TINJAUAN TEORITIS
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus menggambarkan kelompok penyakit gangguan
kronis yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin,
insulin yang kurang pada jaringan target, hal ini yang menyebabkan terjadinya
metabolisme yang memiliki ciri utama yaitu hiperglikemia kronis. Hal ini
merupakan hasil dari sekresi insulin yang terganggu atau fungsi insulin yang
terganggu atau paling sering karena kedua gangguan tersebut (Petersmann et al.,
2018).
Menurut Hinkle dan Cheever (2018) sampai saat ini klasifikasi konseptual
tidak ada dan sekresi penghancuran autoimun sel beta dari pulau
resistensi insulin.
c. Diabetes Gestasional
hormon estrogen).
kondisi dimana tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam atau
glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dl yang disertai dengan keluhan klasik atau
chromatography (HPLC) yang telah memiliki standar yang baku oleh National
(TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) didapati hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa pada
rentang antara 100 – 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma dua jam
dengan hasil <140 mg/dL, (2) Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) yang memiliki
hasil pemeriksaan glukosa plasma dua jam setelah TTGO berada pada rentang
antara 140–199 mg/dL dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dL, (3) Secara
2. Kelebihan berat badan atau obesitas (melebihi berat badan ≥ 20% atau
dan aktivitas insulin di dalam tubuh. Diabetes tipe 1 ditandai dengan kekurangan
terhadap efek insulin. Kedua bentuk tersebut tidak memiliki efek persinyalan
insulin ketika glukagon dan sinyal metabolik lainnya hadir dalam tingkat nolmal
terkontrol dan meningkatnya kadar glukosa darah. Seiring dengan hal tersebut, sel
lemat dan otot tidak dapat mengambil gluosa darah yang tersedia melalui
meningkat. Sementara glukosa dalam darah sangat tinggi, otot perifer dan lemak
kekurangan glukosa, sekresi glukogen “terlepas” dari kadar gula darah. Insulin
penting dalam pengaturan sekresi glikogen. Oleh karena itu, glikogen yang tidap
seringkali karena gizi yang buruk dan obesitas. Ketoasidosis biasanya tidak terkait
dengan diabetes tipe 2, tetapi dapat terjadi karena stresor metabolik lainnya dan
jika terjadi kegagalan pankreas, hal ini menyebabkan penurunan produksi dan
sekresi insulin. Penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua dapat mengembangkan
ini biasanya disebabkan oleh penyakit, infeksi atau karena faktor lainnya (Mioni,
2019).
akut dapat diobati dan dapat dicegah melalui perawatan yang benar.
a. Hiperglikemia
b. Hipoglikemia
insulin. Hal ini juga terkadang disebut sebagai reaksi insulin. Kadar
glukosa darah yang begitu cepat, walaupun kadar glukosa dalam rentang
karena kadar glukosa yang tidak cukup untuk fungsi otak (William &
Hopper, 2011).
c. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik (DKA) terjadi ketika kadar glukosa darah
yang tinggi dan insulin yang kurang. Biasanya hal ini paling sering terjadi
apabila terjadi kekurangan insulin, dan terjadi pada tahap akhir proses
dalam sel, maka akan menyebakan sel kelaparan. Hal ini menyebabkan
Pemecahan lemak melepaskan zat asam yang disebut keton. Saat keton
2011).
atau jumlah insulin yang ada tidak memadai. Defisit insulin menyebabkan
tipe 2, ketika kadar glukosa darah tinggi dan pasien mengalami penurunan
asupan cairan akibat stres atau penyakit. Pada penderita diabetes tipe 2
peredaran darah, mata, ginjal, kulit, dan saraf. Sebagian besar komplikasi
sebuah studi penelitian klasik besar yang diselesaikan pada tahun 1993
f. Komplikasi Makrovaskular
lipoprotein densitas yang rendah. Glukosa darah yang tinggi juga dapat
mempengaruhi fungsi trombosit yang dapat menyebabkan peningkatan
penyakit stroke, serangan jantung, dan sirkulasi yang buruk pada kaki
dua hingga empat kali lebih sering pada penderita diabetes jika
badan normal, dan berolahraga secara teratur (William & Hopper, 2011).
dan plak yang tersumbat yang menempel di dinding pembuluh darah, yang
g. Komplikasi Mikrovaskular
perubahan ini adalah retina dan ginjal (Brunner & Suddarth’s, 2018).
kerusakan pada pembuluh darah kecil yang memasok bagian mata. Terjadi
diabetik adalah kontrol glukosa darah yang buruk. Jika nefropati terjadi,
ginjal tidak dapat mengeluarkan produk limbah dan kelebihan cairan dari
h. Neuropati Diabetik
tampaknya bervariasi secara klinis dan tergantung pada lokasi sel saraf
mana yang terkena. Prevalensi neuropati diabetik akan terus meningkat
Selain itu, terjadi demielinisasi saraf yang diduga terkait dengan terjadinya
(1) neuropati sensorik yang berdampak pada hilangnya sensasi rasa sakit
proses penyembuhan luka yang lebih buruk dan gangren yang semakin
bakteri. Oleh sebab itu, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik,
terbentuk celah di antara jari-jari kaki atau di area kulit yang kering, atau
pembentukan kalus. Pasien dengan kaki yang tidak sensitif tidak akan
bantalan pemanas, berjalan tanpa alas kaki di beton panas, mengukur suhu
air mandi dengan kaki), bahan kimia, atau traumatis (misalnya, melukai
kulit saat memotong kuku, berjalan dengan benda asing yang tidak
terdeteksi ada di dalam sepatu, atau sepatu yang dikenakan dan kaus kaki
kedua kaki secara menyeluruh setiap hari, cedera dapat terjadi hingga
kaki (dari selulitis) atau gangren merupakan tanda pertama masalah kaki
perifer, ulkus kaki sulit untuk sembuh karena adanya penurunan kapasitas
Luka kaki diabetes diketahui sebagai akibat dari neuropati perifer dan
penyakit arteri perifer di antara penderita diabetes (Subrata et al., 2020). Menurut
Peter-Riesch (2016) patologi yang mendasari luka kaki diabetes adalah neuropati
perifer diabetik dan penyakit arteri perifer (PAD) yang berhubungan dengan
sekunder akibat sepatu yang tidak pas yang memicu kerusakan kulit, sedangkan
Luka kaki diabetes merupakan masalah global utama medis, sosial dan
ekonomi. Ini adalah titik akhir utama yang paling umum dari komplikasi diabetes.
