Anda di halaman 1dari 32

UNIVERSITAS FALETEHAN

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA

DENGAN MASALAH HIPERTENSI

USWATUN HASANAH
5021031109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG-BANTEN
TAHUN 2021
A. Konsep Teori Lansia
1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas
emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan


yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka
timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar
Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia
yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain,
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak dan
e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap
diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.
Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap
kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk
itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga
kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan
untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan
kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa


perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri


penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994)
adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran,
e. Kurang ada motivasi,
f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini
dan memiliki kekhawatiran minimal trehadap diri dan orang lain.

3. Teori Proses Menua


a. Teori-teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap
sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) kehilangan peran
b) hambatan kontak sosial
c) berkurangnya kontak komitmen

4. Permasalahan yang terjadi pada lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
a. Permasalahan umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus :
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres

6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


a. Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito
urinaria, endokrin dan integumen.
b. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970).

7. Penyakit yang sering diderita Lansia


Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
a. Gangguan pendengaran
b. Bronkhitis kronis
c. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
d. Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
e. Demensia
B. Konsep Hipertensi Pada Lansia
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95
mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia
(Stockslager , 2008).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan Tekanan
Tigkat sistolik diastolik Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:


1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit


seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
6. Pathway
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
3) Edukasi Psikologis
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.

C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Idenitas Pasien
b. Status Kesehatan Saat Ini.
Keluhan – keluhan kesehatan utama ( sekarang ) : PQRST
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Tinjauan Sistem ( jelaskan tentang kondisi system – system dibawah ini
yang terdapat pada klien )
 Keadaan umum  Sistem pernafasan
 Integumen  Sistem kardiovaskuler
 Sistem hemopoeitik  Sistem gastrointestinal
 Kepala  Sistem perkemihan
 Mata  Sistem genitoreproduksi
 Telinga (pria /wanita)
 Mulut dan tenggorokan  Sistem muskulskeletal
 Leher
 Payudara

f. Pengkajian psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada
orang lain, harapan –harapan klien dalam melakukan sosialisasi ,kepuasan
klien dalam sosialisasi, dan lain-lain

g. Identifikasi Masalah Emosional :


Pertanyaan Tahap 1

 Apakah klien mengalami sukar tidur ?


 Apakah klien sering merasa gelisah ?
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
 Apakah klien sering was-was atau kuatir ?

Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1


jawaban “ ya “

Pertanyaan Tahap 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
 Ada masalah atau banyak pikiran ?
 Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?
 Menggunakan obat tidur /penenang atas anjuran dokter ?
 Cenderung mengurung diri ?

Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban “ya” Masalah emosional
positif (+)

h. Spiritual :
Kaji agama ,kegiatan keagamaan, konsep /keyakinan klien tentang
kematian, harapan –harapan klien ,dan lain-lain
i. Pengkajian Fungsional klien
KATZ Indek :
Termasuk / Kategori manakah klien ?

 Mandiri dalam makan ,kontinensia (BAB, BAK ), menggunakan


pakaian, pergi ke toilet ,berpindah dan mandi
 Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
 Mandiri kecuali mandi,dan satu lagi fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi ,berpakaian dan satu fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi ,berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi ,berpakaian ke toilet berpidah dan satu fungsi
yang lain
 Ketrgantungan untuk semua fungsi di atas.
 Lain –lain ( tidak termasuk kategori di atas )
Keterangan :

Mandiri berarti : tanpa pengawasan ,pengarahan atau bantuan aktip dari


orang lain .seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak meelakukan fungsi ,meskipun ia anggap mampu.

j. Modifikasi dari bathel indek


Termasuk yang manakah klien ?

DENGAN MANDIRI KETERANGAN


NO KRITERIA BANTUAN

1. Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :

2. Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :

3. Brpindah dari 5-10 15


kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya

4. Personal 5 5 Frekuensi :
toilet ( cuci
muka,
menyisir
rambut,
gosok gigi )

5. Keluar masuk 5 10
toilet
( mencuci
pakaian
,menyeka
tubuh
,menyiram )

6. Mandi 5 15 Frekuensi:

7. Jalan 0 15
dipermukaan
datar

8. Naik turun 5 10
tangga

9. Mengenakan 5 10
pakaian

10 Kontrol 5 10 Frekuensi :
bowel
( BAB) Konsistensi :

11 Kontrol 5 10 Frekuensi :
bladder
(BAK) Warna :

12 Olah raga/ 5 10 Frekuensi :


latihan
Jenis :
13 Rekreasi 5 10 Frekuensi :
/pemanfaatan
waktu luang Jenis :

Keterangan :

a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

k. Pengkajian Status Mental Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short
portable mental status questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban .
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
BENAR SALAH N PERTANYAAN
O

01 Tanggal berapa hari ini

02 Hari apa sekarang ini

03 Apa nama tempat ini

04 Dimana alamat anda

05 Berapa umur anda

06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

07 Siapa presiden Indonesia sekarang?

08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

09 Siapa nama ibu anda

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan


3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun
= =

Score Total

Interpretasi hasil :

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 7 – 10: Kerusakan intelektual berat

l. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan


MMSE (Mini Mental Status Exam)

ASPEK NILAI NILAI


KRITERIA
No KOGNITIF MAKS KLIEN

1. Oreintasi 5 Menyebutkan dengna benar


 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan

Orientasi 5 Dimana kita sekarang


berada?
 Negara Indonesia
 Propinsi Jawa Barat
 Kota ...........
 PSTW .........
 Wisma
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek
(oleh pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan masing-
masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi (untuk
disebutkan)
 Obyek ..............
 Obyek ..............
 Obyek ..............
3. Perhatian 5 Minta klien untuk memulai
dan dari angka 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat.
93, 86, 79, 72,
65

4. Mengingat 3 Minta klien untuk


megulangi ketiga obyek
pada No.2 (registrasi) tadi.
Bila benar. 1 point untuk
masing-masing obyek.

