Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 27 TAHUN 2019

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6


Tutor : dr. Bintang Arroyantri
Pranajaya, SpKJ

Nuravif Setianingrum 04011181621012


Anggun Fitri Utami 04011181621013
Ningrum Jayanti 04011181621072
Nyimas Feby Ainun Namiroh 04011281621081
Yuana Tiara Khumairah 04011281621130
M. Khoirudin 04011281621139
Mita Al Maida 04011281621141
Syakina 04011281621142
Jawrihul Agung Alfarid 04011281621148

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario A Blok 27 Tahun 2019” dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberi nafas kehidupan,
2. Tutor kelompok 6, dr. Bintang Arroyantri Pranajaya, SpKJ
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih mempunyai


kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala bantuan
yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan
semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan untuk membuka wawasan yang lebih luas lagi. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2019


Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
I. Kegiatan Tutorial .................................................................................. 1
BAB II ISI ........................................................................................................ 2
I. SKENARIO .......................................................................................... 2
II. Klarifikasi Istilah .................................................................................. 2
III. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
IV. Analisis Masalah .................................................................................. 4
V. Hipotesis ............................................................................................... 13
VI. Learning Issue ...................................................................................... 13
VII. Kerangka Konsep ................................................................................. 31
VIII. Kesimpulan........................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Kegiatan Tutorial
Tutor : dr. Bintang Arroyantri Pranajaya, SpKJ
Moderator : Ningrum Jayanti
Sekretaris : 1. Yuana Tiara Khumairah
2. Syakina
Peraturan selama tutorial :
1. Diperbolehkan untuk minum dan dilarang untuk makan.
2. Diperbolehkan permisi ke toilet.
3. Pada saat ingin berbicara terlebih dahulu
mengacungkan tangan, lalu setelah diberi izin
moderator baru bicara.
4. Tidak boleh memotong pembicaraan orang lain.
5. Harus lebih aktif selama kegiatan tutorial.

1
BAB II
ISI

I. SKENARIO A BLOK 27 TAHUN 2019

Dr.Ali, dokter kepala puskesmas “Antabranta”, kecamatan “Sementul”, Kota “Parasut”,


melaksanakan upaya pelayanan kesehatan personal dengan Prinsip pelayanan dokter keluarga
dan dokter Ali ingin mewujudkan keluarga dengan “Pola Hidup Bersih Sehat” kecamatan
“Sementul”.
Dari profil kesehatan kota “Parasut”, didapat data bahwa di Kecamatan “Sementul” ada 10
jenis penyakit yang merupakan Endemis, dan dari penyakit endemis tersebut “Malaria”
menjadi Penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB).
Keadaan kesehatan lingkungan (fungsi outdoor) wiayah kecamatan “Sementul”
memprihatinkan terutama tingkat kebisingan akibat bunyi kendaraan bermotor, karena wilayah
kecamatan “Sementul” di pusat kota “Parasut”.
Dalam rangka menuju kecamatan “Sementul” sehat, dokter Ali mengadakan pertemuan
dengan bapak camat kecamatan “Sementul”, Stakeholder,dan staff puskesmas membicarkan
gagasan ini. Selanjutnya dokter Ali memfasilitasi survei mawas diri (SMD) dan Musyawarah
masyarakat desa (MMD) untuk mewudjudkan kecamatan “Sementul Sehat”

II. KLARIFIKASI ISTILAH

No Klarifikasi Istilah Definisi


1. Pelayanan Setiap upaya yang diselenggarakan
kesehatan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, ataupun
masyarakat (Depkes RI)
2. Dokter keluarga Dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi
komunitas dengan titikberat pada
keluarga, tidak hanya memandang
pemerintah sebagai individu yang sakit
tetapi sebagian bagian dari unit keluarga
dan tidak hanya menanti secara pasif,
tetapi bilaperlu aktif mengunjungi
pemerintah atau keluarganya (IDI,
1982)
3. PHBS Pola hidup bersih dan sehat adalah suatu
upaya individu dengan kesadaran

2
pribadi untuk berperilaku atau
menerapkan pola hidup sehat sehingga
keluarga dan seluruh anggotanyya
mampu menolong diri sendiri dalam
menjaga kesehatan dan menularkan
teladan mereka ke dalam kelompok
masyarakat (promkes.kemenkes.go.id)
4. Endemis Penyakit yang berjangkit disuatu daerah
atau pada suatu golongan masyarakat
5. Malaria Penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit protozoa dari keluarga
plasmodium yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles atau
jarum atau transfusi yang
terkontaminasi (Medicine.net)
6. KLB Meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah (waktu
tertentu) (Permenkes, 2004).
7. Stakeholder Atau pemangku kepentingan adalah
kelompok atau individu yang
dukungannya diperlukan demi
kesejahteraan dan kelangsungan hidup
organisasi. Pemangku kepentingan
adalah seseorang atau organisasi atau
kelompok dengan kepentingan terhadap
suatu sumber daya alam tertentu.
(Brown, 2001).
8. Survey Mawas Kegiatan pengenalan, pengumpulan,
Diri dan pengkajian masalah kesehatan yang
dilakukan oleh kader atau tokoh
masyarakat setempat dibawah
bimbingan petugas kesehatan atau
perawat di desa (Depkes RI).
9. MMD Pertemuan seluruh warga desa untuk
membahas hasil survey mawas diri dan
merencanakan penanggulangan
masalah kesehatan (Depkes RI)

III. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Dr.Ali, dokter kepala puskesmas “Antabranta”, kecamatan “Sementul”, Kota
“Parasut”, melaksanakan upaya pelayanan kesehatan personal dengan Prinsip

3
pelayanan dokter keluarga dan dokter Ali ingin mewujudkan keluarga dengan “Pola
Hidup Bersih Sehat” kecamatan “Sementul”. (PHBS)
2. Dari profil kesehatan kota “Parasut”, didapat data bahwa di Kecamatan “Sementul” ada
10 jenis penyakit yang merupakan Endemis, dan dari penyakit endemis tersebut
“Malaria” menjadi Penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB). (KLB)
3. Keadaan kesehatan lingkungan (fungsi outdoor) wiayah kecamatan “Sementul”
memprihatinkan terutama tingkat kebisingan akibat bunyi kendaraan bermotor, karena
wilayah kecamatan “Sementul” di pusat kota “Parasut” (Kesling)
4. Dalam rangka menuju kecamatan “Sementul” sehat, dokter Ali mengadakan pertemuan
dengan bapak camat kecamatan “Sementul”, Stakeholder,dan staff puskesmas
membicarkan gagasan ini. Selanjutnya dokter Ali memfasilitasi survei mawas diri
(SMD) dan Musyawarah masyarakat desa (MMD) untuk mewudjudkan kecamatan
“Sementul Sehat”. (SP2TP)

IV. ANALISIS MASALAH


1. Dr. Ali, dokter kepala puskesmas “Antabranta”, kecamatan “Sementul”, Kota
“Parasut”, melaksanakan upaya pelayanan kesehatan personal dengan Prinsip
pelayanan dokter keluarga dan dokter Ali ingin mewujudkan keluarga dengan “Pola
Hidup Bersih Sehat” kecamatan “Sementul”. (PHBS)
a. Apa saja indikator PHBS dalam rumah tangga?

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
 Dilakukan tiap 1 bulan, mulai umur 1 bulan – 5 tahun
 Pencatatan di Buku KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS)
4. Menggunakan air bersih
 Jarak sumber air dengan jamban dan tempat sampah minimal 10 meter
 Tidak ada genangan air di sekitar sumber air, ga ada bercak-bercak kotoran,
tidak berlumut pada lantai/dinding sumur.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

b. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga?

Prinsip Pelayanan Kedokter Keluarga


1. Pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik
Artinya kita memandang pasien tidak hanya dari sisi biologis saja tetapi juga
dari sisi sosial dan psikologisnya. Oleh sebab itu, seorang dokter keluarga

4
memandang pasiennya secara keseluruhan, dalam konteks memperhatikan
keseluruhan kebutuhan mereka.

2. Pelayanan yang kontinu


Adalah pelayanan kesehatan dimana satu dokter bertemu pasiennya dalam
keadaan sakit maupun keadaan sehat, dan mengikuti perjalanan penyakit dari
pasiennya hingga ia sembuh. Dengan pelayanan yang berkesinambungan akan
terbentuk hubungan yang didasari kepercayaan terhadap dokternya, dan
perjalanan waktu akan membentuk kepercayaan ini.
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan ( preventif )
Prinsip pencegahan memiliki multi aspek, termasuk mencegah penyakit
menjadi lebih berat, mencegah orang lain tertular, pengenalan faktor resiko dari
penyakit, dan promosi kesehatan (gaya hidup sehat). Pencegahan juga termasuk
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin mempunyai efek terhadap
kesehatan emosional pasien dan keluarganya.
a. Melayani KIA, KB, vaksinasi.
b. Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin.
c. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya.
d. Mencegah kecacatan.
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Dokter keluarga itu seperti orkestrator pelayanan kesehatan bagi
pasiennya, yang mengkoordinasi-kan semua pelayanan kesehatan yg
dibutuhkan pasien seperti para dokter spesialis, dan pelayanan kesehatan lain
diluar praktek dokter keluarga. Dokter keluarga bertanggung jawab dan menjadi
guide bagi pasiennya
 Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan
kesehatan yang bermutu dan mencapai kesembuhan optimal.
 Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal mungkin untuk
penyembuhan. Sebagai contoh: melatih anggota keluarga untuk mengukur
dan memantau suhu tubuh pasien atau bahkan tekanan darah dan kadar gula
darahnya. Hasil itu selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada dokter
yang bersangkutan.
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
Seorang dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian dari
keluarganya dan memahami pengaruh penyakit terhadap keluarga dan pengaruh
keluarga terhadap penyakit. Dokter keluarga juga mengenali keluarga yang
berfungsi baik dan keluarga yang disfungsi.
 Titik awal (entry point) pelayanan Dokter Keluarga adalah individu seorang
pasien.
 Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri sebagai
bagian integral dari keluarganya.
 Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang Dokter Keluarga
akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga mempunyai lebih dari satu
dokter keluarga.

