Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan untuk
stabil (APTS), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi
Menurut Garko, penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner adalah
penyakit jantung di mana dinding endotel bagian dalam pada satu atau lebih arteri
koroner menjadi sempit akibat akumulasi kronis dari plak ateromatous yang
mengurangi aliran darah yang kaya nutrisi dan oksigen sehingga merusak struktur
dan fungsi jantung dan meningkatkan resiko nyeri dada (contohnya angina
B. ETIOLOGI
lemak, elemen fibrosa dan molekul inflamasi pada dinding arteri koroner.
dimana faktor tersebut akan berubah menjadi faktor resiko penyakit jantung
koroner.
Penyebab paling sering SKA adalah penurunan perfusi miokard oleh karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada plak
komponennya dari plak yang ruptur akan mengakibatkan infark kecil di distal
Penyebab agak jarang , yang mungkin sebab oleh spasme fokal yang terus
menerus pada segmen arteri koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini
disfungsi endotel. Juga bisa terjadi akibat konstiksi abnormal pada pembuluh
Penyebab ini adalah penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme atau
trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif
Faktor ini merupakan faktor sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner.
Patofisiologi Aterosklerosis
polymorphism) berkaitan dengan peyakit jantung koroner, infark miokard atau keduanya (24).
Gen Ch9p21 SNP adalah gen yang berperan dalam terjadinya penyakit jantung koroner dan
infark miokard 25.
Anak dari orang tua dengan penyakit jantung koroner lebih berpotensi terkena penyakit
jantung (19). Baik pria atau wanita yang memiliki minimum satu orang tua yang memiliki
penyakit jantung koroner beresiko 1,4 - 1,6 kali untuk terkena penyakit jantung koroner 26.
Merokok
Rokok mengandung zat kimia seperti nikotin, karbon monoksida, ammonia,
formaldehida, tar dan lain-lain. Bahan aktif utama adalah nikotin yang memberi efek akut dan
tar memberi efek kronis. Nikotin menyebabkan efek simpatomimetik pada sistem
kardiovaskuler seperti takikardi, kontraksi ventrikuler di luar sistol, meningkatkan
noradrenalin dalam plasma, meningkatkan tekanan darah, cardiac output naik, dan
meningkatkan konsumsi oksigen sehingga menyebabkan penyempitan aterosklerotik,
penempelan platelet dan menurunkan HDL 27.
Merokok dapat meningkatkan oksidasi dari LDL yang dapat meningkatkan faktor lain seperti
hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes melittus 28.
Merokok meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-4 kali dari orang yang
tidak merokok. Orang yang merokok satu bungkus rokok setiap hari resiko serangan jantung
berlipat 2 kali dari orang yang tidak merokok 19. Wanita yang merokok mempunyai resiko 25%
lebih besar terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan pria yang merokok 29.
Universitas Sumatera Utara
Komponen lain adalah trigliserida. Kadarnya selalu berpasangan dengan kadar HDL yang
rendah 30. Rasio non-HDL kolesterol, trigliserida dan total kolesterol dengan HDL kolesterol
lebih berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner dibandingkan dengan hanya LDL
kolesterol 31.
c) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan dinding
jantung menjadi kaku dan tebal yang menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik dan
meningkatkan resiko serangan jantung, stroke dan gagal ginjal 18.
Terdapat dua patofisiologi bagaimana hipertensi menyebabkan penyakit jantung koroner.
Teori pertama adalah, hipertensi menyebabkan kerusakn pada endotel yang menybabkan
senyawa vasodilator tidak keluar dan membuat penumpukan oksigen reaktif serta
penumpukan faktor -faktor inflamasi yang mendukung aterosklerosis, trombosis dan
penyumbatan pembuluh darah. Teori kedua, hipertensi menyebabkan peningkatan afterload
yang mengakibatkan hipertropi dari ventrikel kiri yang menybabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen miokardium dan penurunan aliran darah koroner 32.