5. Bahasa 9 Tunjukkan pada klien auatu


benda dan tanyakan
namanya pada klien
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)
Minta klien untuk
mengulangi kata berikut :
“tak ada jika, dan atau,
tetapi”. Bila benar, nilai satu
point.
 Pertanyaan benar 2
buah : tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah :
“ambil kertas di tangan
anda, lipat dua dan taruh di
lantai”
 Ambil kertas di
tangan anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah
nilai point 1)
 “Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien
untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar

TOTAL NILAI

Interpretasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18 – 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

m. Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lansia (Tinneti, Me Dan


Ginter,Sf, 1998 )
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam
bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa
gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut
adalah :
n. Perubahan posisi atau keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan komponen di bawah ini ,atau beri
nilai 1 jika klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah ini :

1) Bangun dari kursi ( dimasukan dalam analisis )*


Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu ,tidak stabil pada saat pertama kali berdiri.

2) Duduk ke kursi (dimasukan ke dalam analisis )


Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Kerterangan : (*) Kursi yang keras tanpa lengan

3) Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum


perlahan –lahan sebanyak 3 kali )
Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.

4) Mata Tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh menutup
mata (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya)

5) Perputaran leher
Menggerakkan kaki,menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sinya, kelelahan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil.

6) Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung jari kai, tidak stabil, memgang
sesuatu untuk dukungan

7) Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal
pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi,
memerlukan usaha-usaha multipel untuk bangun.

o. Komponen gaya berjalan atau gerakan


Beri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1
jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
1) Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan
2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
3) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping
klien)
Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai
4) Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari dari samping
klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi
5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi
dari belakang klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi
6) Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memgang obyek untuk dukungan

Interpretasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
 0–5 : Risiko jatuh rendah
 6 – 10 : Risiko jatuh sedang
 11 – 15 : Risko jatuh tinggi
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds :Melaporkan nyeri secara verbal Peningkatan tekanan vascular Nyeri Akut

Do :
 Wajah tampak meringis
 Gelisah
Ds : Kelemahan umum Intoleransi aktivitas
Do :
 Respons abnormal TD terhadap aktvitas
 Ketidak nyamanan saat aktivitas
Do : System pendukng yang tidak Koping individu tidak
 Akses dukungan sosial tidak adekuat adekuat efektif
 Ketidak mampuan memenuhi harapan peran
 Ketidak mampuan mengatasi masalah
 Sering sakit
 Perubahan pola tidur
 Pengungkapan masalah Keterbatasan kognitif Deficit pengetahuan
 Ketidak akuratan mengikuti perintah

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan Vaskular
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat
d. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif
4. Intervensi
No Dx Intervensi Rasional
1  Mempertahankan tirah baring selama fase  Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
akut  Tindakan yang menurunkan tekanan vascular
 Berikan tindakan non farmakologi untuk serebral dan yang memperlambat atau memblok
menghilangkan sakit kmepala, misalnya respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kompres dingin pada dahi, pijat punggung kepala dan komplikasinya
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,  Mengurangi nyeri
tekhnik relaksasi.  Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
 Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase menyebabkan sakit kepala pada adanya
kontriksi yang dapat meningkatkan sakit peningkatan tekanan vascular cerebral
kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk
panjang, membungkuk
2  kaji respon pasien terhadap aktivitas,  Menyebutkan parameter membantu dalam
perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali mengkaji respon fisiologi terhadap stress,
per menit diatas frequency istirahat : aktivitas bila ada merupakan indikator dari
peningkatan tekan darah yang nyata selama kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik aktivitas.
meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic  Teknik memghemat energy mengurangi
meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri penggunaan energy, juga membantu
dada : kelemahan dan keletihan yang keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
belebihan :pusing atau pingsan. oksigen.
 instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
3  Kaji keefektifan strategi koping dengan  Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola
mengobservasi perilaku, misalnya hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik
kemampuan menyatakan perasaan dan dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam ke dalam kehidupan sehari-hari
rencana pengobatan  Keterlibatan memberikan pasien perasaan
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi control diri yang berkelanjutan, memperbaiki
stressor spesifik dan kemungkinan strategi keterampilan koping, dan dapat meningkatkan
untuk mengatasinya kerja sama dalam regimen terapeutik
 Libatkan pasien dalam perencanaan  Menifestasi mekanisme koping maladaptive
perawatan dan beri dorongan partisipasi mungkin merupakan indicator marah yang
maksimum dalam rencana pengobatan ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
 Catat laporan gangguan tidur, peningkatan utama TD diastolic
keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala
ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah

4  Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,  Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose
termasuk orang terdekat karena perasaan sejahtera yang sudah lama
 Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya terdekat untuk mempelajari penyakit,
pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak
otak menerima realitas bahwa membutuhkan
 Hindari mengatakan TD “normal” dan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
gunakan istilah “terkontrol dengan baik” tidak akan dipertahankan.
saat menggambarkan TD pasien dalam batas  Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
yang diinginkan peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor- medis yang sering digunakan. Pemahaman
faktor risiko kardiovaskular yang dapat bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala
diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak adalah ini untuk memungkinkan pasien
jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, melanjutkan pengobatan meskipun ketika
merokok, dan minum alcohol( lebih dari merasa sehat
60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh  Karena pengobatan untuk hipertensi adalah
stress. sepanjang kehidupan, maka dengan
 penyampaian ide “terkontrol” akan membantu
pasien untuk memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/medikasi
 Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan
hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskular serta ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,


Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT


Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai