Anda di halaman 1dari 38

• BAB I

• LANDASAN TEORITIS
• Konsep Teori Lansia
– Batasan Lansia
• Menurut oraganisasi kesehatan dunia
(WHO), lanjut usia meliputi:
• Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok
usia 45 sampai 59 tahun.
• Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
• Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
• Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan
kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut
dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri
dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)
seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang
menyertai lansia yaitu:
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan –
kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan
motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya
agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan
fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
Selalu mengingat kembali masa lalu
Selalu khawatir karena pengangguran,
Kurang ada motivasi,
Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Teori Proses Menua
Teori – teori biologi
Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – \
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel)
Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
– Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
– Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
– Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah
sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Teori kejiwaan sosial
Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

Kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

Teori pembebasan (disengagement theory)


• Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni :
• kehilangan peran
• hambatan kontak sosial
• berkurangnya kontak komitmen
Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
Permasalahan umum
– Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
– Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
– Lahirnya kelompok masyarakat industri.
– Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
– Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
Permasalahan khusus :
• Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial.
• Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
• Rendahnya produktifitas kerja lansia.
• Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
• Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada
tatanan masyarakat individualistik.
• Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang
dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
• Hereditas atau ketuaan genetik
• Nutrisi atau makanan
• Status kesehatan
• Pengalaman hidup
• Lingkungan
• Stres
Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
• Perubahan fisik
• Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua
sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
– Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
– Kesehatan umum
– Tingkat pendidikan
– Keturunan (hereditas)
– Lingkungan
– Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
– Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
– Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
– Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep dir.
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray
dan Zentner, 1970)
Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare
Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :
• Depresi mental
• Gangguan pendengaran
• Bronkhitis kronis
• Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
• Gangguan pada koksa / sendi pangul
• Anemia
• Demensia
Konsep Penyakit Katarak
Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya
(Barbara C.Long, 1996)
Etiologi
Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh
sinar X atau benda – benda radioaktif.
Penyakit mata seperti uveitis.
Penyakit sistemis seperti DM.
Defek kongenital
Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak
dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan
jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan
sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut
mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam
lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga
membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya
penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut
menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan.
Macam – macam Katarak
katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan
pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
– Katarak lamelar atau zonular.
– Katarak polaris posterior.
– Katarak polaris anterior
– Katarak inti (katarak nuklear)
– Katarak sutural
Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya
usia. Ada beberapa macam yaitu:
katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk
gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya
katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada
lensa.
katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.
katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau
penyakit umum.
Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Katarak
Pengkajian
– Perubahan tanda – tanda vital
– Respon yang azim terhadap nyeri
– Tanda – tanda infeksi :
• Kemerahan
• Edema
• Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
• Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
• Zat purulen
• Peningaktan suhu tubuh
• Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan
kultur sesitivitas abnormal.
– Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
– Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
– Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
• kaki kursi, perabot yang rendah
• Tempat sampah
• Sandal
– Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d
gangguan penerimaan sensori/status organ
indera
• Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan
penglihatan, berada di lingkungan yang asing
dan keterbatasan mobilitas dan perubahan
kedalaman persepsi karena pelindung mata.
• Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan
regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang
diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan
perawatan lanjutan.
• Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan b/d kurang informasi
Perencanaan
Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
Tujuan : Klien dapat mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan dan
mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan
Intervensi
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di
areanya
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata
Rasional : Gangguan menurun dengan penggunaann iritasi
dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara
bertahap
Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada
posisi mata yang tidak mengalami katarak
Rasional : Memungkinkan px melihat objek lebih mudah dan
memudahkan menjangkau barang
Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan
penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan
keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman
persepsi karena pelindung mata.
Tujuan: Cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma
jaringan selama dirawat.
Intervesi:
Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan
membantu mengurangi kecelakaan.
Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.
Singkirkan penghalang dari jalur berjalan..
Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau
terbuka secara sempurna.
Rasonal : Kehilangan atau gangguan penglihatan atau
menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi
resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan
kedalaman persepsi.
Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d
kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan
perawatan lanjutan.
Tujuan : Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada
rencana pemulangan.
Intervensi:
• Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang
mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
• Membungkuk melewati pinggang
• Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
• Mandi
• Mengedan selama defekasi.
Rasional : Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan
mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan
yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan
luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status
kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klien tentang
alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.
Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok
mata
Rasional : Mengusap atau menggosok mata dapat merusak
integritas kulit
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan b/d kurang informasi
Tujuan : px dapat menyatakan pemahaman
kondisi/proses penyakit dan pengobatan, klien
melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan
alasan tindakannya
Intervensi
Tekankan betapa pentingnya evaluasi perawatan rutin.
Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan
Rasional : Untuk menurunkan resiko serius
Anjurkan px menghindari membaca, berkedip;
mengangkat berat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, menggunakan bedak
bubuk, merokok
Rasional : Aktivitas yang dapat membuat mata
l elah dapat menimbulkan peningkatan TIO
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn.I
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Binjai
Penanggung jawab : Tidak ada
Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat Pekerjaan