5
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
Pekerjaan, budaya, dan lingkungan adalah aspek-aspek dalam
komunitas (masyarakat) yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan seorang
pasien. Berbagai pihak dalam masyarakat dapat digunakan oleh dokter keluarga
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yg optimal.
 Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan
lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan penyakitnya.
 Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya untuk
membantu penyembuhan penyakitnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
 Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang dilakukan pada
pasien.
 Meminta ijin pada pasien untuk memberitakan penyakitnya kepada
keluarganya atau pihak lain.
 Menyadari bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi
masalah hukum.

8. Pelayanan yang sadar biaya


Mempertimbangkan segi “cost-effectiveness” dalam merancang tindakan
medis untuk pasiennya.
 Mampu mengelola dan mengembangkan secara efisien dengan neraca
positif sebuah klinik Dokter Keluarga dengan tetap menjaga mutu
pelayanan kesehatan
 Mampu bernegosiasi dengan pelayanan kesehatan yang lain (Rumah Sakit,
Apotik, Optik dan lain-lain) secara berimbang sehingga tercapai kerjasama
yang menguntungkan semua pihak khususnya pasien.
 Mampu bernegosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan secara serasi
dan selaras sehingga tercapai kerjasama yang menguntungkan semua pihak
khususnya pasien.

c. Bagaimana bentuk upaya pelayanan kesehatan personal yang dilakukan oleh dokter
Ali?

6
Pelayan kesehatan perorangan Adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Menurut jenjang penanganan kesehatan, dokter Ali (kepala puskesmas yang ingin
menerapkan prinsip kedokteran keluarga) berada di strata pertama.

d. Siapa saja sasaran yang dituju dokter Ali dalam mewujudkan PHBS keluarga di
kecamatan Sentul?
Berikut sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga:
- Sasaran primer: individu atau anggota keluarga yang memiliki masalah
- Sasaran sekunder: kepala keluarga, orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama,
lembaga swadaya masyarakat, kader kesehatan, petugas kesehatan, dan sebagainya
- Sasaran tersier: kepala desa/RT/RW, kepala lurah, kepala camat, bupati, walikota,
dan sebagainya.

e. Apa saja program kerja yang harus dilakukan untuk mewujudkan keluarga PHBS?

Program kerja yang dapat dilakukan adalah promosi kesehatan untuk mewujudkan
keluarga PHBS
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga, tentang peran keluarga untuk
mendukung persalinan yang akan ditolong oleh tenaga kesehatan dan pada para
calon ibu atau ibu yang ingin hamil untuk melakukan persalinan dengan bantuan
tenaga kesehatan dan memahami apa kegunaanya
- Pengadaan pelatihan dan kerjasama dengan dukun-dukun beranak di
lingkungan agar memiliki kompetensi yang baik dan benar dalam menolong ibu
bersalin
- Ingatkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan dan meminta persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan.
- Bila ada salah satu tanda persalinan, segera ke bidan/dokter. Usahakan kencing
sesering mungkin dan banyak berjalan bila masih memungkinkan.

7
- Bila ada tanda bahaya persalinan, ibu harus segera dibawa ke rumah sakit.
- Setelah bersalin, Ibu diingatkan untuk memeriksakan kesehatannya dan bayi ke
tenaga kesehatan (bidan, dokter) sedikitnya tiga kali selama masa nifas (40 hari
setelah bersalin), supaya Ibu dan bayi yang baru dilahirkan tetap sehat.
- Menyiapkan biaya persalinan atau tabungan ibu bersalin.

 Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif dan cara menyusui


yang benar dan pemberian suplementasi agar ASI yang dihasilkan cukup untuk
pemberian secara eksklusif, seperti suplemen daun katuk, dan sebagainya.
Penyuluhan kepada keluarga, tentang peran keluarga untuk mendukung
keberhasilan pemberian ASI Ekslusif yaitu:
- Dukungan keluarga seperti orang tua, ibu mertua, kakak wanita dan suami
sangat diperlukan agar upayapemberian ASI Eksklusif selama enam bulan
bisaberhasil. Beri pengertian bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi
- Ingatkan ibu untuk cukup makan makanan bergizi, minum dan istirahat.
- Ingatkan ibu untuk menyimpan ASI di rumah, disaat bekerja.
- Ciptakan suasana rumah yang tenang dan damai, agaribu tidak stres yang dapat
mengganggu produksi ASI.
 Memberikan pengetahuan tentang manfaat penimbangan balita setiap bulan di
Posyandu
- Penggiatan layanan posyandu di kecamatan sentul
- Pelatihan dan pembentukan kader kesehatan yang membantu layanan posyandu
- Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
- Untuk mengetahui dan mencegah gangguanpertumbuhan balita.
- Merujuk balita ke Puskesmas, bila balita sakit (demam/batuk/pilek/Diare), berat
badan dua bulanberturut-turut tidak naik, balita yang berat badannyaBGM
(Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk.
- Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantaupertumbuhan balita
 Memberikan edukasi tentang menjaga kebersihan sumber air bersih
- Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempatpembuangan sampah, paling
sedikit 10 meter.
- Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar.
- Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya
agar tidak rusak, seperti lantai sumur sebaiknya tidak kedap air dan tidak boleh
retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup.
- Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
dan dilengkapi dengan saluranpembuangan air, tidak ada bercak-bercak
kotoran, tidakberlumut, pada lantai/dinding sumur.
- Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai
(ember/gayung digantung di tiang sumur).
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga, tentang peran keluarga dalam
membina perilaku cuci tangan di rumah tangga yaitu:

8
- Melakukan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan dengan air bersih dan
sabun
- Menyediakan air bersih yang mengalir dan sabun kepada anggota keluarga
untuk mencuci tangan, misalnya wastafel, air pancuran dari gentong/ember,
gayung).
- Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk menanamkan kebiasaan cuci
tangan dan mengingatkan tentang pentingnya cuci tangan.
- Mengadakan kegiatan cuci tangan bersama ketika akan makan atau setelah
bekerja membersihkan rumah untuk mengingatkan dan menanamkan kebiasaan
cuci tangan.
 Memberikan penyuluhan tentang syarat jamban sehat
- Pengadaan program tiap rumah punya jamban sehat
- Pengadaan program arisan pembuatan jamban bila tidak mampu membuat
jamban karena keterbatasan biaya
- Tidak mencemari tanah disekitarnya.
- Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
- Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
- Penerangan dan ventilasi cukup.
- Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
- Tersedia air , sabun dan alat pembersih.
 Mengajarkan kepada keluarga tentang apa yang perlu dilakukan keluarga agar
Rumah Bebas Jentik dengan 3M yaitu:
- Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, alas/tatakan pot kembang.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air sepertilubang bak kontrol, lubang
pohon, lekukan-lekukanyang dapat menampung air hujan.
- Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekasyang dapat menampung air
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan
(bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll.
 Memberikan edukasi tentang jumlah sayur dan buah dalam sehari yang harus
dimakan yaitu:
- Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan
satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya
sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan
vitamin dan mineral.
- Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan
setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah Jeruk, Apel,
Jambu Biji atau Pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan
memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.
- Program penanaman buah dan sayur di setiap rumah atau di lingkungan sekitar
masyarakat dan dikelola oleh masyarakat
- Penyuluhan pentingnya makan buah dan sayur setiap hati
 Memberikan wawasan tentang cara melakukan aktivitas fisik yang benar

9
- Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat
dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap.
- Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
- Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan.
- Lakukan gerakan ringan dan secara perlahan ditingkatkan sampai sedang.
- Jika sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut, dapat dilakukan 30 menit setiap
hari.
- Pengadaan senam pagi bersama di balai desa/lurah/camat
- Program lari pagi setelah shubuh berjamaah sesuai dengan proporsi yang telah
ditetapkan GERMAS
 Memberikan edukasi tentang bahaya merokok di rumah tangga:
- Penyuluhan bahaya merokok
- Pengadaan pelayanan berhenti merokok
- Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
- Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan Kanker.
- CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa Oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati

2. Dari profil kesehatan kota “Parasut”, didapat data bahwa di Kecamatan “Sementul” ada
10 jenis penyakit yang merupakan Endemis, dan dari penyakit endemis tersebut
“Malaria” menjadi Penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB). (KLB)
a. Apa kriteria penegakkan kejadian luar biasa?