Orang dengan hipertensi memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terkena
penyakit jantung koroner dibanding dengan orang yang normotensi 32.
d) Aktivitas fisik yang kurang
Aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner
sebanyak 2 kali lipat dan dapat memperburukkan faktor-faktor resiko yang lain seperti tekanan
darah, kadar kolesterol, trigliserida yang tinggi, diabetes dan berat badan 18. Seseorang
dengan aktivitas fisik sedang yang intensif selama 150 menit/minggu dan tambahan 300
menit/minggu akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 14% dibanding
dengan orang yang tidak melakukan aktivitas fisik 34.
e) Berat badan berlebihan (obesitas dan overweight)
Obesitas abdominal atau sentral, dapat diukur melalui berat badan dan juga
lingkar pinggang 35. Obesitas sentral dapat menyebabkan berbagai hal seperti peningkatan
kadar insulin dan resistensi insulin (diabetes melitus) dimana insulin bisa menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan mempengaruhi retensi garam 36.
Berat badan berlebihan akan meningkatkan kerja jantung karena meningkatkan jumlah
tahanan perifer total sehingga tekanan darah menjadi tinggi 18. Ini menyebabkan penebalan
Muhamad Primasra Gulfisaputra
04011181823026 / BETA 2018
KELOMPOK B1
dinding ventrikel sehingga meningkatkan massa pada ventrikel terutama ventrikel kiri 37.
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida serta menurunkan kadar
HDL 18.
Peningkatan 10kg berat badan akan meningkatkan tekanan sistol sebesar 3mmHg dan tekanan
diastol sebesar 2,5mmHg (Artham, et al., 2009) dan setiap peningkatan IMT sebesar 4kg/m2
meningkatkan resiko terkena penyakit jantung iskemik sebesar 26% 38.
f) Diabetes melitus
Kadar gula dalam darah yang tinggi menyebabkan peningkatan plak ateromatous pada arteri
18. Kematian pasien diabetes melitus sering disebabkan serangan sindroma koroner akut
dibandingkan dengan yang tidak memiliki diabetes melitus. Diabetes dapat meningkatkan
resiko menjadi penyakit jantung sebesar 2 kali lipat.
Faktor Resiko Pendukung
Faktor resiko pendukung adalah faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko
penyakit jantung koroner, tetapi hasilnya tidak terlalu bermakna. Faktor resiko pendukung
terdiri dari :
a) Stress
Stress merupakan efek fisik dan emosi yang dapat berefek pada jantung akibat
perlepasan hormon-hormon tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat
mendorong pembentukan clotting pada arteri. Yang termasuk dalam pemicu stress adalah
isolasi sosial, stress pekerjaan dan peristiwa dalam kehidupan. Stress bisa meningkatkan
tekanan darah karena menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah arteri. Ini bisa
menyebabkan peningkatan serangan jantung.
Faktor psikologi seperti stress, depresi, dan anxiety secara signifikan kontribusi dalam onset,
gejala klinis dan prognosis penyakit jantung koroner. Orang yang mengalami stres berat
beresiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 1,27 kali dibanding yang mengalami stres
ringan.
b) Alkohol
Alkohol berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga menyebabkan
gagal jantung dan memicu stroke 19. Minum alkohol dalam jumlah sedang dapat menurunkan
resiko penyakit jantung. Alkohol dengan dosis 15g/hari untuk wanita dan 30g/hari untuk pria
Muhamad Primasra Gulfisaputra
04011181823026 / BETA 2018
KELOMPOK B1
secara signifikan dapat meningkatkan kadar HDL, apolipoprotein A1, adiponektin dan tidak
berefek pada level trigliserida.
c) Diet dan Nutrisi yang tidak sehat
Mengkonsumsi daging yang telah diproses berkaitan dengan insidensi yang lebih
tinggi dari penyakit jantung koroner. Diet yang tidak sehat seperti tinggi gula, lemak, dan
garam dapat menyebabkan peningkatan berat badan, tekanan darah, kadar lemak dalam
tubuh dan kadar gula darah sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
Untuk mencegah penyakit jantung, asam lemak jenuh diganti dengan asam lemak tidak jenuh
rantai jamak daripada asam lemak tidak jenuh rantai tunggal atau karbohidrat dan
menghindari konsumsi makanan trans-fatty acid dan makanan tinggi indeks glikemik.
D. DIAGNOSIS
Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada yang
di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada tipikal
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti
aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai. Walaupun
STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian di laporkan dapat
terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali
ektremitas pucat di sertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit
dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI. Tanda fisis lain pada disfungsi
ventrikular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split
paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late
Selain itu diagnosis STEMI ditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang
lebih 2mm, minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang
lebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin
E. PATOFISIOLOGI
F. MANIFESTASI
G. KOMPLIKASI