Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 7 2019


SYAHRINI KELELAHAN

Disusun Oleh : Kelompok B4


Tutor : Drs. Joko Marwoto, M.Sc

Dewi Ainur Rohmah 04011181823068


Annazmi Chairan Siregar 04011181823071
Siti Nadila Afista 04011281823116
Juan Felix 04011281823119
Sherin Obella Balqis 04011281823158
Zaki Alifsyah Putra AR 04011281823164
Shafa Larasaty 04011381823206
Tasya Vinanda 04011381823218
Muhammad Fachrel Ardafa 04011381823221

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan


Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dah karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A Blok 7 yang berjudul
“Syahrini kelelahan” sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dimasa mendatang. Dalam penyelesaian laporan Tutorial
ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan
ini, kami ingin menyampaikan rasa syukur, hormat dan terima kasih kepada
:

1. Allah subhanahu wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah


memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. Drs. Joko Marwoto, M.Sc
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga
laporan Tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt. Aamiin.

Palembang, 11 April 2019

Penyusun

2
LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK

Tutor : Drs. Joko Marwoto, M.Sc


Moderator : Juan Felix
Sekretaris 1 : Dewi Ainur Rohmah
Sekretaris 2 : Annazmi Chairan Siregar
Presentan : Zaki Alifsyah Putra AR

Pelaksanaan : 08 April 2019 dan 12 April 2019


07.30-10.00 WIB

Peraturan selama tutorial :

- Angkat tangan bila ingin berpendapat dan jika diberi


kesempatan.

- Hanya menggunakan gadget untuk kepentingan


tutorial.

- Dilarang memotong pembicaraan orang lain.

- Selama tutorial dilarang makan tapi diperbolehkan


minum.

- Diperbolehkan ke toilet seizin tutor tapi


diperbolehkan langsung keluar apabila tutor sedang
tidak ada di ruangan.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………. 2

LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK…………………………………3

DAFTAR ISI………………………………………………………………4

SKENARIO……………………………………………………………….5

I.KLARIFIKASI ISTILAH………………………………………………6

II.IDENTIFIKASI MASALAH……………………………………….....7

III.ANALISIS MASALAH………………………………………………8

IV.KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN………………………21

V.SINTESIS……………………………………………………………...22

5.1 Sistem Elektrolit……………………………………………………...

5.2 Sistem Regulasi Enzim Dan Hormon………………………………..

5.3 Metabolisme Lemak………………………………………………….

5.4 Metabolisme Karbohidrat…………………………………………….

5.5 Metabolisme Protein…………………………………………………..

5.6 Metabolisme Vitamin………………………………………………….

5.7Metabolisme Air Dan Mineral………………………………………….

5.8Pengelolaan Energi……………………………………………………..

5.9Kelelahan,Pegal-Pegal………………………………………………….

VI.KERANGKA KONSEP ............................................................................

VII.KESIMPULAN ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

4
SKENARIO A BLOK 7
SYAHRINI KELELAHAN

Nona syahrini, 37 tahun, seorang aparatur sipil Negara di kementrian


keuangan, memiliki berat badan 65 kg dan tinggi badan 150 cm. untuk
menurunkan berat badan nya setiap hari dia selalu melakukan olahraga
berupa jogging selama 30 menit di pagi hari dan lari/renang sekitar dua jam
di sore hari. Dia juga rajin melakukan puasa senin dan kamis. Dia
menghindari makan makanan berlemak dan protein. Dia hanya makan buah,
sayur dan sedikit nasi. Dalam satu bulan berat badan nya menjadi 60 kg. dia
senang sekali, tetapi sekarang dia mengeluh mudah letih dan pegal-pegal.
Dia kemudian konsultasi ke dokter keluarganya. Hasil pemeriksaan fisik
dan laboratorium masih dalam batas normal. dokter mengatakan nona
syahrini mengalami kelelahan karena aktifitas berlebihan dalam
menurunkan berat badan.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Jogging: berlari pelan (antara lari dan berjalan) untuk
kesehatan(KBBI)
2. Lemak : lemak didefinisikan sebagai senyawa organic heterogen
yang terdapat di alam dan bersifat relative tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut nonpolar (UNIMUS)
3. Protein : kelompok senyawa organic bernitrogen yang rumit
dengan bobot molekul tinggi, bahan organic yang susunannya
sangat majemuk terdiri dari ratusan asam amino(KBBI)
Setiap kelompok organic yang mengandung karbon, hydrogen,
oksigen, nitrogen, dan sulfur(Dorland)
4. Pegal: berasa kaku tulang sendi dan sebagainya karena terlalu
banyak bekerja(KBBI)
5. Mudah letih : Mudah untuk tidak bertenaga karena baru selesai
kerja berat dan sebagainya(KBBI)

5
6. Puasa: meniadakan makan,minum,dan sebagainya dengan
sengaja (KBBI)
II. IDENTIFIKASI MASALAH

NO Masalah Kesesuaian Concern


1 Nona syahrini, 37 tahun, BB: 65 kg TB:
150 cm, seorang ASN di Kementrian TS
Keuangan,. Ingin menurunkan berat
badannya dengan melakukan jogging
30 menit di pagi hari dan lari/renang
sekitar dua jam di sore hari.

2 Dia juga rajin melakukan puasa senin TS


dan kamis dan menghindari makan
makanan berlemak dan protein, hanya
makan buah dan sayur serta sedikit
nasi.
3 Dalam satu bulan berat badan nya TS
menjadi 60 kg. dia senang sekali, tetapi
sekarang dia mengeluh mudah letih dan
pegal-pegal.

4 Dia kemudian konsultasi ke dokter


keluarganya. Hasil pemeriksaan fisik S
dan laboratorium masih dalam batas
normal.

5 dokter mengatakan nona syahrini


mengalami kelelahan karena aktivitas TS 1
berlebihan dalam menurunkan berat
badan.

Alasan prioritas pertama, karena kelelahan dapat menyebabkan rasa tidak


nyaman pada pasien

6
III. ANALISIS MASALAH

1. Nona syahrini, 37 tahun, BB: 65 kg TB: 150 cm, seorang Aparatur Sipil
Negara di Kementrian Keuangan,. Ingin menurunkan berat badannya
dengan melakukan jogging 30 menit di pagi hari dan lari/renang sekitar
dua jam di sore hari.

a. Bagaimana body mass index pada Nona Syahrini?


Jawaban :
BMI: kg/(m)^2= 65/2.25= 28.8
BMI Syahrini diklasifikasikan menuju obesitas karena berada di range antara
23-29,9

b. Bagaimana indicator suatu body mass index dikatakan normal?


Jawaban :
Jika BMI:
- dibawah 18,5 maka dikatakan kurang
- diantara 18,5-22,9 dikatakan berat normal
- 23-29,9 diklasifikasikan sebagai cenderung obesitas
- lebih dari 29,9 disebut obesitas

c. Apakah usia akan mempengaruhi keberhasilan penurunan berat badan


seseorang?
Jawaban :
Banyak pendapat mengatakan ya dan tidak, berikut alasan nya:
Ya. Apabila kita meningkatkan aktivitas kita maka berat badan kita juga akan
jadi menurun. Karena semakin kita melakukan aktivitas seperti denngan
berolahraga akan membakar lemak yang ada di tubuh kita.

Tidak. Tidak ada hubungan antara usia dan keberhasilan penurunan berat
badan. Karena semakin tua dan kurang aktif bergerak, massa otot tubuh
cenderung menyebabkan perlambatan tingkat pembakaran kalori, sehingga
tubuh semakin sulit membakar kalori yang masuk. Semakin lama, terjadi
penumpukan energi di dalam tubuh yang berdampak obesitas.

d. Bagaimana cara menurunkan BB yang baik dan benar?


Jawaban :

7
Cara menurunkan berat badan yang baik dan benar khususnya untuk syahrini
37 tahun, yaitu :
1. Memperbaiki asupan nutrisi protein pada saat sarapan
2. Mengurangi penggunaan pemanis seperti gula pasir
3. Makan dengan teratur
4. Olahraga secara rutin
5. Tidak mengonsumsi alcohol,dan
6. Lebih banyak minum air putih
2. Dia juga rajin melakukan puasa senin dan kamis dan menghindari
makan makanan berlemak dan protein, hanya makan buah dan sayur
serta sedikit nasi.
a. Berapa asupan air dan mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin
yang diperlukan tubuh dalam sehari?
 Rerata asupan energi adalah 1786,4 - 201,2;
 protein 47,0-5,30;
 lemak 47,9-6;
 karbohidrat 241,2-38,09
b. Bagaimana peran penting air dan mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin?
Jawaban :
 Peran air:
1. Sebagai Lubrikan
2. Regulasi tubuh (mengatur suhu)
3. Reaksi biokimia
4. Transport intrasel
Cairan tubuh normal: Wanita: 2,7lt sedangkan pria: 3,7lt
Osmolaritas normal: 308 osm (308 osm setara dengan NaCl 0,9%)
WATER INPUT
 Fungsi: menaikkan osmolaritas yang rendah
 Osmolaritas diatur oleh sistem regulasi, Sistem regulasi dideteksi
oleh rasa haus dan sistem ini diatur oleh osmoreseptor yang letaknya

8
di organosum vaskulosum. Organosum vaskulosum terletak di
lamina terminalis
WATER OUTPUT
 Fungsi: menurunkan osmolaritas yang tinggi
 Osmolaritas juga diatur dengan hal yang sama seperti water input
 Regulasinya diatur oleh sistem regulasi yang sama kayak water input
 Mekanisme water input dan ouput diatur oleh ADH (vasopressin)
dan Aldosterone

Water Input Dan Ouput Berfungsi Untuk Mencapai Keadaan Homeostatis


Mekanisme tersebut diatur oleh hormon
1. ADH (Vasopressin)
 Dihasilkan neurohipofisis
 Fungsi: meningkatkan sekresi urin
 Ketika osmoreseptornya teraktivasi, osmoreseptor akan mengirim
sinyalnya ke neurohipofisis. Kemudian ADH akan disekresi melalui
nerve endingnya. Kerja ADH ini untuk menurunkan sekresi urin.
2. Aldosterone
 Dihasilkan glandula suprarenalis
 Fungsi: meningkatkan reabsorbsi Na+ 0
 Pengontrolnya apparatus jukstahlomerular
Ketika apparatus jukstaglomerular teraktivasi, ia akan mengeluarkan renin.
Renin ini lah yang berperan dalam pengubahan angitensinogem menjadi
angiotensin 1. Kemudian angiotensin 1 dialirkan ke tubuh ketika darah
sampai di paru-paru, sel endotel paru akan menghasilkan enzim ACE yang
akan mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.

Ketika osmolaritas intrasel meningkat, akan membuat Na+ di tubulus renalis


menuju ke intrasel (akibat osmolaritas intrasel lebih tinggi daripada tubulus
ginjal). Air akan mengikuti Na+, sehingga air juga akan menuju intrasel
itulah mengapa urin lebih sedikit.

- Keseimbangan Cairan
Mekanismennya melalui fluid gain dan fluid loss
 Ketika fluid gain lebih besar daripada fluid loss: fluid balance (+)
Biasanya ditemukan pada pasien yang memiliki masalah di ginjal dan
cardiovascular
 Ketika fluid loss lebih besat daripada fluid gain: fluid balance (-)
Biasanya ditemukan pada pasien syock, diare, atau muntah

9
 Selain itu lemak, protein, dan karbohidrat berperan penting dalam
metabolisme karena itu merupakan komponen penting yang akan
membantu terjadinya metabolisme dalam tubuh.

c. Bagaimana metabolisme tubuh saat puasa?


Jawaban :
Saat seseorang puasa, jika energy yang yang dihasilkan dari karbohidrat telah
habis maka cadangan lemak yang disimpan akan digunakan sebagai sumber
energi alternative. Proses pemecahan lemak ini dinamakan lipolisis.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan saat puasa
karena cadangan lemak dalam tubuh telah digunakan. Menurut beberapa
penelitian, orang yang menjalani puasa tidak akan mengurangi jumlah protein
tubuh secara signifikan. Lemak menjaga agar proses glukoneogenesis, yaitu
proses pembentukan glukosa selain karbohidrat, tidak menggunakan protein
tubuh karena protein merupakan cadangan bahan energi terakhir. Jadi, kita
tidak perlu khawatir tentang sumber protein kita berkurang.
d. Bagaimana metabolisme air dan mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin di tubuh kita?

10
Jawaban :
 Metabolisme air dan mineral

Peran air:
5. Sebagai Lubrikan
6. Regulasi tubuh (mengatur suhu)
7. Reaksi biokimia
8. Transport intrasel
Cairan tubuh normal: Wanita: 2,7lt sedangkan pria: 3,7lt
Osmolaritas normal: 308 osm (308 osm setara dengan NaCl 0,9%)
WATER INPUT
 Fungsi: menaikkan osmolaritas yang rendah
 Osmolaritas diatur oleh sistem regulasi, Sistem regulasi dideteksi
oleh rasa haus dan sistem ini diatur oleh osmoreseptor yang letaknya
di organosum vaskulosum. Organosum vaskulosum terletak di
lamina terminalis
WATER OUTPUT
 Fungsi: menurunkan osmolaritas yang tinggi
 Osmolaritas juga diatur dengan hal yang sama seperti water input
 Regulasinya diatur oleh sistem regulasi yang sama kayak water input
 Mekanisme water input dan ouput diatur oleh ADH (vasopressin)
dan Aldosterone

Water Input Dan Ouput Berfungsi Untuk Mencapai Keadaan Homeostatis


Mekanisme tersebut diatur oleh hormon
3. ADH (Vasopressin)
 Dihasilkan neurohipofisis
 Fungsi: meningkatkan sekresi urin
 Ketika osmoreseptornya teraktivasi, osmoreseptor akan mengirim
sinyalnya ke neurohipofisis. Kemudian ADH akan disekresi melalui
nerve endingnya. Kerja ADH ini untuk menurunkan sekresi urin.
4. Aldosterone
 Dihasilkan glandula suprarenalis
 Fungsi: meningkatkan reabsorbsi Na+ 0
 Pengontrolnya apparatus jukstahlomerular

11
Ketika apparatus jukstaglomerular teraktivasi, ia akan mengeluarkan renin.
Renin ini lah yang berperan dalam pengubahan angitensinogem menjadi
angiotensin 1. Kemudian angiotensin 1 dialirkan ke tubuh ketika darah
sampai di paru-paru, sel endotel paru akan menghasilkan enzim ACE yang
akan mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.

Ketika osmolaritas intrasel meningkat, akan membuat Na+ di tubulus renalis


menuju ke intrasel (akibat osmolaritas intrasel lebih tinggi daripada tubulus
ginjal). Air akan mengikuti Na+, sehingga air juga akan menuju intrasel
itulah mengapa urin lebih sedikit.

- Keseimbangan Cairan
Mekanismennya melalui fluid gain dan fluid loss
 Ketika fluid gain lebih besar daripada fluid loss: fluid balance (+)
Biasanya ditemukan pada pasien yang memiliki masalah di ginjal dan
cardiovascular
 Ketika fluid loss lebih besat daripada fluid gain: fluid balance (-)
Biasanya ditemukan pada pasien syock, diare, atau muntah

 Metabolisme karbohidrat

1. Glikolisis

Glikolisis merupakan sebuah proses katabolisme glukosa (memiliki 6 atom


karbon) secara enzimatik melalui 10 tahap reaksi enzimatik, untuk
menghasilkan 2 molekul piruvat (memiliki 3 atom C). Dengan adanya
oksigen (dalam suasana aerob), glikoslis berlangsung menghasilkan piruvat,
atau tanpa oksigen (glikolisis anaerob) menghasilkan laktat.

12
2. Glycogenesis

 Glycogen synthesis
 Terjadi di cytosol of liver,muscle&ginjal
 Terjadiketikakadarglukosadarahtinggi
 Kelebihanglukosadisimpan (kapasitasterbatas)liver and muscle
adalahpenyimpananglycogen major
o glikogenhatidigunakanuntukmengaturkadarglukosadarah
o sel-selotaktidakdapathidupselama> 5 menittanpaglukosa
o glikogenototdigunakanuntukbahanbakarototaktif

3. Glycogenolisis
 DegradasiGlycogen
 Terjadi di cytosol

13
 Sinyal bahwa glukosa dibutuhkan diberikan oleh hormone
 Epinefrin menstimulasi kerusakan glikogen pada otot
 Glukagon merangsang pemecahan glikogen dalam hati sebagai
respons terhadap BG rendah yang digunakan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan dan
untuk menyediakan energy selama keadaan darurat / olahraga

4. Glukoneogenesis

Pada dasarnya glukoneogenesis ialah sintesis glukosa dari senyawa


yang bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino.
Proses glukoneogenesis berlangsung terutama di hati, dan diubah menjadi
glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam proses yaoitu
gluconeogenesis.

14
5. Siklus Krebs
Siklusasamsitrat (Siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat)
merupakan lintas umum terakhi rbagi oksidasi gugu sasetil, tempat
bertemunya molekul bahan bakar organik sel, karbohidrat, asam lemak, dan
asam amino, selama katabolisme (Lehninger, 1990).

15
6. Cori Cycle

Asam laktat yang disintesis oleh selotot di lintasan glikolisis akan


diserap oleh hati dan diubah menjadi glukosa. Sekresi glukosa oleh hati pada
lintasan glukoneogenesis kemudian diserap oleh sel otot untuk diubah
kembali menjadi asam laktat.

 Metabolisme protein

16
 Metabolisme lemak
Dalam kondisi puasa

Dalam kondisi puasa selain otak dan sel darah merah, sebagian besar
jaringan yang punya mitokondria, termasuk otot istirahat, terutama
mengandalkan asam lemak sebagai sumber energi. Otot yang berolahraga
menggunakan asam lemak dan glukosa untuk energi, kontribusi relatif dari
sumber energi ini tergantung pada intensitas latihan. Selama puasa dan
olahraga, lemak dalam jaringan adiposa dihidrolisis oleh hormone sensitive
lipase untuk menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Hormon
sensitive lipase diaktifkan oleh glukagon (selama puasa) atau epinefrin
(selama berolahraga). Gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa di hati dan
merupakan sumber kecil glukosa. Asam lemak dapat dikatabolisme menjadi
asetilCoA dengan proses oksidasi β dan asetilCoA dioksidasi menjadi CO 2
dan air melalui siklus asam trikarboksilat (Siklus TCA, Krebs Cycle )
dan sistem sitokrom.
Selama kelaparan yang berkepanjangan, asam lemak juga dapat dikonversi
menjadi badan keton di hati. Badan keton ini dapat digunakan sebagai
sumber energi oleh semua jaringan kecuali yang kurang mitokondria (mis.
Sel darah merah). Otak beradaptasi dengan lambat terhadap penggunaan
tubuh keton selama kelaparan yang berkepanjangan.Pada awal perjalanan
diabetes tipe 2, aksi sel β postprandial menjadi abnormal, yang dibuktikan
dengan hilangnya respons insulin langsung terhadap makanan. Resistensi
insulin perifer ditambah dengan kegagalan sel β yang progresif dan
penurunan ketersediaan insulin, amylin, dan GLP-1 berkontribusi pada
gambaran klinis hiperglikemia pada diabetes .

Fase Pemberian Makan


Lemak diet (trigliserida) dihidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol
di intestinal oleh lipase pankreas. Asam lemak rantai pendek dapat
memasuki sirkulasi secara langsung, tetapi sebagian besar asam lemak
diesterifikasi ulang dengan gliserol dalam sel epitel usus. Trigliserida yang
dihasilkan memasuki sirkulasi melalui sistem limfatik sebagai partikel
lipoprotein yang disebut kilomikron, lipoprotein hati yang mengangkut
produk eksogen (makanan). Trigliserida dalam kilomikron dapat

17
dibersihkan oleh lipoprotein lipase pada permukaan endotel kapiler. Asam
lemak yang dihasilkan dapat berupa: (i) disimpan sebagai lemak dalam
jaringan adiposa; (ii) digunakan untuk energi dalam jaringan apa pun dengan
mitokondria dan pasokan oksigen yang cukup; atau (iii) diesterifikasi
kembali menjadi trigliserida di hati dan diekspor sebagai lipoprotein yang
disebut lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL). VLDL dirakit di hati
dari trigliserida, kolesterol dan apolipoprotein dan mengangkut produk
endogen. Setelah dalam aliran darah VLDL dikonversi menjadi low-density
lipoprotein (LDL).

Dalam keadaan makan sebagian besar jaringan mengandalkan glukosa


sebagai sumber energi utama mereka, kecuali otot yang berolahraga. Ketika
konsentrasi glukosa tinggi, kelebihan glukosa dapat dikonversi menjadi
glikogen, asam lemak dan kolesterol di hati. Ini dimungkinkan karena hati
mengandung heksokinase dan glukokinase, yang keduanya mengkatalisasi
fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Tidak seperti hexokinase,
glukokinase tidak dihambat oleh glukosa-6-fosfat yang memungkinkan
glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak, dan kolesterol di hati dalam
kondisi di mana kadar glukosa darah dan kadar glukosa-6-fosfat hati tinggi.
Fungsi utama glikolisis di hati adalah untuk menyediakan karbon dari
glukosa untuk sintesis lipid . Dalam sel hati, glikolisis mengubah
kelebihan glukosa menjadi piruvat, yang dalam kondisi aerobik
didekarboksilasi untuk membentuk asetilKoA. AcetylCoA bergabung
dengan oxaloacetate untuk membentuk asam tricarboxylic, sitrat yang dapat
dioksidasi lebih lanjut melalui siklus asam tricarboxylic ( Siklus Krebs ).
Sitrat berlebih yang tidak teroksidasi melalui siklus asam tricarboxylic
diekspor ke sitosol, di mana ia dikonversi kembali menjadi oksaloasetat dan
asetil CoA, yang terakhir memberikan blok penyusun untuk sintesis asam
lemak dan kolesterol .
Produksi energi dari oksidasi asam lemak
Di jaringan yang mengandung mitokondria, asam lemak dapat
dikatabolisme menjadi asetil CoA dengan proses oksidasi β dan asetilCoA
teroksidasi menjadi CO2 dan air melalui siklus TCA ( Siklus Krebs ) dan
sistem sitokrom. Jumlah energi (ATP) yang dihasilkan per mol asam stearat
(C18) adalah 120 molekul ATP. Sebaliknya, oksidasi lengkap dari tiga
molekul glukosa (3 x C6 = C18) hanya menghasilkan 90 ATP, 33% lebih
sedikit dari yang dihasilkan dari stearat .

18
 Metabolisme vitamin
Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal. Terdapat 13 jenis vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan
baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat).Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat
memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak
aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki
kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh,
asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan. (Lie, 2004)

vitamin digolongkan dalam dua kelompok yaitu

(1) vitamin yang larut dalam lemak

(2) vitamin yang larut dalam air

Yang pertama dapat diekstrasi dari bahan makanan dengan pelarut lemak
dan yang terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin
A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen dan
oksigen. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan B-
komplek (B1 sampai B12), yang selain mengandung unsure-unsur karbon,
hydrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Beberapa
vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energy, Jalur
metabolisme yang menghasilkan energi untuk mendukung kerja sel adalah
glikolisis, siklus kreb, transport elektron, dan β oksidasi. (Lie, 2004)

3. Dalam satu bulan berat badan nya menjadi 60 kg. dia senang sekali,
tetapi sekarang dia mengeluh mudah letih dan pegal-pegal.
a. Apakah letih dan pegal-pegal dipengaruhi oleh pola olahraga yang salah?
Ya. pegal pegal dapat terjadi karena olahraga yang salah. ketika intensitas
olahraga bertambah, produksi asam laktat akan meningkat dan membuatnya
menumpuk di darah dan otot-otot.
Ketika kondisi tubuh terlalu lelah, tubuh akan kesulitan menghilangkan kadar
asam laktat tersebut. Meski tidak berbahaya, Anda akan merasakan
ketidaknyamanan dan nyeri pada otot akibat penumpukan asam laktat. Selain

19
itu, asam laktat yang menumpuk juga akan meningkatkan detak jantung dan
membuat seseorang seakan-akan kehabisan napas.

b. Bagaimana mekanisme letih dan pegal-pegal?


Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat
kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik
yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem
penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan
manusia beraksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Menurut
Nurmianto (2003) proses terjadinya kelelahan karena adanya pembebanan otot
secara statis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang mengakibatkan asam
laktat terakumulasi. Di samping itu juga dikarenakan pembebanan otot yang
tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu. Jika dalam jangka waktu yang
panjang seseorang terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka
sirkulasi darah menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah. Hal
ini juga dikemukan oleh Suma’mur (2009) bahwa pekerja yang telah mulai
mengalami perasaan lelah dan tetap ia paksakan Universitas Sumatera Utara
untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah
demikian sangat menggangu kelancaran pekerjaan dan juga berefek buruk
kepada pekerja yang bersangkutan.
4. Dokter mengatakan nona syahrini mengalami kelelahan karena
aktivitas berlebihan dalam menurunkan berat badan.
a. Bagaimana suatu aktivitas dikatakan berlebihan?
Jawaban :

Aktivitas fisik berlebihan didefinisikan sebagai latihan atau aktivitas fisik yang
berlebihan, yang ditandai dengan kelelahan yang bertahan lama dan
memburuknya kinerja untuk kompetisi sebagai upaya untuk meningkatkan
kondisi fisik. Aktivitas fisik berlebihan juga dapat digambarkan sebagai
kehilangan semangat, kerja paksa, berlebihan, jenuh, dan kelelahan kronis.
Pada latihan dasar, fisik dikuras habis dengan lari belasan kilometer setiap
harinya, tidur 3-4 jam/hari, ini sudah melebihi aktivitas fisik berlebihan.

20
Ketidakseimbangan antara volume latihan terlalu besar tanpa istirahat dan
pemulihan yang memadai diyakini menyebabkan sindroma aktivitas fisik
berlebihan
1. Jangan makan lebih, katakan tidak kepada makanan ekstra. Banyak orang
tidak tahu. apakah ia benar-benar lapar, mungkin saja sebenarnya hanya haus,
coba minum 1 - 2 gelas air dulu, dan tunggu 10 - 15 menit kemudian untuk
mengetahui apakah memang anda lapar atau tidak.
2. Makan perlahan, gigit lebih kecil dan kunyah dengan baik.
3. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti buah, atau roti
gandum.
4. Bila makan bersama, sibukkan diri anda dengan melayani yang lain; jangan
berpikir untuk menghabiskan makanan sisa karena takut atau sayang
makanan yang terbuang. Hindari makanan fastfood, junkfood.
5. Bila anda memasak, hindari banyak mencicipi; pilih masakan yang rendah
lemak, baca label makanan dengan baik.
6. Hindari alkohol, karena kalorinya tinggi tapi nutrisi lainnya sangat kurang.
Minum kopi atau teh tanpa gula, mungkin pada dua minggu pertama terasa
pahit, akan tetapi kelak anda akan merasakan yang tawar itu juga sedap.
7. Makan yang seimbang, artinya yang dimakan dan diminum sesuai dengan
kalori yang dibutuhkan.
8. Pilih makanan kaya serat karena lebih cepat mengenyangkan. Batasi
pemakaian garam dalam makanan.
9. Mulailah berolahraga dengan teratur, minimum 3 kali seminggu, dan
paling sedikit 20 menit lamanya setiap kali anda berolahraga. Selanjutnya
biasakan berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150
kalori, dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam
setahun. Yang ringan seperti pekerjaan sehari-hari, misalnya menggosok,
menyapu, berkebun, jalan, naik turun tangga; bila olahraga, dianjurkan
jogging, sepeda statis, berenang, senam, dansa, dan aerobik

IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN

21
N Topik What I Don’t What I Have How I Will
What I Know
o. Pembelajaran Know to Prove Learn
1. Sistem Komponen Asupan Asupan a. Internet,
Elektrolit cairan tubuh, mineral pada mineral pada jurnal, dan
input dan tubuh tubuh textbook
output b. Diskusi
kelompok
2. Sistem Enzim - Hormon - Enzim dan a. Internet,
Regulasi enzim yang hormon yang hormon yang jurnal, dan
(enzim dan bekerja bekerja dalam bekerja textbook
hormon) dalam tubuh didalam b. Diskusi
metabolisme tubuh, kelompok
ditubuh regulasi
hormon
3. Metabolisme Pembagian Siklus Siklus a. Internet,
Lemak lipid, definisi Trigliserida - Trigliserida - jurnal, dan
lipid. Asam lemak, Asam lemak, textbook
obesitas. obesitas. b. Diskusi
kelompok
4. Metabolisme Urutan Waktu Siklus a. Internet,
Karbohidrat metabolisme terjadinya kreb’s, jurnal, dan
karbohidrat, Siklus kreb’s, Glikogenene textbook
glikolisis Glikogenenes sis, b. Diskusi
aerob dan is, glikogenolisi kelompok
anaerob glikogenolisis s,
, glukoneogen
glukoneogene esis.
sis.
5. Metabolisme Pembagian Metabolisme Metabolisme a. Internet,
Vitamin vitamin, jenis vitamin vitamin jurnal, dan
- jenis secara rinci secara rinci textbook
vitamin b. Diskusi

V. SINTESIS

5.1 Sistem Elektrolit

22
Elektrolit adalah komponen yang memiliki muatan positif dan negatif ketika
larut dengan cairan di tubuh. Hal ini membuat komponen tersebut memiliki
aliran listrik dan bergerak menurut muatan dan sinyal di dalam tubuh. Muatan-
muatan ini sangat penting untuk berbagai hal yang membuat kita tetap hidup,
contohnya aktivitas otak, saraf, otot, dan pembuatan jaringan baru di dalam
tubuh. Setiap elektrolit memiliki fungsi masing-masing di dalam tubuh.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air
dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
Pengaturan volume cairan ekstrasel Penurunan volume cairan ekstrasel
menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang. Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus
ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal
ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.
Water turnover dibagi dalam:
1.External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar.
Pemasukan air melalui makanan dan minuman 2200 ml air
metabolisme/oksidasi 300 ml- 2500 ml. Pengeluaran air melalui insensible loss
(paru-paru & kulit) 900 ml urin 1500 ml feses 100 ml -2500 ml.
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
3. Memperhatikan keseimbangan garam Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama
dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan

23
seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang
dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan
keseimbangan garam. Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan
cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal. Jumlah Na+ yang
direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan
darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi
air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah arteri . Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi
natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami
distensi akibat peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan
air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan
volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel Osmolaritas cairan adalah ukuran
konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi
osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi
air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area
yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area
yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan
solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan
penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di
dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium
dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab
dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. Pengaturan
osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefron Di sepanjang tubulus yang membentuk
nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan
membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan
di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat
permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke
kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen
tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak
permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal

24
ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang
sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung
pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di duktus
koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung
pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di
duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di
dalam tubuh tetap dapat dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada
osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel
juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus sehingga terbentuk
perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melali
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus, osmoreseptor di
hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan
dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami
kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi
peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan
meningkatkan ekskresi volume natrium dan air .
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Sebagai contoh Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan
penyakit.
Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi
ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri
7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH
darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas

25
metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan
ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H
dan bikarbonat
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H. Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh
akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. mempengaruhi konsentrasi ion K Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H
maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan. Ada 4 sistem dapar
kimia, yaitu:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel. Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementera. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru
yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah
akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat
dengan mensekresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam
darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia.
5.2 Sistem Regulasi Enzim Dan Hormon

26
Metabolisme mengacu pada jalur proses biokimia (jalur metabolisme) yang
terjadi pada semua organisme hidup untuk mempertahankan kehidupan.
Metabolisme terbagi menjadi dua, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme mengubah molekul sederhana menjadi molekul kompleks dimana
proses ini memerlukan energi, sedangkan katabolisme mengubah molekul
kompleks menjadi molekul sederhana dimana pada proses ini menghasilkan
energi.
Proses metabolisme glukosa, metabolisme lipid, metabolisme badan keton,
metabolisme asam amino, dan metabolisme protein. Semua itu dikontrol oleh
gluko regulatori hormone seperti insulin, glucagon, amylin, incretin (GLP-1,
dan GIP), beberapa adipokines (leptin, adiponectin, acylation stimulating
protein and resistin)epinephrine, cortisol, dan growth hormone. Insulin dan
amylin dihasilkan di sel beta pancreas, glucagon di sel alfa pancreas, GLP-1
juga GIP dihasilkan oleh sel L di intestinal, dan adipokines dari jaringan
adiposa.

Anabolisme. Proses anabolik menggunakan monomer untuk membangun


polimer, molekul kompleks besar yang terdiri dari banyak molekul kecil yang
mirip satu sama lain. Contohnya adalah: (i) sintesis glukosa dari karbohidrat
yang lebih kecil (glukoneogenesis) dan penyimpanannya sebagai glikogen
polimer berantai besar (glikogenolisis); (ii) sintesis asam lemak dari 2 unit
karbon asetil KoA yang lebih kecil (sintesis asam lemak) dan penyimpanannya
sebagai cadangan energi lipid (lipogenesis); dan (iii) sintesis protein dari asam
amino teraktivasi (sintesis protein) oleh ribosom yang menerjemahkan urutan
nukleotida dalam salinan RNA kurir dari bagian pengkodean gen yang
bertanggung jawab. Hormon anabolik klasik meliputi: hormon peptida -
hormon pertumbuhan, faktor pertumbuhan seperti insulin IGF-1 dan IGF-2,
dan insulin, dan hormon steroid - testosteron dan estrogen.

Katabolisme. Proses katabolik dalam sel hidup memecah polimer menjadi


monomer penyusunnya. Monomer ini selanjutnya dapat dipecah menjadi CO2
dan H2O menghasilkan energi dalam bentuk ATP dalam proses. Contohnya
adalah: penguraian glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dan katabolisme
selanjutnya menjadi piruvat (glikolisis), kemudian asetil KoA yang selanjutnya
dapat dioksidasi menjadi CO2 dan H20 oleh siklus asam tricarboxylic dan
fosforilasi oksidatif atau digunakan untuk asam lemak sintesis; penguraian
lipid yang disimpan menjadi asam lemak bebas (lipolisis) dan penguraian
berikutnya menjadi beberapa unit asetil KoA (oksidasi asam lemak) dan badan
keton yang dapat sepenuhnya dioksidasi untuk menghasilkan ATP melalui
siklus TCA dan fosforilasi oksidatif; danpenguraian protein menjadi asam
amino penyusunnya yang jika tidak diperlukan untuk sintesis protein
selanjutnya dimetabolisme. Sebagian besar gugus amino mereka diubah
menjadi urea melalui siklus urea, sedangkan kerangka karbonnya diubah

27
menjadi asetil KoA, asetoasetil KoA dan piruvat atau salah satu zat antara
siklus asam tricarboxylic yang dapat dioksidasi lebih lanjut atau digunakan
untuk sintesis lemak. asam, badan keton dan glukosa. Hormon katabolik klasik
meliputi: kortisol - hormone hormon stres ’, adrenalin hormon or fight or flight’
dan glukagon.

5.3 Metabolisme Lemak


Dalam kondisi puasa

Dalam kondisi puasa selain otak dan sel darah merah, sebagian besar jaringan
yang punya mitokondria, termasuk otot istirahat, terutama mengandalkan asam
lemak sebagai sumber energi. Otot yang berolahraga menggunakan asam
lemak dan glukosa untuk energi, kontribusi relatif dari sumber energi ini
tergantung pada intensitas latihan. Selama puasa dan olahraga, lemak dalam
jaringan adiposa dihidrolisis oleh hormone sensitive lipase untuk
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Hormon sensitive lipase
diaktifkan oleh glukagon (selama puasa) atau epinefrin (selama berolahraga).
Gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa di hati dan merupakan sumber kecil
glukosa. Asam lemak dapat dikatabolisme menjadi asetilCoA dengan proses
oksidasi β dan asetilCoA dioksidasi menjadi CO 2 dan air melalui siklus
asam trikarboksilat (Siklus TCA, Krebs Cycle ) dan sistem sitokrom.
Selama kelaparan yang berkepanjangan, asam lemak juga dapat dikonversi
menjadi badan keton di hati. Badan keton ini dapat digunakan sebagai
sumber energi oleh semua jaringan kecuali yang kurang mitokondria (mis. Sel
darah merah). Otak beradaptasi dengan lambat terhadap penggunaan tubuh
keton selama kelaparan yang berkepanjangan.Pada awal perjalanan diabetes
tipe 2, aksi sel β postprandial menjadi abnormal, yang dibuktikan dengan
hilangnya respons insulin langsung terhadap makanan. Resistensi insulin
perifer ditambah dengan kegagalan sel β yang progresif dan penurunan
ketersediaan insulin, amylin, dan GLP-1 berkontribusi pada gambaran klinis
hiperglikemia pada diabetes .

Fase Pemberian Makan


Lemak diet (trigliserida) dihidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol di
intestinal oleh lipase pankreas. Asam lemak rantai pendek dapat memasuki
sirkulasi secara langsung, tetapi sebagian besar asam lemak diesterifikasi ulang
dengan gliserol dalam sel epitel usus. Trigliserida yang dihasilkan memasuki
sirkulasi melalui sistem limfatik sebagai partikel lipoprotein yang disebut
kilomikron, lipoprotein hati yang mengangkut produk eksogen (makanan).

28
Trigliserida dalam kilomikron dapat dibersihkan oleh lipoprotein lipase pada
permukaan endotel kapiler. Asam lemak yang dihasilkan dapat berupa: (i)
disimpan sebagai lemak dalam jaringan adiposa; (ii) digunakan untuk energi
dalam jaringan apa pun dengan mitokondria dan pasokan oksigen yang
cukup; atau (iii) diesterifikasi kembali menjadi trigliserida di hati dan diekspor
sebagai lipoprotein yang disebut lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL).
VLDL dirakit di hati dari trigliserida, kolesterol dan apolipoprotein dan
mengangkut produk endogen. Setelah dalam aliran darah VLDL dikonversi
menjadi low-density lipoprotein (LDL).
Dalam keadaan makan sebagian besar jaringan mengandalkan glukosa sebagai
sumber energi utama mereka, kecuali otot yang berolahraga. Ketika
konsentrasi glukosa tinggi, kelebihan glukosa dapat dikonversi menjadi
glikogen, asam lemak dan kolesterol di hati. Ini dimungkinkan karena hati
mengandung heksokinase dan glukokinase, yang keduanya mengkatalisasi
fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Tidak seperti hexokinase,
glukokinase tidak dihambat oleh glukosa-6-fosfat yang memungkinkan
glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak, dan kolesterol di hati dalam
kondisi di mana kadar glukosa darah dan kadar glukosa-6-fosfat hati tinggi.
Fungsi utama glikolisis di hati adalah untuk menyediakan karbon dari glukosa
untuk sintesis lipid . Dalam sel hati, glikolisis mengubah kelebihan glukosa
menjadi piruvat, yang dalam kondisi aerobik didekarboksilasi untuk
membentuk asetilKoA. AcetylCoA bergabung dengan oxaloacetate untuk
membentuk asam tricarboxylic, sitrat yang dapat dioksidasi lebih lanjut melalui
siklus asam tricarboxylic ( Siklus Krebs ). Sitrat berlebih yang tidak teroksidasi
melalui siklus asam tricarboxylic diekspor ke sitosol, di mana ia dikonversi
kembali menjadi oksaloasetat dan asetil CoA, yang terakhir memberikan blok
penyusun untuk sintesis asam lemak dan kolesterol .
Produksi energi dari oksidasi asam lemak
Di jaringan yang mengandung mitokondria , asam lemak dapat dikatabolisme
menjadi asetilCoA dengan proses oksidasi β dan asetilCoA teroksidasi menjadi
CO2 dan air melalui siklus TCA ( Siklus Krebs ) dan sistem sitokrom. Jumlah
energi (ATP) yang dihasilkan per mol asam stearat (C18) adalah 120 molekul
ATP. Sebaliknya, oksidasi lengkap dari tiga molekul glukosa (3 x C6 = C18)
hanya menghasilkan 90 ATP, 33% lebih sedikit dari yang dihasilkan dari
stearat .

5.4 Metabolisme Karbohidrat

29
Dalam kondisi puasa

Dalam keadaan puasa, glukosa meninggalkan sirkulasi dengan kecepatan


konstan. Untuk mengimbangi hilangnya glukosa, produksi glukosa endogen
diperlukan. Untuk semua tujuan praktis, satu-satunya sumber produksi glukosa
endogen adalah hati. Produksi glukosa ginjal berkontribusi secara substansial
ke kumpulan glukosa sistemik hanya selama periode kelaparan ekstrem.
Meskipun sebagian besar jaringan memiliki kemampuan untuk menghidrolisis
glikogen, hanya hati dan ginjal yang mengandung glukosa-6-fosfatase, enzim
yang diperlukan untuk mengubah glukosa-6-fosfat yang dihasilkan menjadi
glukosa untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi .

Selama 8-12 jam pertama puasa, pemecahan glikogen menjadi glukosa (


glikogenolisis ) adalah mekanisme utama dimana glukosa tersedia. Glucagon
memfasilitasi proses ini dan dengan demikian mempromosikan penampilan
glukosa dalam sirkulasi. Selama periode puasa yang lebih lama, glukosa,
diproduksi terutama dari asam laktat dan asam amino ( glukoneogenesis ),
dilepaskan dari hati. Mempertahankan kadar glukosa darah sangat penting
untuk fungsi otak, karena otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi
utama. Untuk individu dengan diabetes dalam keadaan puasa, glukosa plasma
berasal dari glikogenolisis dan glukoneogenesis di bawah arahan glukagon.
Insulin eksogen mempengaruhi laju hilangnya glukosa perifer dan, karena
defisiensi dalam sirkulasi portal, tidak secara tepat mengatur sejauh mana
glukoneogenesis hepatik dan glikogenolisis.

30
Fase pemberian makan
Penentu utama seberapa cepat glukosa muncul dalam sirkulasi selama keadaan
makan adalah tingkat pengosongan lambung. S ‘etelah mencapai puncak pasca
makan, glukosa darah perlahan menurun selama beberapa jam berikutnya,
akhirnya kembali ke tingkat puasa. Dalam keadaan pasca-makan, pengambilan
glukosa oleh otot rangka dan jaringan adiposa didorong terutama oleh insulin
sebagai stimulasi penyimpanan glukosa sebagai glikogen ( glikogenesis ) dan
konversi glukosa menjadi lemak oleh glikolisis dan lipogenesis. Pada saat
yang sama, produksi glukosa endogen (glukoneogenesis dan glikogenolisis)
oleh hati ditekan oleh aksi langsung insulin, yang dikirim melalui vena portal,
pada hati, danefek parakrin atau komunikasi langsung di dalam tubuh. pankreas
antara sel-sel α dan β, yang menghasilkan penindasan glukagon oleh insulin.
Insulin action diatur dengan sebagai respons terhadap konsentrasi glukosa yang
bersirkulasi. Insulin tidak disekresikan jika konsentrasi glukosa darah ≤ 3,3
mmol / l, tetapi disekresikan dalam jumlah yang meningkat karena konsentrasi
glukosa meningkat melebihi ambang batas ini. Pasca pre-preparasi, sekresi
insulin terjadi dalam dua fase: pelepasan cepat insulin preformed, diikuti oleh
peningkatan sintesis insulin dan lepaskan sebagai respons terhadap glukosa
darah. Pelepasan insulin jangka panjang terjadi jika konsentrasi glukosa tetap
tinggi. Sementara glukosa adalah stimulus insulin yang paling kuat, faktor-
faktor lain merangsang sekresi insulin. Stimulus tambahan ini termasuk
peningkatan konsentrasi plasma dari beberapa asam amino, terutama arginin,
leusin, dan lisin; incretins (GLP-1 dan GIP) dilepaskan dari usus setelah
makan; dan stimulasi parasimpatis melalui saraf vagus.
Amylin melengkapi efek insulin pada sirkulasi konsentrasi glukosa dengan
menekan sekresi glukagon, sehingga mengurangi keluaran glukosa hepatik
yang terstimulasi oleh glukagon setelah konsumsi nutrisi. Penindasan sekresi
glukagon ini dipostulasikan untuk dimediasi terpusat melalui sinyal vagal
eferen. Yang penting, amylin tidak menekan sekresi glukagon selama
hipoglikemia yang diinduksi insulin. Amylin juga memperlambat laju
pengosongan lambung dan, dengan demikian, tingkat di mana nutrisi dikirim
dari perut ke usus kecil untuk penyerapan. Selain efeknya pada sekresi
glukagon dan laju pengosongan lambung, dosis amylin secara dependen
mengurangi asupan makanan dan berat badan pada model hewan.
Selain itu, hormon incretin seperti GLP-1, glukosa-dependen meningkatkan
sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon dan, melalui jalur saraf,

31
membantu memperlambat pengosongan lambung dan mengurangi asupan
makanan.
Oksidasi lengkap glukosa menjadi CO2 dan H2O melibatkan konversi setiap
molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat oleh glikolisis , dekarboksilasi
masing-masing piruvat menjadi asetilCoA oleh enzim piruvat dekarboksilase
dan oksidasi masing-masing molekul asetilCOA menjadi CO2 dan H2O
melalui siklus asam trikarboksilat (Siklus TCA, siklus Krebs) dan fosforilasi
oksidatif. Untuk setiap molekul glukosa catabolised, jaring 2 molekul ATP
diproduksi selama glikolisis dengan 34 molekul ATP lebih lanjut yang
dihasilkan oleh siklus TCA dan sistem sitokrom.

5.5 Metabolisme Protein


Protein adalah makromolekul yang terbentuk secara alami yang terdiri dari unit
berulang asam L-amino. Ada sekitar 20 asam amino berbeda yang dikategorikan sebagai
asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial adalah asam
amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus disediakan dari makanan
sedangkan asam amino non-esensial disintesis oleh tubuh. Asam amino esensial meliputi
valin, leusin, isoleusin, fenilalanin, triptofan, treonin, metionin, arginin, lisin , dan histidin;
sedangkan asam amino non-esensial adalah sisa dari kumpulan asam amino .
Protein pada degradasi terurai menjadi asam amino individu dengan masing-masing jenis
asam amino memiliki nasib metabolik sendiri dan fungsi spesifik. Proses metabolisme ini
tidak hanya menghasilkan energi, tetapi juga menghasilkan perantara antara biosintesis
asam amino non-esensial tertentu, glukosa dan lemak.

Biasanya sumber energi utama tubuh adalah karbohidrat. Asam amino


menjalani metabolisme di bawah tiga situasi khusus yang berbeda:
 Selama sintesis reguler dan degradasi protein, asam amino tertentu yang
dihasilkan dari pemecahan protein tidak diperlukan untuk sintesis protein baru
dan karenanya dimetabolisme.
 Ketika berpuasa / kelaparan atau dalam situasi pasien dengan diabetes
mellitus yang tidak terkontrol, kekurangan atau tidak tersedianya karbohidrat
atau pemanfaatan karbohidrat yang tidak tepat, protein seluler dipecah untuk
memberikan energi sebagai alternatif karbohidrat.
 Jika diet kaya protein dicerna dan asam amino yang dicerna melebihi
kebutuhan tubuh untuk sintesis protein, kelebihan asam amino tersebut menjadi
catabolis karena tidak dapat disimpan.
Dalam salah satu situasi di atas, asam amino dimetabolisme di hati dengan
kehilangan gugus amino dan membentuk asam α-keto baik dengan
transaminasi atau deaminasi. Asam α-keto ini selanjutnya dimetabolisme

32
menjadi tiga atau empat unit karbon yang dapat, dikonversi menjadi glukosa
sebagai sumber energi (oleh glukoneogenesis ) atau dipecah secara langsung
melalui siklus asam tricarboxylic ( Siklus Krebs ) menjadi CO2 dan H2O dan
menghasilkan energi. Beberapa gugus amino yang dilepaskan digunakan untuk
jalur biosintesis lainnya sedangkan kelebihannya diekskresikan langsung
dalam urin

Glukagon
Meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang hati untuk mengubah
glikogen menjadi glukosa dan menstimulasi konversi asam lemak dan asam
amino menjadi glukosa (glukoneogenesis).

Insulin:
 Menurunkan kadar glukosa darah melalui pengaktifan sel-sel tertentu,
misalnya sel otot skelet, sel jaringan adiposa dan sel hati.
 Uptake glukosa: merangsang otot dan hati untuk meningkatkan sintesis
glikogen (glikogenesis) dari glukosa.

33
Hormon Tiroid
- Meningkatkan BMR (kecepatan konsumsi Oksigen pada kondisi basal)
dengan menstimulasi penggunaan oksigen untuk memproduksi ATP.
BMR ↑ maka metabolisme KH, lemak dan protein ↑.
- Stimulasi sintesis protein dan meningkatkan penggunaan glukosa dan
asam lemak untuk produksi ATP.
- Stimulasi sintesis Na/K ATPase (ion Na dari sitosol ke cairan
ekstraseluler dan ion K dari cairan ekstraseluler ke sitosol) → sel
menghasilkan dan menggunakan >> ATP → panas ↑ → suhu ↑↑ (efek
Kalorigenik)
- Meningkatkan kerja katekolamin (Norepinefrin dan epinefrin)
Bersama hormon pertumbuhan (GH) dan insulin → mempercepat
pertumbuhan badan terutama saraf dan tulang.
- Meningkatkan lipolisis dan eksresi kolesterol → menurunkan kadar
kolesterol darah.
Hormon Glukokortikoid
- Meningkatkan laju Pemecahan protein (serat otot) → me↑ asam amino
dalam aliran darah. Asam amino digunakan sel tubuh untuk sintesis
protein baru atau produksi ATP
- Pembentukan glukosa. Sel hati akan mengubah asam amino menjadi
glukosa (glukoneogenesis).
- Menstimulasi Lipolisis
- Resistensi terhadap stress.

34
5.6 Metabolisme Vitamin
Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh
dan berkembang secara normal. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin
tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin,
asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan

35
vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh
memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi.
Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi
dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh, asupan vitamin lain dapat
diperoleh melalui suplemen makanan. (Lie, 2004)

vitamin digolongkan dalam dua kelompok yaitu

(1) vitamin yang larut dalam lemak

(2) vitamin yang larut dalam air

Yang pertama dapat diekstrasi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan
yang terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D,
E, dan K, yang hanya mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen.
Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1
sampai B12), yang selain mengandung unsure-unsur karbon, hydrogen,
oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Beberapa vitamin
berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energy, Jalur metabolisme
yang menghasilkan energi untuk mendukung kerja sel adalah glikolisis, siklus
kreb, transport elektron, dan β oksidasi. (Lie, 2004)

Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh
tubuh, melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam, yaitu
vitamin B kompleks dan C, tidak disimpan melainkan akan dikeluarkan oleh
system pembuangan tubuh. Akibatmya, selalu dibutuhkan asupan vitamin
tersebut tiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk
hewani, seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman
tidakl berada dalan keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun
kimia. Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus
akan membantu melepaskanvitamin dari makanan agar bias diserap oleh usus.
Vitamin larut lemak diserap didalam usus bersama dengan lemak atau minyak
yang dikonsumsi. Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme
yang berbeda. Terdapat perbedaab prinsip proses penyerapan antara vitamin
larut dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif
dan kemudian didalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron
(lipoprotein) yang kemudian diserap system limfak, kemudian bergabung
dengan saluran dara untuk ditransportasikan kehati. Sedangakan vitamin larut
air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.

a) Vitamin A

36
Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif yang terdiri dari retinol, retinal
(retinaldehyde) dan retinoic acid. Ketiga biomolekul tersebut berasal dari β
carotene provitamin A, terdapat pada tanaman berwarna hijau tua, oranye dan
merah. Transport di dalam tubuh berupa chylomikron, Vitamin A di simpan
dalam sel stealate pada hati dalam bentuk retinyl ester (retinol diesterifikasi
dengan suatu molekul asam lemak), pada saat dimobilisasi dlm tubu diubah
mjd retinol dan dilepas ke peredaran darah dengan berikatan dan protein RBP.
RBP hanya akan dilepas ke dalam darah apabila mengandung retinol. Berbagai
macam sel mempunyai reseptor RBP yang terikat pada membran.Vitamin A
dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam
hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β, adalah α, γ- karoten serta
kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan,
senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan asam empedu
(pembentukan micelle).

Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif,
kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran
limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke
hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan
dalam bentuk retinil- palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil
palmitat diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein
(RBP), yang disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu
“transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan.

Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein pengikat
retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke hati dan
bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus
halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut
ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat. (Lie,
2004)

b) Asam ascorbat ( vitamin C)

37
Asam ascorbat lebih dikenal sebagai
vitamin C, berasal dari glukosa dari siklus asam uronat, glukosa pada asam
askorbat dikatalis oleh enzim L gulonolakton oksidase Enzim ini tdk ada pada
primate vitamin C diperoleh dari makanan berfungsi sebagai agen pereduksi
berbagai reaksi , Vitamin C dikeluarkan dari tubuh melalui urine dalm bentuk
dydroaskorbat, ketogulonate, askorbat 2 sulfate, asam oksalat. Reaksi utama
yang sangat membutuhkan vitamin C hidroksilasi proline dalam kolagen,
sebagai kofaktor reaksi katabolisme tirosine dan sintesis epinefrin dari tirosin,
sintesis asam empedu.

c) Vitamin D

Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D
dikenal juga dengan nama kalsiferol. Bagian tubuh yang paling banyak
dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu
metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera
memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila
kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang
tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X.

38
d) Thiamin (Vitamin B1)

Struktur thiamin merupakan gabungan antara pirimidin dan thiazole yang


dihubungkan dengan jembatan metilene Di dalam otak dan hati diubah menjadi
TPP = thiamin pyrohosphat oleh enzim thiamin difosfotransferase, reaksi
membutuhkan ATP Berperan penting sebagai koensim dekarboksilasi senyawa
asam-keto Beberapaenzim yang menggunakan TPP sbg koensim pyruvate
decarboxylase, pyruvate dehydrogenase, transketolase.

e)Riboflavin(vitaminB2) Komponen
dari koenzim flavin adalah FMN dan FAD. Enzim yang bekerja pada reaksi

reduksi – oksidasi (redoks), memiliki fungsi sentral dalam produksi energi dan
pernapasan seluler yang merupakan prekursor kofaktor flavin mononukleotida
(FMN) flavin adenine dinukleotida (FAD) Enzim yang memerlukan kofaktor
tersebut adalah flavoproteinFAD dan FMN berfungsi sebagai akseptor
electron, penambahan 2 elektron pada FAD menghasilkan FADH2 dan
Penambahan 2 elektron pada FMN menghasilkan FMNH2, perubahan
riboflavin ke FMN dihambat oleh hipothyroidsm elektron yang diterima
langsung disumbangkan sehingga kembali pada bentuk yang teroksidasi

39
penuh, riboflavin terdapat di berbagai sumber makanan seperti susu, keju,
daging, telur dan sereal .

f) Niasin (vitamin B3)

Niasin dapat merupakan nikotinamid atau asam nikotinat. Nikotinamid dan


asam nikotinat sebagai sumber vitamin B3. Niasin dibutuhkan untuk sintesis
vitamin B3, NAD (nicotinamida adenin dinucleotida), dan NADP+
(nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) NAD dan NADP adalah
kofaktor pada enzim dehidrogenase, yang berfungsi dalam reaksi redoks yaitu
donor dan akseptor electron, NAD banyak digunakan pada glycolisis, oksidasi
asam lemak, metabolisme badan keton dan cenderung berperan sebagai
akseptor elektron pada reaksi katabolisme. NADP adalah sintesa asam lemak
dan PPP, Contoh laktat atau malat dehidrogenase.

g) Asam pantotenat (vitamin B5)

Asam pantotenat ( vitamin B5) berasal dari β-alanin dan asam pantoat
diperlukan untuk sintesis coenzim A, komponen asil carier protein (ACP) pada
sintesis asam lemak kofaktor ensim fatty acid synthase. Sekitar 70 enzim
membutuhkan CoA atau derivat ACP untuk melakukan fungsinya. Vitamin B5
banyak ditemukan di kacang-kacangan, daging dan biji-bijian. CoA diperlukan
padasiklus kreb, sintesis dan oksidasi asam lemak, metabolisme asam amino,

sintesis kolesterol .

h) Vitamin B6

40
Di dalam tubuh diubah menjadi bentuk aktif vitamin B6 menjadi PLP
(piridoksal fosfat ). Pengubahan dari vitamin B6, Piridoksal fosfat ini
membutuhkan ATP dengan ensim piridoksal kinase, PLP adalah koenzim pada
reaksi transaminasi, sintesis dan katabolisme asam amino, glikogenolisis
(gikogen fosforilase).

i)Vitamin E

Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam


tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu,
vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai
kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa
antioksidan alami.

5.7 Metabolisme Air Dan Mineral

Peran air:

9. Sebagai Lubrikan
10. Regulasi tubuh (mengatur suhu)
11. Reaksi biokimia
12. Transport intrasel
Cairan tubuh normal: Wanita: 2,7lt sedangkan pria: 3,7lt
Osmolaritas normal: 308 osm (308 osm setara dengan NaCl 0,9%)

- WATER INPUT
 Fungsi: menaikkan osmolaritas yang rendah
 Osmolaritas diatur oleh sistem regulasi, Sistem regulasi dideteksi oleh rasa
haus dan sistem ini diatur oleh osmoreseptor yang letaknya di organosum
vaskulosum. Organosum vaskulosum terletak di lamina terminalis
 WATER OUTPUT
 Fungsi: menurunkan osmolaritas yang tinggi
 Osmolaritas juga diatur dengan hal yang sama seperti water input
 Regulasinya diatur oleh sistem regulasi yang sama kayak water input
 Mekanisme water input dan ouput diatur oleh ADH (vasopressin) dan
Aldosterone

Water Input Dan Ouput Berfungsi Untuk Mencapai Keadaan Homeostatis,


Mekanisme tersebut diatur oleh hormon :
5. ADH (Vasopressin)

41
 Dihasilkan neurohipofisis
 Fungsi: meningkatkan sekresi urin
 Ketika osmoreseptornya teraktivasi, osmoreseptor akan mengirim
sinyalnya ke neurohipofisis. Kemudian ADH akan disekresi melalui nerve
endingnya. Kerja ADH ini untuk menurunkan sekresi urin.
6. Aldosterone
 Dihasilkan glandula suprarenalis
 Fungsi: meningkatkan reabsorbsi Na+ 0
 Pengontrolnya apparatus jukstahlomerular
Ketika apparatus jukstaglomerular teraktivasi, ia akan mengeluarkan renin.
Renin ini lah yang berperan dalam pengubahan angitensinogem menjadi
angiotensin 1. Kemudian angiotensin 1 dialirkan ke tubuh ketika darah sampai
di paru-paru, sel endotel paru akan menghasilkan enzim ACE yang akan
mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.

Ketika osmolaritas intrasel meningkat, akan membuat Na+ di tubulus renalis


menuju ke intrasel (akibat osmolaritas intrasel lebih tinggi daripada tubulus
ginjal). Air akan mengikuti Na+, sehingga air juga akan menuju intrasel itulah
mengapa urin lebih sedikit.

Keseimbangan Cairan
Mekanismennya melalui fluid gain dan fluid loss
 Ketika fluid gain lebih besar daripada fluid loss: fluid balance (+)
Biasanya ditemukan pada pasien yang memiliki masalah di ginjal dan
cardiovascular
 Ketika fluid loss lebih besat daripada fluid gain: fluid balance (-)
Biasanya ditemukan pada pasien syock, diare, atau muntah

5.8 Pengelolaan Energi

A. Faktor-faktor yang mengatur jumlah asupan makanan

Pengaturan jumlah asupan makanan dapat dibagi menjadi :


1. Pengaturan jangka pendek, yang terutama mencegah perilaku makan yang
berlebihan di setiap waktu makan.
2. Pengisian saluran cerna menghambat perilaku makan, Bila saluran cerna
teregang, terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang teregang
akan dihantarkan terutama melalui nervus vagusn untuk menekan pusat
makan,sehingga nafsu makan berkurang.

42
3. Faktor hormonal saluran cerna menghambat perilaku, Kolesistokinin
terutama dilepaskan sebagai respon terhadap lemak yang masuk ke
duodenum dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk
mengurangi perilaku makan lebih lanjut. Selain itu,adanya makanan
dalam usus akan merangsang usus tersebut mensekresikan peptide
mirip glucagon, yang selanjutnya akan meningkatkan sekresi insulin
terkait glukosa dan sekresi dari pancreas, yang keduanya cendrung
untuk menekan nafsu makan.

4. Ghrelin, suatu hormone gastrointestinal meningkatkan perilaku makan,


Kadar Ghrelin meningkat disaat puasa, meningkat sesaat sebelum
makan, dan menurun drastis setelah makan yang mengisyaratkan
bahwa hormone ini mungkin berperan untuk meningkatkan nafsu
makan.

5. Reseptor mulut mengukur jumlah asupan makanan, Berkaitan dengan


perilaku makan, seperti mengunyah, salivasi, menelan, dan mengecap
yang akan “mengukur” jumlah makanan yang masuk, dan ketika
sejumlah makan telah masuk, maka pusat makan dihipotalamus akan
dihambat.

6. Pengaturan jangka panjang, yang terutama berperan untuk mem-


pertahankan energi yang disimpan di tubuh dalam jumlah normal.

5.9 Kelelahan dan Pegal-Pegal

Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat


kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik

43
yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem
penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan
manusia beraksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Menurut
Nurmianto (2003) proses terjadinya kelelahan karena adanya pembebanan otot
secara statis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang mengakibatkan asam
laktat terakumulasi. Di samping itu juga dikarenakan pembebanan otot yang
tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu. Jika dalam jangka waktu yang
panjang seseorang terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka
sirkulasi darah menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah. Hal
ini juga dikemukan oleh Suma’mur (2009) bahwa pekerja yang telah mulai
mengalami perasaan lelah dan tetap ia paksakan Universitas Sumatera Utara
untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah
demikian sangat menggangu kelancaran pekerjaan dan juga berefek buruk
kepada pekerja yang bersangkutan.
 Tanda seseorang olahraga berlebihan
Seseorang bisa saja tidak menyadari bahkan menyangkal bahwa dirinya telah
melakukan olahraga secara berlebihan. Namun, seseorang dapat dikategorikan
berlebihan dalam berolahraga berdasarkan keadaan atau perubahan yang
dialami orang tersebut seperti menjadi sering sakit kepala, sering merasa
kelelahan, tidak fit, tidak bugar, kelihatan tidak bersemangat, mudah capek,
tidak bertenaga dan lebih mudah merasa sakit. Orang tersebut juga dapat
mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan secara drastis serta lebih
mudah marah dan mood gampang berubah. Meskipun dalam kondisi normal
(sedang beristirahat), terjadi peningkatan denyut jantung. Secara psikologis,
orang tersebut seperti kecanduan dan merasa bersalah bila tidak
berolahraga.Ketika seorang atlet melakukan pelatihan dalam volume besar atau
pada intensitas sangat tinggi, kebugaran akan meningkat tetapi kelelahan juga
akan meningkat (Bompa, 2009).
Pilihan olahraga untuk usia 30-an
Usia ini paling rentan terhadap dampak negatif olahraga yang dilakukan secara
berlebihan. Sebab kebanyakan dari kita masih mengganggap tubuh masih

44
sebugar saat berusia 20-an, padahal fungsi organ tubuh kita telah banyak
mengalami perubahan. Bantalan antar ruas tulang punggung mulai
menunjukkan gejala penipisan sehingga rentan cedera.
Perbanyak latihan yang berkonsentrasi pada kebugaran sistem kardiovaskular
(berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah) seperti bersepeda
(termasuk bersepeda statis), berlari di atas treadmill (salah satu jenis olahraga
yang mengandalkan alat) atau berenang jarak menengah.
Selain itu, aktivitas fisik yang lekat dengan kebugaran otot dan tulang seperti
yoga, tai-chi dan pilates (olahraga yang berfungsi mengecilkan perut) dapat
menjadi alternatif pilihan. Yoga merupakan jenis olahraga yang berfungsi
menurunkan kadar lemak, melatih pernafasan, visualisasi dan melatih relaksasi
tubuh. Yoga tidak memerlukan tempat yang luas sehingga dapat dilakukan di
mana saja. Tai-chi memiliki manfaat yang lebih besar dibanding yoga karena
mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Tai-chi lebih banyak melibatkan
pikiran, fokus, pernapasan dan mengutamakan gerakan-gerakan lambat.

Perubahan Tubuh Akibat Olahraga


Dengan berolahraga akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh menurut
jenis, lama, dan intensitas latihan yang dilakukan. Secara umum olahraga yang
dilakukan secara teratur dengan takaran yang cukup akan menyebabkan
perubahan sebagai berikut:
1. Perubahan pada Jantung
Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung besar dan
denyutan kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung.
Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu sering.
Pada orang yang tidak melakukan olahraga, denyut jantung rata- rata 80 kali
per menit, sedang pada orang yang melakukan olahraga teratur, denyut jantung
rata-rata 60 kali per menit. Dengan demikian dalam satu menit dihemat 20
denyutan, dalam satu jam 1200 denyutan, dan dalam satu hari 28.800 denyutan.
Penghematan tersebut menjadikan jantung awet, dan boleh diharap hidup lebih
lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi (Strauss, 1979).

45
2. Perubahan pada Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena berkurangnya timbunan
lemak dan penambahan kontraksi otot dinding pembuluh darah. Elastisitas
pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah
timbulnya hipertensi. Disamping elastisitas pembuluh darah yang meningkat,
pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) akan bertambah padat pula. Penyakit
jantung koroner dapat diatasi dan dicegah dengan mekanisme perubahan ini.
Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat pembuangan zat-zat lelah
sebagai sisa pembakaran sehingga bisa diharapkan pemulihan kelelahan yang
cepat (Soekarman, 1987).
3. Perubahan pada Paru
Elastisitas paru akan bertambah sehingga kemampuan berkembang kempis
juga akan bertambah. Selain itu jumlah alveoli yang aktif (terbuka) akan
bertambah dengan olahraga teratur. Kedua hal diatas akan menyebabkan
kapasitas penampungan dan penyaluran oksigen ke darah akan bertambah.
Pernafasan bertambah dalam dengan frekuensi yang lebih kecil. Bersamaan
dengan perubahan pada jantung dan pembuluh darah, ketiganya bertanggung
jawab untuk penundaan kelelahan (McArdle, 1986).
4. Perubahan pada Otot
Kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan
oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistim penyediaan
energi di otot. Lebih dari itu perubahan pada otot ini akan mendukung
kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan
dapat dihindari (Brooks, 1984).
5. Perubahan pada Tulang
Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan kepadatan,
kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang.
Permukaan tulang juga akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang
terus menerus (Fox, 1988).
6. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo

46
Kekuatan ligamentum dan tendo akan bertambah, demikian juga dengan
perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini akan membuat ligamentum dan
tendo mampu menahan beban berat dan tidak mudah cedera (Teitz, 1989).
7. Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan
Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di
persendian sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) dan melindungi
tulang serta sendi dari bahaya cedera (Wilmore, 1981).
8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas
Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang
memungkinkan seseorang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan
aklimatisasi terhadap panas disebabkan karena pada waktu melakukan
olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan yang sama
akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas (Fox, 1984).
Pada dasarnya, ketika melakukan gerakan yang baru atau gerakan yang jarang
dilakukan oleh otot, maka sel-sel otot di bagian yang di gunakan tersebut akan
mengalami kerusakan. Hal ini disebut dengan DOMS (Delayed Onset Muscle
Sense), dan ini normal. Semua orang bisa merasakan kondisi ini, bahkan atlet
profesional pun bisa saja merasakan hal ini.Rusaknya jaringan otot inilah yang
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri setelah latihan ini menjadi tanda bahwa
otot mulai beradaptasi dari tekanan yang di berikan.DOMS biasanya dimulai
6-8 jam setelah melakukan aktivitas baru tersebut atau setelah mengubah
aktivitas tertentu. Rasa nyeri ini bisa bertahan selama 24-48 jam ke depan.
Inilah mengapa biasanya baru akan merasakan badan sakit pada keesokan
harinya atau berjam-jam setelah berolahraga.
Mengalami proses respirasi anaerob dalam otot yang menghasilkan asam
laktat, sehingga otot mengalami pegal.

47
V. KERANGKA KONSEP

48
KESIMPULAN
Syahrini , 37 tahun, mengalami peningkatan katabolisme tubuh karena
puasa, asupan energi yang kurang, peningkatan penggunaan energi yang
berlebihan sehingga mudah lelah, pegal, dan berat badannya turun.

49
DAFTAR PUSTAKA

Brooks GA andFahey TD. 1984 ExercisePhysiology Human


BioenergeticsandItsApplications: 2nd Edition. Mountain View, CA:
Mayfield Pub

Clark, J.F. 1997. Creatine&phospocreatine : a reviewoftheiruse in


exercise& sport. JournalofAthleticTraining. 32(1) : 33-36.

Coyle EF, Jeukendrup AE, Wagenmaker AJM, Saris WHM. 1997.


Fattyacidoxidationisdirectlyregulatedbycarbohydratemetabolismduringe
xercise. American JournalofPhysiology. 273: E261-E275.

Dennis SC andNoakes TD. 2003.


Exercise:muscleandmetabolicrequirement. In Encyclopediaof Food
Sciences&Nutrition, 2nd Edition, Caballero B, Trugo LC, andFinglas
PM. Eds. AcademicPress.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 1997. Gizi


Olahraga UntukPrestasi. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Pp. 9.

Fachrurrozi, Rias, Dan Olivia. 2017. Pengaruh Olahraga Aerobik Pagi


Dan Malam Hari Terhadap Kadar Leukosit Remaja Putri Di Asrama
Universitas Negeri Malang.

Gagnon, Tiffany. 2016. 30 EasiestWaysto Lose Weight After 30 (jurnal).


Diunduh pada tanggal 9 April 2019 pada pukul 18.34 WIB di
https://www.eatthis.com/lose-weight-after-30/.

Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2016. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran Ed. 12. Singapore: elsevier.

Hernawati. (t.t.). Produksi Asam Laktat pada Exericise Aerobik dan


Anaerobik (jurnal). FPMIPA Universitas Pendididkan Indonesia.
Diunduh pada tanggal 9 April 2019 pukul 21.33 WIB di

50
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1970033
1 1997022-HERNAWATI/FILE_2.pdf.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/pendidikan/Metabolisme+prot
ein.pdf

Hernawati. Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan


Anaerobik.
Irawan, M. Anwari. 2007. Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga.

Katz, D.L. dan S. Meller. 2014. Can We Say What Diet Is Best For
Health? (jurnal). Diunduh tanggal 9 April 2019 pukul 22.13 WIB di
https://www.annualreviews.org/doi/full/10.1146/annurev-
publhealth032013-182351#_i11.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pembinaan Kesehatan: Olahraga di


Indonesia. Jakarta: Infodatin.

Kementrian Kesehatan RI. T.t. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi


Orang Dewasa.

Lita Marlinda. 2015. Perbandingan Kadar Low Density Lipoproten


(Ldl) Pada Penderita Obesitas Apple Shaped Dan Obesitas Pear
Shapped Di Lingkungan Pegawai Negeri Sipil Kantor Kelurahan
Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung. Lampung :
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Litwak, S.R. 2003. Energy Metabolism. In Encyclopediaof Food
Sciences&Nutrition, 2nd Edition, Caballero B, Trugo LC, andFinglas
PM. Eds. AcademicPress.
Mihardja, L. 2004. Sistem Energi dan Zat Gizi yang Diperlukan pada
Olahraga Aerobik dan Anaerobik.

Rodwell, Victor W., dkk. 2018. Biokimia Harper Ed. 30. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia Edisi 8. China:
Brook/Scole, Cergagelearning.

Sikalak, Wegiarti, dkk. 2017. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Obesitas pada Karyawati Perusahaan di Bidang
Telekomunikasi

51
Jakarta Tahun 2017”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), Vol.5,
No.3. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Suryana dan Yulia Fitri. 2017. “Hubungan Aktivitas Fisik dengan IMT
dan Komposisi Lemak Tubuh”. Jurnal AcTion: Aceh NutritionJournal,
November 2017; 2(2): 114-119.

Wahyuni, Sri (2019). Hormon-hormon yang Berperan Dalam Metabolisme

Ward, Colin (2019). Metabolism and Hormones

Widiyamono, Ersa, dan Totok. 2013. Pengaruh pemberian massage dan


coolingdown terhadap penurunan tingkat kelelahan pada atlet olahraga
sepak bola di sekolah sepak bola angkasa Surakarta. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Zhang, Haifeng, dkk. 2016. “ComparableEffectsofHigh-Intensity


Interval TrainingandProlongedContinuousExerciseTrainingon
Abdominal
Visceral Fat Reduction in Obese Young Women”. Journalof Diabetes
Research. https://doi.org/10.1155/2017/5071740

52

Anda mungkin juga menyukai