Kriteria KLB menurut Keputusan Dirjen PPM No. 451/91


 Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam,hari,minggu,…..)
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
 Beberapa penyakit dialami 1 atau lebih penderita : keracunan makanan dan
keracunan pestisida
 Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan tahun
sebelumnya
 CFR suatu penyakit tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR
periode sebelumnya
 Proportional rate penderita baru dari suatu periode tertentu menujukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
 Kholera, DHF/DSS, SARS, AI, tetanus neonatorum : setiap peningkatan kasus
dari periode sebelumnya (daerah endemis) dan terdapat satu atau lebih penderita
baru dimana 4 minggu sebelumnya dinyatakan bebas

10
b. Bagaimana implementasi five level of prevention untuk penyakit malaria?
Five level prevention malaria :
1. Health promotion
Promosi kesehatan (health promotion) merupakan tindakan atau upaya kesehatan
yang dilakukan pada saat masyarakat atau individu masih dalam keadaan sehat
(CDC,2011)
Pada kasus dapat dilakukan :
- Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan malaria dapat
pula dilakukan dengan memasang kelambu untuk menangkal gigitan nyamuk pada
saat tidur. Menyingkirkan genangan air dan membersihkan tempat-tempat yang
menjadi tempat nyamuk berkembang biak

2. Spesific protection
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu (CDC, 2011).
Pada kasus dapat dilakukan:
- Untuk penyakit malaria dapat dilakukan melalui peberantasan vector penyakit
dengan cara pengendalian kebersihan lingkungan.

3. Early diagnose and prompt treatment.


Merupakan upaya menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi tetap (CDC, 2011).
Terapi pada penyakit malaria dapat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2017) :
- Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja
dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan
dosis 0,25 mg /kgBB.

11
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan malaria
falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini :
- Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
- Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
- Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan
Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria
vivaks.
- Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan
dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin
- Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

4. Disability limitation
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang
akan timbul (CDC, 2011).
Pada kasus dapat dilakukan :
- Bagi penderita malaria pembatasan kecacatan dapat dilakukan dengan
pemberian pengobatan secara cepat dan tepat.

5. Rehabilitation
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak
menjadi beban orang lain (CDC, 2011).
Pada kasus dapat dilakukan :
- Bagi penderita malaria tahap rehabilitasi dapat dilakukan melalui memberikan
peran sosial atau mengembalikan peran sosialnya seperti semula sehingga dia
merasa di terima oleh masyarakat.

c. Bagaimana peran dokter keluarga dalam menangani KLB?

Peran dokter keluarga dalam menangani KLB pada Permenkes RI nomor 949 tahun
2004 tentang pedoman penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini kejadian luar
biasa (KLB).
- Membuat laporan kewaspadaan KLB pada kalimat
Tenaga yang harus disiapkan adalah tenaga dokter, perawat, surveilans
epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga lain sesuai dengan kebutuhan.

12
Tenaga ini harus menguasai pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB
yang diprioritaskan di daerahnya

d. Siapa saja stakeholder yang dibutuhkan oleh dokter Ali dalam menangani KLB?

Peranan stakeholders dalam penyakit malaria adalah :


- Petugas kesehatan (entomolog dan sanitarian) dapat berperan sebagai pihak
yang secara teknis dalam penanggulangan nyamuk Anopheles sp. Penanggulangan
nyamuk Anopheles sp dapat dilakukan berbagai cara salah satunya dengan
pemutusan siklus hidup nyamuk. Dalam pemutusan siklus hidup nyamuk perlu
memperhatikan kebiasaan nyamuk (entomolog) sehingga petugas kesehatan tepat
dalam penanggulangan vektor penyakit malaria.
- Dinas kesehatan mempunyai peran sebagai stakeholder aktif yang memiliki
kewenangan resmi. Sehingga peran yang diharapkan dari dinas kesehatan yaitu
program-program penanggulangan penyakit malaria berbasis lingkungan dan
pengobatan (penyuluhan, pengendalian, dan pemberian gizi).
- Dinas pendidikan perlu mempunyai perencanaan program pendidikan penyakit-
penyakit yang berbasis lingkungan yang salah satunya adalah penyakit malaria,
sehingga pada usia dini siswa telah mengerti tentang penyakit malaria.
- Dinas kebersihan perlu merencanakan program dalam menangani permasalahan
sanitasi lingkungan yang berhubungan erat dengan kejadian malaria
- Dinas perikanan berperan dalam program pendidikan kepada masyarakat yang
mempunyai kolam untuk aktif dalam pengendalian nyamuk anopheles pad stdium
larva. Sehingga bila di kolam terdapat larva langsung dilakukan pengendalian
contohnya 3M atau dengan pemberian ikan predator (cupang, ikan mas)
- Masyarakat sebagai stakeholder pasif mempunyai peran untuk melaksanakan
program dinas kesehatan yang salah satunya program PSN/ 3M, sehingga dengan
kegiatan psn yang dilakukan oleh masyarakat juga akan membantu tugas-tugas dari
petugas kesehatan.

Stakeholder dalam penanganan KLB:


- Tokoh Masyarakat
- Kepala camat
- Ketua RT/RW
- Kepala Desa
- Tokoh Agama
- Kepala Sekolah
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi

3. Keadaan kesehatan lingkungan (fungsi outdoor) wilayah kecamatan “Sementul”


memprihatinkan terutama tingkat kebisingan akibat bunyi kendaraan bermotor, karena
wilayah kecamatan “Sementul” di pusat kota “Parasut” (Kesling)

13
a. Bagaimana peran dokter keluarga dalam menangani masalah kesehatan lingkungan
pada kasus ini? Apa yang harus dilakukan?

Fungsi outdoor adalah fungsi keluarga yang menunjukkan gambaran lingkungan


luar rumah apakah telah memenuhi syarat kesehatan, seperti jarak rumah dengan
jalan, sungai, tempat pembuangan sampah, maupun tempat kerja yang bising.
Nilai ambang normal kebisingan di pemukiman ialah 55 dB, sedangkan di tempat
kerja adalah 85 dB/8 jam.
Dokter keluarga memiliki peranan dalam menangani masalah kesehatan
lingkungan, berdasarkan salah satu bentuk pelayanan dokter keluarga yaitu
pelayanan komprehensif yang mencakup aspek preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
paliatif. Dalam karakterisktik dokter keluarga, dr. Ali juga harus mengembangkan
“person-centred approach” berorientasi pada individu, keluarganya, dan
komunitasnya.
Hal yang dapat dilakukan mengenai kebisingan di tempat kerja di antaranya:
1. Mencari tahu sumber kebisingan bersama dokter perusahaan setempat
2. Melakukan advokasi kepada direktur perusahaan untuk mengontrol kebisingan
3. Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan kerja dan rumah
tangga (kesadaran peduli sehat dengan menggunakan APD)

b. Siapa saja stakeholder yang dibutuhkan oleh dokter Ali dalam menangani masalah
kesehatan lingkungan pada kasus ini?
Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tahun 2006
tentang jalan yaitu orang yang punya kuasa untuk mengubah peraturan adalah
penyelenggara jalan. Dijelaskan pada PP tersebut bahwa penyelenggara jalan
merupakan pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan
pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. Terkait mengenai siapa
penyelenggara jalan dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan yaitu pemerintah provinsi, kabupaten/kota
tergantung dari jenis jalan (Gubernur, Bupati/Walikota).

Stakeholder yang dibutuhkan oleh dokter Ali dalam menangani masalah kesehatan
lingkungan pada kasus ini yang merupakan jalan dibagian pusat kota sehingga yang
berwenang untuk membuat peraturan yaitu Bupati/Walikota. Tetapi apabila belum

14
bisa melaksanakan wewenang tersebut maka dapat diserahkan kepada pemerintah
provinsi yaitu Gubernur.

4. Dalam rangka menuju kecamatan “Sementul” sehat, dokter Ali mengadakan pertemuan
dengan bapak camat kecamatan “Sementul”, Stakeholder,dan staff puskesmas
membicarkan gagasan ini. Selanjutnya dokter Ali memfasilitasi survei mawas diri
(SMD) dan Musyawarah masyarakat desa (MMD) untuk mewudjudkan kecamatan
“Sementul Sehat”. (PWS)
a. Siapa saja pihak lintas sektoral yang mesti terlibat dalam SMD dan MMD pada
kasus ini?

Pak camat, kepala desa, pak RT, tokoh agama, kader kesehatan (tenaga kesehatan)

- Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter
yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal
perilaku kesehatan.
- Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
- Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
- Administrator klinik Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter
keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan
kedokteran keluarga.

b. Bagaimana langkah yang harus dilakukan oleh dokter Ali dalam memfasilitasi
SMD dan MMD?
Langkah-langkah SMD (Survei Mawas Diri)
- Persiapan SMD
Menyusun daftar pertanyaan, menyusun lembar observasi untuk meng-
observasi rumah, halaman dan lingkungan, menentukan kriteria responden,
termasuk cakupan wilayah dan jumlah kepala keluarga (KK)
- Pelaksanaan SMD
Melakukan interview atau wawancara terhadap responden, dan melakukan
pengamatan terhadap rumah lingkungan
- Tindak lanjut SMD
Meninjau kembali pelaksanaan Survei Mawas Diri; merangkum, mengolah, dan
menganalisa data yang telah dikumpulkan; dan menyusun laporan SMD sebagai
bahan untuk pelaksanaan Musyawara Masyarakat Desa (MMD)
- Pengolahan Data SMD
Setelah melakukan pengolahan data, selanjutnya dibuat kesepakatan tentang:
1. Masalah-masalah yang dirasakan oleh masyarakat
2. Menentukan prioritas masalah
3. Kesediaan masyarakat untuk ikut serta dalam menentukan pemecahan masalah
4. Penyajian data SMD

15
Langkah-langkah MMD (Musyawarah Masyarakat Desa)

a. Persiapan
- Petugas berkoordinasi dengan lurah/ kepala desa, kader kesehatan, dan satgas
desa siaga untuk melaksanakan MMD
- Petugas bersama dengan lurah/ kepala desa, kader kesehatan, dan satgas desa
siaga menentukan maksud dan tujuan MMD
- Petugas bersama dengan lurah/ kepala desa, kader kesehatan, dan satgas desa
siaga menentukan sasaran peserta
- Petugas bersama dengan kader kesehatan, dan satgas desa membersiapkan
hasil analisis data SMD
- Mempersiapkan leaflet dan media MMD
- Menyiapkan administrasi
b. Pelaksanaan
- Pelaksanaan MMD dimulai dengan pembukaan dengan menguraikan maksud
dan tujuan MMD dipimpin oleh lurah/ kepala desa
- Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah
pendapat
- Penyajian hasil SMD
- Perumusan dan penentuan prioritas masalah atas dasar pengenalan masalah
dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan
- Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin
oleh lurah/ kepala desa

c. Bagaimana prioritas masalah kesehatan pada kasus ini?

Masalah Magnitude Severity Vulnerability Community Final


Concern score
KLB 8 8 7 9 4032
Malaria
Buruknya 9 4 6 7 1512
PHBS
Kebisingan 7 3 6 3 378
(Kesling)

d. Bagaimana diagnosis holistik pada kasus?

Aspek Individu : KLB malaria dan tingkat kebisingan bunyi kendaraan bermotor
Aspek Klinik : Malaria
Aspek Internal : Pola hidup bersih dan sehat yang krang baik
Aspek Eksternal : Wilayah kecamatan yang ada di pusat kota, belum ada program
kesehatan untuk mewujudkan PHBS di kecamatan “Sementul”
Aspek Fungsional : Derajat Fungsional

16
V. HIPOTESIS
Dr. Ali, dokter puskesmas “Antabrata” melakukan upaya penerapan PHBS,
penanggulangan KLB, dan penanganan masalah kesehatan lingkungan untuk
mewujudkan Kecamatan “Sementul Sehat”.

VI. LEARNING ISSUE


1. PHBS
a. Pengertian

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya
untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun
masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai
informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta
meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin
anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku
sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat. Terdapat langkah – langkah berupa edukasi
melalui pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga
pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan
yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk
memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses
penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani
perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama
adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan
kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar
kesehatan.

b. Tatanan PHBS

Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas dalam
kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk
memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :

 PHBS di Rumah tangga

17
 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat kerja
 PHBS di Sarana kesehatan
 PHBS di Tempat umum

c. Manfaat PHBS

Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau menjalankan
hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang
sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

 Manfaat PHBS Di Sekolah

PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan


sekolah untuk mau melakukan pola hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS
di Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses
belajarmengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.

 Manfaat PHBS Di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan mampu
meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap anggota
keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga
sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat phbs rumah tangga
selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak dpt
tumbuh sehat dan tercukupi gizi

 Manfaat PHBS Di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan para pekerja agar tahu dan mau
untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan dalam menciptakan tempat kerja
yang sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya
dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat kerja yang
positif .

 Manfaat PHBS di Masyarakat

Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat,

18
mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan
mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

PHBS RUMAH TANGGA


PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat
Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan
memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan perilaku
kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat.
Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan untuk
mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga.
Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun
paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman.
Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan
bayi yang dilahirkan.
Peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan:

- Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan memberi tanda
seperti menempelkan stiker.
- Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidan/dokter.
- Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan kunjungan
rumah.
- Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana sosial bersalin,
tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calon donor darah, warga dan suami Siap Antar Jaga,
dan sebagainya.

19
- Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter selama
masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada minggu pertama, ketiga,
dan keenam setelah melahirkan.
- Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
- Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI
Eksklusif).

2. Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting
dari indikator keberhasilan praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.
Peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif:

- Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di wilayah
kerjanya.
- Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusui di Posyandu tentang
pentingnya memberikan ASI Eksklusif.
- Melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang tidak datang ke Posyandu dan
menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk
memberikan ASI Eksklusif

3. Menimbang bayi dan balita secara berkala


Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat dilakukan
di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau
pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga
dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
Peran kader agar masyarakat mau menimbang bayi dan balita setiap bulan di Posyandu:

- Mendata jumlah seluruh bayi dan balita yang ada di wilayah kerjanya.
- Memantau jumlah kunjungan ibu yang datang untuk menimbang balitanya di Posyandu
- Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya penimbangan bayi dan balita, misalnya melalui penyuluhan kelompok
di posyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa (pengeras suara
di mesjid, pengumuman di desa kelurahan, poster, spanduk selebaran dll)
- Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak datang ke Posyandu membawa
balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang bayi dan balitanya di Posyandu.

20
- Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong masyarakat
seperti: lomba bayi dan balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat, kegiatan makan
bersama untuk balita dan sebagainya.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
Peran kader dalam membina perilaku cuci tangan:
- Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di
posyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan rumah.
- Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat,
misalnya pada peringatan harihari besar kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan.

5. Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat. Menjaga air agar tetap bersih
dengan cara:
- Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10
meter.
- Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.
- Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak
rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya
diberi penutup.
- Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, tidak ada
bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/dinding sumur. Ember/gayung pengambil
air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai (ember/gayung digantung di tiang
sumur).

Peran kader dalam menggerakkan masyarakat untuk menggunakan air bersih:


- Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air bersih
di rumahnya.
- Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
- Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang sulit
untuk mendapatkan air bersih.

21
- Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan
tempat tinggalnya.
- Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara bergilir.
- Membentuk Kelompok Pemakai Air (POKMAIR) untuk memelihara sumber air bersih yang
dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
- Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam penyediaan air bersih.
- Manfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu,
pertemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan
lain-lain.

6. Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran
dan air untuk keperluan pembersihan.

Jenis jamban yang digunakan:

- Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar
lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau

- Jamban tangki septik/leher angsa


Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air
yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya.

Bagaimana memilih jenis jamban?


- Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
- Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:
1. Daerah yang cukup air
2. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban) Daerah pasang surut, tempat penampungan
kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

Syarat jamban sehat:


- Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)

22
- Tidak berbau.
- Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
- Tidak mencemari tanah disekitarnya.
- Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
- Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
- Penerangan dan ventilasi cukup .
- Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
- Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Peran kader dalam membina masyarakat untuk memiliki dan menggunakan jamban sehat:
- Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belu memiliki serta menggunakan jamban
sehat dirumahnya.
- Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang belum
memiliki jamban sehat.
- Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
menggerakkan masyarakat untuk memiliki jamban.
- Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.
- Menggalang dunia usaha setempat untuk memberi bantuan dalam penyediaan jamban sehat.
- Manfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui penyuluhan kelompok
di Posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan lain- lain.
- Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis tentang
cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat.

7. Memberantas jentik nyamuk


Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut
menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
Apa yang perlu dilakukan agar rumah bebas jentik?

- Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup,
Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
- PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai
penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di
tempat-tempat perkembangbiakannya.
- 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan
kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.

23
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang
pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas akua, plastic kresek,dll)

Peran kader dalam membina rumah tangga agar menciptakan Rumah Bebas Jentik:
- Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok di Posyandu, pertemuan
kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/ kelurahan, kunjungan rumah dan
melalui media cetak (poster, selebaran, spanduk).
- Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat menggerakkan
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
- Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat angka
jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
- Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja
dan melaporkan sedara rutin kepada Puskesmas terdekat untuk mendapat tindak lanjut
penanganan bila terjadi masalah/kasus.
- Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang
dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan pemberantasan
sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih terdapat jentik nyamuk

8. Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh
untuk tumbuh optimal dan sehat. Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi

minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari

Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan buah:


- Manfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
- Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
- Perkenalkan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan
malam.
- Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan
sayur dan buah.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan
dan keluarnya tenaga. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa

24
dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap. Lakukan
aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Awali aktivitas fisik dengan pemanasan
dan peregangan. Lakukan gerakan ringan dan secara perlahan ditingkatkan sampai sedang. Jika
sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling sedikit 30 menit setiap hari.

Peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan aktivitas fisik setiap
hari:
- Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatka tentang pentingnya melakukan
aktivitas fisik
- Bersama anggota keluarga sering melakukan aktivitas fisik secara bersama, misalnya jalan
pagi bersama, membersihka rumah secara bersama-sama, dll.
- Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah.
- Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan
tempat bermain untuk anak.
- Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisk.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif.
Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga
dari berbagai masalah kesehatan.

Peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tida merokok kepada seluruh anggota
keluarga.
- Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.
- Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
- Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain
dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok, tidak memberikan kesempatan siapa pun
untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
- Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
- Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
- Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alasan
kesehatan.

25
2. Pelayanan Kedokteran
3. KLB

VII.KERANGKA KONSEP

VIII. KESIMPULAN
Dr. Ali, dokter puskesmas “Antabrata” melakukan upaya penerapan PHBS,
penanggulangan KLB, dan penanganan masalah kesehatan lingkungan untuk
mewujudkan Kecamatan “Sementul Sehat”.

26

Anda mungkin juga menyukai