehinggamenimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin sudah mulai turun kepintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadikemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenaidaerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan namastriae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalamiperubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makintinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI.Diperkirakan selama kehamilan berat badan akanbertambah 12,5 kg.
Sebgaian besar penambahan berat badanselama kehamilan berasal dari uterus dan
isinya. Kemudianpayudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Padakehamilan
normal akan terjadi hipoglikemia puasa yangdisebabkan oleh kenaikan kadar insulin,
hiperglikemi postprandial dan hiperinsulinemia.Zinc (Zn) sangat penting untuk
pertumbuhan danperkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan
zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janinterhambat.(Prawirohardjo, 2008).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. adalah
kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah.2
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal.7
9
kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi
ke janin.6
2.4. Etiologi
Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi (Lat. Prive =
kekurangan) untuk sintyesa hemoglobin. Cirinya adalah kadar hemoglobin per
eritrosit di bawah normal (hipokrom) dengan eritrosit yang abnormal kecilnya
(mikrositer) dan MCV rendah. MCV atauMean Corpuscular Volume merupakan
salah satu karakteristik sel darah merah.
2. Penyakit dasar.
3. Perdarahan.
Pada wanita hamil kadar haemoglobin akan menurun karena disebabkan oleh
perdarahan selama kehamilan seperti pada kasus placenta previa dan solutio
plasenta.
4. Umur.
Anemia defisiensi besi pada ibu-ibu hamil dapat disebabkan oleh beberapa
hal di antaranya adalah kurang masuknya unsur besi dalam makanan, gangguan
penyerapan (absorpsi) dalam saluran pencernaan, kebutuhan yang meningkat atau
karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh. Pada keadaan
tertentu makanan yang dikonsumsi sehari-hari dapat mempengaruhi zat besi ini
seperti konsumsi Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan sedangkan unsur
phitat, oksalat dan tannat dapat mengurangi penyerapan.
Pencegahan
Bagi wanita hamil baik pada trimester awal maupun lanjut dianjurkan untuk
mengkonsumsi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari dan diberi
nasihat untuk mengkonsumsi protein (daging, ikan, telur, susu) dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral dan vitamin.5,2
14
Prognosa
Anemia defisiensi besi dalam kehamilan memiliki prognosa yang baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung tanpa banyak perdarahan ataupun
komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati pada kehamilan muda dapat
menyebabkan abortus, sedangkan pada kehamilan tua dapat menyebabkan partus
lama, perdarahan postpartum dan infeksi.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah namun dalam beberapa
bulan kemudian dapat nampak sebagai anemia infantum yang disebabkan oleh
kurangnya cadangan besi.5,8
Anemia akibat kehilangan darah yang akut dapat terjadi pada kehamilan muda
maupun kehamilan lanjut dan postpartum. Pada kehamilan muda anemia akibat
perdarahan akut dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu
dan mola hidatidosa. Anemia pada kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh
solution plasenta dan dari semuanya terbanyak adalah anemia akibat dari
perdarahan post partum.8,9
15
Terapi
Pada perdarahan masif yang dilakukan pertama kali adalah 9
1. Mengganti cairan : dengan pemberian cairan kristaloid tiga kali banyaknya
dari perkiraan hilangnya darah.
2. Penggantian darah : Transfusi dilakukan bila kadar Hb kurang dari 8g/dL
dan bila hematokrit kurang dari 25%. Bila penderita kehilangan darah
masive dan keadaan umum tidak stabil maka diberikan whole blood, bila
keadaan baik dan perdarahan tidak masih dapat diberikan PRC.
Bila hipovolemia telah diatasi dan keseimbangan hemostatis sudah dicapai maka
sisa anemia dapat diatasi dengan pemberian zat besi minimal 3 bulan.
Pengobatan
Pada wanita hamil diperlukan asam folat sebanyak 400 ug perhari. Untuk
mengobati defisiensi asam folat maka pada wanita hamil diberikan tablet asam
folat dengan dosis 1 mg. Pada pengobatan anemia megaloblastik juga diberikan
zat besi. Disarankan juga untuk banyak mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-
kacangan dan protein hewani. Untuk pencegahan terjadinya defisiensi asam folat
maka dapat diberikan 0,4 mg asam folat perhari dari awal kehamilan.Pemberian
asam folat tambahan sangat diharuskan pada wanita hamil dengan faktor resiko
gemelli, anemia hemolitik, penyakti Chron, alkoholisme. Asam folat juga dapat
mengurangi resiko janin dengan spina bifida.1,2,6
17
Defisiensi Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Anemia disebabkan oleh defisisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa Addison
Biermer) jarang terjadi. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami
gangguan kurangnya intrinsik faktor sehingga penyerapan vitamin B12
terganggu.Wanita hamil yang mengalami defisiensi vitamin B12 kemungkinan
pernah mengalami parsial atau total gasterektomi.Pengobatannya yang dilakukan
adalah dengan memberikan suplemen vitamin B12 sebanyak 1000 ug tiap
bulannya. Kekurangnya vitamin B12 dapat menyebabkan subinfertilitas sehingga
biasanya telah dikoreksi sebelum terjadi kehamilan.
Gambar. 2. Sel darah tepi pada anemia Gambar. 3.Sumsum tulang pada pasein
pernisiosa. Tampak eritrosit makrositer dengan anemi pernisiosa yg tidak diobati.
dan hipersegmented neutrofil. Maturasi megaloblastik dari eritrosit.
18
Pengobatan
Terapi yang dapat diberikan adalah rekombinan eritropoetin, kemungkinan efek
yang dapat timbul dengan terapi ini adalah peningkatan tekanan darah, namun
masih belum banyak penelitian yang dilakukan.2,10
Anemia Hemolitik Akibat Obat : Hemolitik pada keadaan ini umumnya tidak
berat dan dapat dicegah atau diobati dengan menghentikan penggunaan zat-zat
bersangkutan. Mekanisme terjadinya umumnya akibat dari gangguan imunologi
dengan perantaraan zat tersebut. Obat dapat bersifat hapten berafinitas tinggi
dengan protein eritrosit dimana antibodi antigen zat tersebut melekat (contoh IgM
antipenicilin atau antisefalosporin antibodi). Zat-zat yang lain memiliki hapten
berafinitas rendah dan melekat dengan protein membran sel (contoh
probenecid,quinidine, rifampin, thiopental). Penggunaan kortikosteroid dalam
pengobatan masih dipertanyakan kefektifannya. Hemolisis akibat obat-obatan
sering dihubungkan dengan defek enzimatik eritrosit seperti defisiensi G6PD.8,9,10
Anemia Hemolitik Akibat Kehamilan : Angka kejadian hal ini juga rendah,
namun pernah ditemukan kasus hemolisis yang dimulai pada awal kehamilan dan
berakhir beberapa bulan setelah melahirkan. Pada kasus ini tidak ditemukan
adanya kelainan pada eritrosit. Hemolisis ini juga terjadi pada janin sehingga
diperkirakan akibat dari sistem imunologik. Pengobatan yang diberikan adalan
kortikosteroid yang biasanya cukup efektif.8,9,10
20
Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria : Ditandai dengan adanya kelainan
susunan granulosit, platelet dan eritrosit. Disebabkan mutasi abnormal dari X-
linked gen yang diberi istilah PIG-A yang menyebabkan keabnormalan protein
membran sel sehingga lisis. Dapat dipicu oleh akibat dari transfusi, infeksi dan
pembedahan. Pengobatan yang pasti adalah dengan transplantasi sumsum
tulang.8,9,10
Anemia Hemolitik Herediter Akibat dari Defek Sel Eritosit
Sferositosis : Diturunkan secara autosom dominan dan resesif. Kemungkinan
disebabkan oleh karena defisiensi akyrin dan spektrin. Diagnosis pasti dgn adanya
sferosit, retikulosit pada hapusan sel darah tepi serta peningkatan fragilitas
osmotik sel darah merah. Penatalaksanaan dengan splenektomi dapat menurunkan
hemolisis, anemia dan ikterik walau tidak memperbaiki defek membran eritrosit.
Juga diberikan asam folat pada wanita hamil. Kehamilan dgn sferositosis
umumnya dapat berlangsung, ada yang berakhir dengan abortus dan lahir
prematur. Neonatus yg mewariskan sferositosis herediter dpat menjadi anemia dan
hiperbilirubinemia, kadar Hb hingga 5 g/dL dalam waktu 5 minggu setelah lahir.
22
Menurut WHO:Definisi anemia berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin dan
status kehamilan sebagai berikut:
Hb < 11 g/dl (anak-anak usia 6 bulan - 5 tahun)
Hb < 11,5 g/dl (anak-anak usia 5 tahun-11 tahun)
Hb < 13 g/dl (laki-laki dewasa)
Hb < 12 g/dl (Perempuan tidak hamil)
Hb <11 g/dl (perempuan hamil)
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO, Anemia
dapat diklasifikasikansebagai ringan, sedang dan berat.9
Hb 10.0-10.9g/d1(ringan),
Hb 7-9.9g/dl(sedang), dan
Hb <7g /dl(berat).
Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah:2
23
Semua ini berkaitan dengan kekurangan enzim-besi yang perlu bagi
pembahuryuan sel-sel epitel.
2.7. Penatalaksanaan
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen
(protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta
enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.10
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta (keperluan
janin di dalam kandungan), 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan masa
hemoglobin maternal (untuk mengoptimalkan kadar dan fungsi hemoglobin di
dalam darah selama kehamilan). Kurang lebih 200 mg akan diekskresikan
(dikeluarkan) lewat usus, urin dan kulit. Selama kehamilan dengan perhitungan
288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kurang untuk wanita hamil.
Nutrisi yang baik adalah solusi yang paling tepat untuk mencegah anemia
terutama pada anemia defisiensi besi. Dengan mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi seperti sayuran hijau, daging merah, telur, kacang
kacangan, atau mengonsumsi makanan tambahan seperti royal jelly yang juga
mengandung zat besi dapat membantu menjaga kadar zat besi di dalam tubuh
dalam jumlah yang optimal sehingga tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.
24
Apabila asupan zat besi tidak dapat dipenuhi dari intake makanan, maka
wanita hamil dianjurkan untuk mengonsumsi tablet besi selama kehamilan.
Preparat tablet besi yang biasa digunakan adalah fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60
mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis (pencegahan) anemia.
25
Pencegahan Anemia Kehamilan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika
sedang hamil. Makan-makan yang tinggi kandungan zat besi ( seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup besi dan asam folat. Pastikan bahwa
wanita hamil dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan
anemia.7
1. Defisiensi Besi6
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hemotrokit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 90 mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.6
26
Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan
kontroversi. Di negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga
konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah dilaporkan
Meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk masa kehamilan
(KMK) atau small-for-gestational age (SGA), kelahiran prematur, dan mortalitas
perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan infark plasenta sehingga
hemodilusi pada kehamilan dapat meningkatkan pertumbuhan janin dengan cara
mencegah trombosis dalam sirkulasi uteroplasental. Oleh karena itu, jika
peningkatan kadar Hb mencerminkan kelebihan besi, maka suplementasi besi
secara rutin pada ibu hamil yang tidak anemik perlu ditinaju kembali.6
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb < 11
g/dl dan feritin > 20 g/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir
rendah. Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal (> 13,2 g/dl)
mendapatkan peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc. Selain itu
pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan dengan
proposi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol.6
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan
folat maternal. Peningkatan lebih besardapat terjadi karena kehamilan multipel,
diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi.
Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya
memiliki efek penghambatan terhadap absorbsi folat. Defisiensi asam folat oleh
karenanya sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama
anemia megaloblastik pada kehamilan.6
Defisiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital
janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain
itu, defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran
kemih, alat gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-
enzim metabolisme folat, terutama mutasi 677C-T pada gen MTHFR, juga
berpredisposisi terhadap kelainan kongenital.6
28
Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral
sebanyak 1 samapai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat
dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya
sedikitnya 400 g folat per hari.6
3. Anemia Aplastik
Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia)
disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia,
perdarahan antepartum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia
megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada akhir masa
kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita
anemia sel sabit6
29
Interaksi Zat Besi, Asam Folat dan Seng
Status dan manipulasi terhadap satu atau lebih zat gizimikro dalam tubuh
akan mempengaruhi metabolism zat gizimikro lainnya (Watts, 1997). Zat
gizimikro yang mungkin berinteraksi dengan besi dalam fungsinya pada sintesis
hemoglobin cukup banyak antara lain adalah asam folat, vitamin B12, vitamin A,
vitamin C, seng dan tembaga.5
Interaksi besi dan folat adalah peranan folat pada metabolism asam nukleat.
