PENDAHULUAN
degenarasif seperti penyakit jantung, Hipertensi, Demam, Diabetes dan yang lain-
Diagnosa.
diantaranya penduduk berusia 25 tahun s/d 74 tahun dan juga menjadi penyebab
utama amputasi diluar terutama kecelakaan kerap di Indonesia berkisar antara 1.0
dan 1,6 %.
Pola makan dikota-kota telah tergeser dari pola makanan tradisional yang
mendukung banyak karbohidrat dan serat sayuran dan pola makan kebarat-
baratan. Dengan komposisi yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula,
Disamping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi
kesempatan untuk berelasi atau berolah raga. Apalagi bagi para kelas executif
hampir tiap hari lunch dan dinner dengan para relasinya dengan menu makanan
berat yang “wah” pola hidup beresiko seperti inilah yang menyebabkan tingginya
KONSEP TEORITIS
1. DEFENISI
2002).
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Kapita selekta
antara tuntutan dan suplai insulin, sindrom yang disebabkan oleh ketidak
dan protein. Diabetes melitus atau dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang
tinggi (hiperglikemia).
2. ANATOMI FISIOLOGI
glukosa darah antara 70 – 110 mg/dl (euglikemia) dalam kondisi asupan makanan
yang berbeda – beda. Pada orang non diabetik, kadar glukosa darah dapat
meningkat antara 120 – 140 mg/dl setelah makan (postprantial), namun keadaan
ini akan kembali menjadi normal dengan cepat, sedangkan kelebihan glukosa
darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel – sel
dan glukosa yang baru dibentuk dari asam amino, laktat dan gliserol yang berasal
– hormon.
Dari lima hormon yang terlibat dalam regulasi kadar darah, hormon
retroperitoneal di belakang lambung, dengan bagian kaput dan leher berada pada
bagian dinding posterior abdomen, dan bagian kauda bersentuhan dengan limpa.
Lebih dari 1 juta kumpulan sel – sel terletak menyebar dalam organ ini.
Tiga jenis sel – sel endokrin yaitu sel Alpha (), yang mensekresi
glukagon, sel beta (), yang mensekresi insulin, delta (), yang mensekresi gastrin
amino, kalium dan fosfat melintasi membrane sel, khususnya sel – sel adiposa dan
sel – sel otot yang sedang beristirahat. Insulin juga dibutuhkan untuk
menjalankan fungsinya dengan adanya model reseptor tertentu yaitu insulin akan
berikatan dengan suatu reseptor pada membran plasma sel dan memulai suatu
rangkaian aktivitas post reseptor yang diatur oleh second messenger,
akan terjadi.
kecil insulin disekresi dengan terus menerus (sekresi basal), dan sejumlah bolus
disekresi dalam merespon terhadap asupan glukosa dan asam amino. Glukagon
darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada orang
dengan usia lanjut. Setelah mendapat glukosa, kadar glukosa darah dalam 2 jam
Perubahan pada kadar glukosa darah puasa dikaitkan dengan usia kurang begitu
dengan berbagai hal seperti berkurangnya pelepasan insulin dari sel – sel beta,
lambatnya pelepasan insulin, dan/atau penurunan sensitivitas perifer terhadap
insulin. Perubahan fisiologis kedua yang berhubungan dengan usia yang penting
3. ETIOLOGI
DM Tipe I
Insulin dependen diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus tergantung
insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses antoimun.
DM tipe 1 juga disebabkan kombinasi factor genetic, factor imunologi dan factor
DM Tipe II
Non insulin dependen diabetes mellitus atau diabetes mellitus tidak tergantung
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin selain itu juga
yaitu :
Obesitas
Riwayat hidup keluarga
Kelompok keluarga
4. MANIFESTASI KLINIS
polidipsi, poliuri, poliphagi, turunya BB, lemah, mengantuk yang terjadi selama
sakit atau beberapa minggu, penderita menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis
dan dapat meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan dengan segera, biasanya
tidak respon terhadap terapi diet mungkin berkurang normal atau mungkin
normal. Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen. Gejala lain berupa lain
cepat lelah, kehilangan tenaga dan merasa tidak fit. kelelahan yang
berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit terjadi pada mereka
yang berusia siatas 40 tahun, penglihatan kabur, luka yang lama sembuh, kaki
terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang
melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
14.