etiologi utama pada luka kaki diabetes dan dapat bekerja sendiri, bersama-sama,
atau dalam kombinasi dengan faktor lain seperti penyakit mikrovaskuler, kelainan
(Sinwar, 2015). Luka kaki diabetik (DFU) digambarkan sebagai lesi yang muncul
di kulit kaki bersamaan dengan infeksi, kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
neuropati dan/atau yang disebabkan oleh penyakit arteri perifer (PAD) pada
dan sistem imun, yang semuanya menunjukkan hubungan dasar dengan keadaan
terdapat dalam bagian saraf motorik, otonom, dan sensorik dari ulkus kaki
seimbangnya otot fleksor dan ekstensor, abnormalitas pada bentuk anatomi, dan
kaki kurang mampu melembabkan kulit, dan menyebabkan retakan pada bagian
epidermis serta terjadinya kerusakan pada kulit. Pasien tidak mengetahui adanya
pasokan darah yang lebih banyak dalam menyembuhkan luka kaki diabetes jika
diawali pada tingkat sel. Tidak berfungsinya sel endotel menyebabkan vasolidator
yang menurun, dan terjadi peningkatan pada kadar tromboksan A2 plasma. Hal ini
pada pasien dengan luka kaki diabetes (Aumiller & Dollahite, 2015).
Luka melibatkan cedera pada jaringan lunak yang bervariasi dari robekan
ringan hingga cedera parah yang menghancurkan. Tujuan utama perawatan luka
adalah untuk memulihkan keutuhan fisik dan fungsi jaringan yang terluka
sekaligus meminimalkan jaringan parut dan mencegah infeksi (Hinkle & Cheever,
2018). Sebelum melakukan perawatan, penyebab pasti, lokasi, dan jenis luka
harus dinilai untuk memberikan perawatan yang tepat (Nagle et al., 2020).
jenis luka. Setiap pasien dengan luka berhak mengharapkan standar perawatan
minimal yang baik. Sampai saat ini, hanya ada sedikit kesepakatan tentang
dilakukan secara tidak konsisten (Fletcher, 2010). Tujuan dari pengkajian luka
dan menetapkan rencana perawatan yang tepat untuk dasar luka dan kulit di
pada hasil akhir pasien. Proses pengkajian untuk pasien dengan luka dapat
(Mahoney, 2020).
pasien secara keseluruhan dan kemampuan untuk sembuh, status kulit, etiologi
dan keparahan luka, dan status luka, untuk memasukkan tahap penyembuhan.
diagnostik yang dipilih bila diindikasikan, diikuti dengan interpretasi dan sintesis
bahasa dan pendekatan standar, penggunaan alat penilaian luka standar, catatan
luka standar pada awal dan pada interval yang sering untuk menentukan respons
melakukan penilaian luka antara lain: lokasi luka, bentuk luka, ukuran luka,
di Kelurahan Limo tahun 2015, data yang didapatkan bahwa lansia yang
rata meningkat kadar gula darahnya saat dilakukan pemeriksaan glukosa test.
Lansia dengan diabetes mellitus menambah beban bagi keluarga dan juga menjadi
adalah 2,0%, pada kelompok umur 55-64 tahun adalah 2,8%, pada kelompok
umur 65-74 tahun adalah 2,4%, dan pada kelompok umur 75+ adalah 2,2%.
Menurut data bahwa upaya preventif dapat memberikan biaya yang efektif
dalam perkembangan lebih lanjut dari penyakit diabetes dan penurunan kejadian
resistensi terhadap insulin dan obesitas dengan melakukan perubahan gaya hidup
yang lebih sehat. Modifikasi faktor risiko tidak cukup karena penyebab seseorang
terkena diabetes tidak hanya karena faktor keturunan, obesitas atau kegemukan
akibat gaya hidup yang dijalaninya, pola makan yang salah, proses menua, tapi
juga dibutuhkan faktor lain seperti stres. Stres dapat dilihat dari diukur dari
Ansietas dan depresi pada lansia merupakan kondisi yang tidak sehat.
merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan
menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka
menolong klien dari masalah kesehatan (Benson dan Proctor, 2000). Teknik
stres.
kata/frase, sikap pasif merupakan hal yang essential. Mekanisme penurunan kadar
gula darah dengan relaksasi Benson terjadi melalui penurunan stres fisik dan
Benson bermanfaat dalam menurunkan gula darah 19, Intervensi terapi relaksasi
batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2008). Selain itu,
gerakan relaksasi progresif otot yaitu dengan mengkontraksikan sekelompok otot