TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksan kadar glukosa darah
enzimatik dengan sampel berupa plasma darah vena. Pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer. Penegakkan diagnosis DM tidak
bisa dilakukan hanya dengan dasar adanya glukosuria.1,5 Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila pasien datang dengan keluhan, seperti5
A. Keluhan klasik DM
Keluhan klasik DM, seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
B. Keluhan lain
Keluhan lain yang sering dijumpai pada penderita DM antara lain badan
terasa lemas, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan
pruritus vulva pada wanita.
Selain dari anamnesis, kriteria diagnosis diabetes melitus ditunjang dengan
pemeriksaan glukosa plasma.1,5
1.6 Penatalaksanaan
A. Terapi farmakologis
Terapi farmakologi untuk penderita DM terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.1-5
1) Obat antihiperglikemia oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemi oral terbagi menjadi 6
golongan, yaitu
a. Pemacu sekresi insulin, misalnya sulfonylurea dan glinid
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin, misalnya metformin dan
tiazolidenedion (TZD)
c. Penghambat alfa glucosidase
d. Penghambat enzim dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4 inhibitor)
e. Penghambat enzim sodium glucose co-transporter 2
Tabel 3. Macam-macam obat antihiperglikemia oral
b. Agonis GLP-1
Agonis GLP-1 merupakan obat yang disuntikan secara subkutan untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan jumlah GLP-1
dalam darah. Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi dua, yaitu
GLP-1 cara kerja pendek yang memiliki waktu paruh kurang dari 24 jam
dan diberikan sebanyak 2 kali perhari. Sedangkan agonis GLP-1 kerja
panjang diberikan 1 kali perhari, contohnya adalah lixisenatide.5
Bagan 1. Algoritma terapi injeksi GLP 1 RA pada DM tipe 2
1.7 Edukasi
Edukasi penting untuk dilakukan pada penderita DM. selain bertujuan untuk
mencapai pola hidup sehat, edukasi juga ditujukan untuk mencegah komplikasi
yang dapat timbul akibat penyakit DM.1-5
A. Edukasi tingkat awal (dilakukan di pelayanan kesehatan primer)
1) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit DM
2) Makna dan perlunya pengendalian, serta pemantauan DM secara
berkelanjutan
3) Penyulit DM dan risikonya
4) Intervensi non-farmakologi dan farmakologis, serta target pengobatan
5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral, atau insulin, serta obat-obatan lain
6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (dilakukan hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur
9) Pentingnya perawatan kaki
10) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan
B. Edukasi tingkat lanjut (dilakukan di pelayanan kesehatan sekunder dan/atau
tersier)
1) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
2) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
3) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
4) Rencana kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi)
5) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit)
6) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
7) Pemeliharaan/ perawatan kaki
Daftar Pustaka