Riwayat Kesehatan Lingkungan


Keluhan Utama
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa
kabur sejak lebih kurang 6 tahun yang lalu. Klien
juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien
merasa sehat – sehat saja, hanya sering
mengeluhkan mudah lelah jika beraktivitas dan
sering sakit pinggang dan nyeri pada kaki bila
banyak jalan.
Latar Belakang Masuk Panti
Klien masuk panti atas kemauan sendiri karena klien
sudah tidak mempunyai sanak keluarga. Setelah
Istri klien meninggal klien dibawa ke Panti oleh lurah
atas permintaannya.
Wawancara Bio-Psiko-Sosial Ekonomi dan Spiritual
Bio/ Fisik
Pandangan Klien tentang kesehatannya saat ini : Klien
mengatakan merasa sehat-sehat saja, hanya saja klien
merasa terganggu dengan penglihatannya yang mulai
kabur sejak 6 tahun yang lalu bahkan saat ini mata kiri klien
hampir tidak bisa melihat lagi.
Kegiatan yang mampu dilakukan klien saat ini adalah
berkebun, klien menanam jagung dan kacang tanah di area
panti.
Kebiasaan klien dalam memelihara kebersihan diri yaitu
dengan mandi 1 x sehari, cuci rambut setiap kali mandi,
dalam memelihara kebersihan mulut dan gigi klien hanya
melakukan kumur-kumur setiap sesudah makan. Potong
kuku setiap kali panjang, ganti baju 1 x sehari sesudah
mandi.
Kekuatan otot dan sendi klien sudah mulai menurun, hal ini
terlihat dari klien mengatakan bahwa klien sudah tidak
mampu mengangkat barang yang berat, tetapi klien masih
bisa berkebun. Penglihatan klien sudah terganggu, klien
mengatakan mata kiri klien sudah tidak bisa melihat lagi,
pendengaran klien juga sudah terganggu, klien mengatakan
tidak dapat mendengar dengan jelas dengan volume suara
yang kecil/pelan.
Klien makan 3 x sehari dengan diet makanan biasa yang
disediakan oleh pihak panti, minum air putih 4 gelas per hari,
klien tidur siang ½ sampai dengan 1 jam, klien tidur malam
7-8 jam per hari, klien tidak mengalami gangguan pola tidur.
Klien BAK 3-4 x per hari, BAB 1 x per hari
Klien tidak melakukan olah raga/senam, klien hanya
melakukan gerak badan dengan cara berjalan-jalan di sekitar
panti setiap pagi dan berkebun.
Kebiasaan klien dalam memelihara kesehatan
adalah memeriksakan kesehatannya di poliklinik
yang terdapat di panti dan Klien biasa minum obat
yang diberikan oleh dokter.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang klien
rasakan yaitu mudah lelah dan mata kabur.
Klien tidak mempunyai masalah seksual
Psikologi
Klien tidak mengenal masalah kesehatannya,klien
mengatakanmatanya kabur karena memang usianya yang sudah
lanjut.
Klien menerima proses penuaan sebagai sesuatu yang memang
harus dijalani klien
Klien merasa dibutuhkan oleh teman-temannya
Klien optimis dalam memandang kehidupannya, klien mengatakan jika
ia punya modal klien ingin memperluas kebunnya.
Dalam mengatasi stress yang dialaminya klien selalu berdoa dan
menyibukkan diri dengan berkebun
Klien mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan panti dan teman-
temannya
Klien mengatakan pernah gagal dalam berkebun
Harapan klien saat ini adalah klien bisa berumur panjang dan masih
diberi kekuatan dan tenaga untuk berkebun.
Klien mengatakan masih mampu mengatasi setiap masalah yang
dihadapinya dengan cara berdoa dan berserah diri pada Tuhan
Klien merasa sedih karena jarang dikunjungi oleh keluarga.
Sosial Ekonomi
Sumber keuangan klien saat ini berasal dari hasil kebun
klien yang terjual
Dalam mengisi waktu luang, klien biasanya berkebun
Saat ini klien tinggal di panti bersama teman-temannya
Klien tidak mengikuti kegiatan organisasi sosial ataupun
keagamaann
Klien mengatakan merasa aman dan nyaman tinggal di
panti hanya saja terkadang klien merasa sedih jika teringat
keluarga dan kampung halamannya
Klien mengatakan selama 4 tahun klien berada di panti
hanya 3 kali keluarganya datang menjenguknya
Yang biasa mengunjunginya adalah keponakannya
Klien tidak merasa ketergantungan dengan orang lain
karena klien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain
Klien dapat menyalurkan hobi berkebunnya di panti karena
tersedianya lahan
Spiritual
Klien mengatakan shalat 5 waktu
Klien selalu berdoa dalam menghadapi masalahnya
Klien terlihat sabar dan tawakkal
Klien tidak terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
Klien masih mempunyai semangat dan motivasi untuk
hidup lebih lama lagi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien : baik
Vital sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
HR : 76 x/i
RR : 18 x/i
Temperatur : 36,2 C
Berat badan : 52 Kg
Tinggi badan : 158 cm
Tingkat orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Memory (daya ingat)
Jangka pendek dan jangka panjang : baik, klien
dapat menceritakan pengalaman masa lalunya dengan jelas
Pola tidur : klien tidur siang
1/2 – 1 jam per hari, tidur malam 7-8 jam per hari
Klien dapat beradaptasi terhadap lingkungannya dengan baik
Pemeriksaan per system tubuh :
Sistem persyarafan
• Kesimetrisan raut wajah : Wajah simetris
• Tingkat kesadaran : Compos mentis
• Mata : Mata kiri kabur karena adanya
katarak, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tampak
bintik putih pada pupil sebelah kiri, jarak pandang mata kiri 2 meter,
jarak pandang mata kanan 3 meter
• Telinga : Kemampuan pendengaran agak
menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya
klien mendengar.
• Perasaan terhadap rangsang nyeri : positif
• Tremor, kejang, paralise : tidak ada
Sistem kardiovaskuler:
• Inspeksi : keadaan umum terlihat baik. Palpasi : Tidak ada
pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung. Perkusi:
Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnormal lain. Auskultasi:
Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai, HR : 76 x/i
• Pembengkakan vena jugularis : tidak ada
• Rasa berdebar-debar : tidak ada
• Nyeri dada : tidak ada
• Udema : tidak ada
• Sakit kepala : kadang-kadang
Sistem pernafasan
• Batuk : tidak ada
• Sputum : tidak ada
• Batuk darah : tidak ada
• Sesak napas : tidak ada
Sistem pencernaan
- Pemasukan makanan/ diet : oral/ makanan biasa
- Nafsu makan : baik
- Anoreksia : tidak ada
- Disfagia : tidak ada
- Mual muntah : tidak ada
- Auskultasi bising usus : positif
- Kembung : tidak ada
- Sakit/ nyeri perut : tidak ada
- Keadaan gigi, mulut, rahang : gigi bawah hanya tinggal 4, gigi
atas berjumlah 6
- Konstipasi/diare : tidak ada