Glukosa tidak Defisiensi insulin
dapat disimpan Sel beta pancreas tidak mampu
15.
dalam hati mengimbangi peningkatan kebutuhan
Metabolisme akan insulin
protein dan lemak
16.
Konsentrasi terganggu
Hiperglikemia
17.
glukosa dalam
darah meningkat Pemecahan lemak
18. BB menurun terjadi
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar
Ginjal tidak dapat non ketotik ( HHNK ), kelelahan,
19.
menyerap kembali Simpanan kalori
Ketoasidosis iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada
menurun
20. glukosa yang
semua kulit yang lama sembuh, infeksi vagina,
tersaring keluar pandangan kabur
21.
Selera makan Kelelahan dan Keseimbangan
meningkat kelemahan asam basa dalam
Glukosuria
22. tubuh terganggu
Pengeluaran
23. cairan
dan elektrolit Nyeri abdomen, mual,
24.
berlebihan muntah, hiperventilasi,
napas berbau aseton
25.
Poliuri Polidipsi
Kematian, koma,
perubahan kesadaran
26. KOMPLIKASI
a) Komplikasi akut
1. Kronik hiperglikemia
b) Komplikasi kronik
neprotic diabetes
3. Neuropati diabetic
5. Ulkus diabetikum
1. Evaluasi Diagnostik
yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar gula darah plasma pada
waktu puasa (gula darah nuchter) yang besarnya di atas 140 mg/dl (SI : 7,8
mmol/L) atau kadar glukosa darah sewaktu (gula darah random) yang di atas
200 mg/dl (SI : 11,1 mmol/l) pada satu kali pemeriksaan atau lebih
daripada tes toleransi intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu
(mis. Untuk pasien yang pernah menjalani operasi lambung). Tes toleransi
selama 3 hari sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada malam hari,
gram yang biasanya dalam bentuk minuman diberikan kepada pasien. Pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
Elektrolit :
(autoantibody).
meningkat.
28. PENATALAKSANAAN
1. Perencanaan Makan
1. Karbohidrat : 60 – 70 %
2. Protein : 10 – 15 %
3. Lemak : 20 – 25 %
2. Latihan Jasmani
jam. Latihan dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,
3. Penyuluhan
4. Pengaturan Diit
Mineral).
perkembangan diabetes.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : lemah, lelah, sulit bergerak / berjalan
Tanda : Takikardi dan takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi
Tanda : takikardi, perubahan TD
3. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain
Tanda : ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Poliuria
Tanda : Urine encer, pucat, kuning
5. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah
Tanda : Turgor jelek
6. Neurosensori
Gejala : Pusing / pening, sakit kepala
Tanda : Mengantuk
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri
Tanda : Wajah meringis
8. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurang O2
Tanda : batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
9. Kemanan
Gejala : Kulit kering, gatal
Tanda : Deman, kulit rusak
10. Seksualitas
Gejala : Rabas Vagina (cenderung infeksi)
B. Diagnosa keperawatan
kapiler.
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan cara
klien.
TUJUAN
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
tercapai
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERTANYAKAN DALAM EVALUASI :
1. Kecukupan informasi
PENUTUP
KESIMPULAN
tuntutan dan suplai insulin, sindrom yang disebabkan oleh ketidak seimbangan
antara tuntutan dan suplai insulin, sindrom insulin ditandai hiperglikemia, dan
Diabetes melitus atau dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi
(hiperglikemia).
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
Manszoer, Arif, 2001, kapita selekta kedokteran, Edisi ke 3 jilid 1 FKUI, Jakarta
Buku daftar obat Indonesia.
Tim, Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Sardjito, (2008), Kumpulan Materi Bedah
Dasar umum Bagi Perawat,Angkatan XI, Penerbit Biro Diklat
RSUP,Yogyakarta.
DISUSUN
MUYASIR
NIM.