Pada defisiensi folat akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit yang
pada gilirannya akan menyebabkan gangguan dalam replikasi DNA dan proses
pembelahan sel. Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja sel tubuh termasuk sel
yang berperan dalam sintesis hemoglobin.5
Defisiensi folat akan menyebabkan gangguan metabolism DNA dan bila
berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan DNA dan gangguan ekspresi gen.5
Dari sisi pandang eritopoisis, defisiensi folat akan menyebabkan gangguan
pematangan eritrosit, yang menyebabkan munculnya sel darah merah dengan
bentuk dan ukuran yang abnormal. Kondisi ini disebut anemia megaloblastik.
Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja seluruh sel tubuh termasuk sel yang
berperan dalam pembentukan hemoglobin. Biasanya defisiensi folat seiring
dengan defisiensi besi. Pada populasi defisiensi besi rendah maka prevalensi
defisiensi folat juga rendah.5
Peranan asam folat dalam proses sintesis nukleo protein merupakan kunci
pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam susunan tulang.
Kerja asam folat tersebut banyak berhubungan dengan kerja dari vitamin B12
(Winarno, 1997). Folat diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh
yang melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam amino
misalnya konversi homosistein menjadi metionin da serin menjadi glisin atau pada
sintesis prekusor DNA purin (Hoffbrand, 2005).
Asam folat berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan
karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesis asam nukleat. Bentuk
koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam tetrahidrofolat (THFA) THFA
beperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin, yaitu
30
senyawa yang digunakan dalam pembentukan DNA dan RNA. THFA berperan
dalam saling mengubah antara serin dan glisin, oksidasi glisin, metilasi
hemosistein menjadi metionin dengan vitamin B12 sebagai kofaktor dan metilasi
prekusor etanolamin menjadi vitamin kolin. Asam folat dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk
pendewasaannya. Asam folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam
pembentukan hem. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk
aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang, dan jaringan s
Sediaan Besi
31
Garam organis ini tidak begitu merangsang seperti ferrosulfat. Sering
digunakan dalam sediaan kombinasi dengan B12 dan asamfolat walaupun
secararasional kombinasi tersebut tidak dapat dibenarkan.
Ferri-sorbitolsitrat: (Jectofer)
Dosis: i.m. (dalam) 100 mg Fe sehari (2 ml larutan)
BAB III
KESIMPULAN
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah defisiensi
besi. Mora and Nestel (2000) menyatakan bahwa anemia defisiensi besi
merupakan masalah gizi ibu hamil yang utama.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya. Volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dengan proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb) akibat hemodilusi.
32
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut
WHO:Anemiadapat diklasifikasikansebagai ringan, sedang dan berat.
Hb 10.0-10.9g/d1(ringan),
Hb 7-9.9g/dl(sedang), dan
Hb <7g /dl(berat).
Pencegahan Anemia Kehamilan; Nutrisi yang baik adalah cara terbaik
untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil. Makan-makan yang
tinggi kandungan zat besi ( seperti sayuran berdaun hijau, daging merah,
sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh
memiliki cukup besi dan asam folat. Pastikan bahwa wanita hamil dicek
pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia.
DAFTAR PUSTAKA
33
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Anemia dalam
Kehamilan. Jakarta. Penerbit: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008. Hal. 775-779.
7. Proverawati. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta. Penerbit:
Medical Book. 2011.
8. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi.
Perubahan pada Badan Ibu. Darah. Bandung. Penerbit: FK UNPAD.
Hal.147-148.
9. Alen Meserel, Enawgaw. B, Gelaw. A. Prevalence of anemia and
associated risk factor among pregnant women attending antenatal care in
Azezo Health Center Gondar Town, Northwes Ethopia.J Interdiscipl
Histopathol. 28 Januari 2014.
10. Medical center. Anemia pada kehamilan akibat kekurangan zat besi. Serial
online 2015.URL: http:/www.pnccenter.co.id/index.php/id/read/2/anemia-
pada-kehamilan-akibat-kekurangan-zat-besi.html.
34