Sistem perkemihan
- Warna/bau urine : kuning jernih / bau khas amoniak
- Distensi kandung kemih : tidak ada
- Inkontinensia urine, poliuri : tidak ada
- Frekuensi BAK : 3-4 x per hari
- Kesulitan BAK : tidak ada
- Masalah seeksual : tidak ada
Sistem Integumen / kulit
• Temperature : 36,2
• Tingkat Kelembaban : kurang, kasar
• Turgor kulit : kurang
• Perubahan pigmen dan warna kulit : ada
• Luka : tidak ada
• Jaringan parut : tidak ada
• Keadaan kulit : baik
• Keadaan kuku : kotor
• Alergi kulit : tidak ada

Sistem muskuloskletal
• Tingkat mobilisasi : baik
• Keterbatasan gerak : tidak ada
• Kekuatan otot: berkurang
• Kemampuan melangkah : baik
• Kontraktur : tidak ada
• Gerakan sendi : baik
• Paralisis : tidak ada
• Kecacatan : tidak ada
Rekreasi
• Frekuensi/bulan/tahun :-
• Tempat :-
• Alat/sarana rekreasi : -
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Gangguan Gangguan
Klien mengatakan penerimaan persepsi sensori :
matanya kabur, dan sensori / status penglihatan
merasa mata kirinya organ indera
berkabut, Klien
mengatakan mata kirinya
hanya dapat melihat
dalam jarak 2 meter
DO:
Tampak bintik putih di
pupil mata sebelah kiri
Klien tampak sering
mengusap-usap
matanya, Jarak lapang
pandang mata kiri 2
meter, mata kanan 3
meter
2 DS: Keterbatasan Resiko tinggi
Klien mengatakan penglihatan. terjadinya
matanya terasa kabur cidera
sejak 6 tahun yang lalu.
Klien mengatakan
usianya sudah 76 tahun.
DO:
Klien berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi
ragu – ragu.
Mata kri Klien mampu
melihat dalam jarak
pandang 2 meter.
3 DS: Kurang Kurang
Klien mengatakan informasi pengetahuan
tidak mengetahui tentang
penyakitnya dan kondisi,
pengobatannya prognosis, dan
DO: pengobatan
Klien tampak
bertanya pada
perawat mengenai
penyakitnya
Klien tampak antusias
mendengarkan
penjelasan perawat
Prioritas masalah

• Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan


penerimaan sensori/status organ indera d/d Klien
mengatakan matanya kabur, kilen mengatakan mata kirinya
tidak dapat melihat dengan jelas lagi,Tampak bintik putih di
pupil mata sebelah kiri, Klien tampak sering mengusap-usap
matanya
• Resiko tinggi terjadinya cidera b/d keterbatasan penglihatan
ditandai dengan Klien mengatakan matanya terasa kabur
sejak 3 tahun yang lalu, klien mengatakan usianya sudah 76
tahun, klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu
– ragu, klien mampu melihat dalam jarak pandang 2-3 mtr.
• Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b/d kurang informasi d/d Klien mengatakan tidak
mengetahui penyakitnya dan pengobatannya, Klien tampak
bertanya pada perawat mengenai penyakitnya, klien tampak
antusias mendengarkan penjelasan perawat

Anda mungkin juga menyukai