Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH HIPERTENSI


DI KELURAHAN TOMPOKERSAN, KABUPATEN LUMAJANG

Untuk memenuhi tugas mata kuliah gerontik


Dosen pembimbing Bapak DR. H. Suhari, A.Per.Pen.MM

Disusun Oleh :
Yuni wulandari (14201. 09. 17180)

Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan


STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah,serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga makalah asuhan keperawatan gerontik dengan masalah
Hipertensi ini dapat terselesaikan sesuai rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan makalah asuhan keperawatan keluarga ini adalah untuk
memenuhi tugas keperawatan serta guna menambah ilmu pengetahuan mengenai
permasalahan penyakit lansia Hipertensi. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada
bapak hamim selaku pembimbing kami.Atas segenap waktu,tenaga dan pikiran yang telah
diberikan kepada kami selama proses pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah asuhan keperawatan gerontik ini
belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca,penyusun
ucapkan terima kasih.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi dosen,penyusun,pembaca serta rekan-rekan
lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan.

Lumajang, Januari 2019

Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI PADA LANSIA

KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.

1. Konsep Teori Lansia


1.1. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

1.2. Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan,
hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan
yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan
dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994)
adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal trehadap diri dan orang lain.

1.3. Teori Proses Menua


1.3.1. Teori-teori Biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh
yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan
organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
1.3.2. Teori Kejiwaan Sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen

1.4. Permasalahan yang terjadi pada lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia

1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
1.6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito
urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970).

1.7. Penyakit yang sering diderita Lansia


Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12
macam penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4. Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5. Demensia

2. KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA


2.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan
sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95
mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager
, 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah
140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
2.2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan sistolik Tekanan diastolik


Tigkat Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

2.3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit
seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

2.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway
2.5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

2.7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
- Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
- Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
- Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
- Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain
- Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

2.8. Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
d. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung
yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif

C. Intervensi
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
Cerebral
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan
sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan
yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk
panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat :
peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas (
tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan
keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan
indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut
atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan
energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

 DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi


berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk
evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang
akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai
peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran
diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama,
kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko
yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi
jantung bila tekanan diastolic 90-115.

 DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kebutuhan metabolic
1. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung
antara hipertensi dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jangtung berkaitan dengan peningkatan masa
tubuh.
2. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
membatasi masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskelorosis dan kegemukan yang merupakan predesposisi
untuk hipertensi dan komplikasinya misalnya stroke,penyakit
ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam
memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

 DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system


pendukung yang tidak adekuat
1. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan
terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
2. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik
dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama
dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
3. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan
beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
4. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit
kepala ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin
merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah
menjadi penentu utama TD diastolic

 DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang


informasi atau keterbatasan kognitif
1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk
orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi
minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas
bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering
digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa
gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah
“terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam
batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan
membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi
4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok,
dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola
hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta
ginjal
.
D. Evaluasi
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
atau beban kerja jantung.
4. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan,
kuantitas,dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang
diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
5. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
6. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat
Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
HIPETENSI
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. Holili (L)
Tempat & Tgl Lahir : Lumjang, 1948 Gol. Darah : -
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 172 cm/ 65 Kg
Penampilan : Bersih, rapi Ciri-ciri tubuh : tega dan berkumis
Alamat : Jln. Prof Moh Yamin, Kelurahan Tompokersan, Kabupaten
Lumajang
Orang yang dapat dihubungi : Ny. Hatamah (P)
Hubungan dengan usila : Istri
Alamat : Jln. Prof Moh Yamin, Kelurahan Tompokersan, Kabupaten
Lumajang

B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram

Keterangan
: Laki-Laki : Mati : Klien

: Perempuan : Tinggal satu rumah


C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Warung nasi dan kopi
Alamat Pekerjaan : Jln. Prof Moh Yamin, Kelurahan Tompokersan, Kabupaten
Lumajang (depan gang rumahnya)
Berapa jarak dari rumah : ± 50 m
Alat Transportasi : jalan kaki
Pekerjaan Sebelumnya : Pelayan warung makan
Berapa jarak dari rumah : ± 550 m
Alamat Pekerjaan : Jl. Kapten Kyai Ilyas No.08, Tompokersan, Kec. Lumajang,
Kabupaten Lumajang
Alat Transportasi : jalan kaki, sepeda motor
Sumber-sumber pendapatan dan penghasilan :
- Hasil dari usahanya sebagai pnjual nasi dan kopi
- Dari istrinya yang pekerjaannya sebagai penjual pulsa
- Dan menantunya sebagai penjual baju online

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : cukup layak
Jumlah kamar :2
Kondisi tempat tinggal : berlantai keramik, dinding permanen
Jumlah orang yang tinggal di rumah :
Laki-laki : 2 Perempuan : 2
Derajat Privasi : sudah terbagi sendiri-sendiri
Tetangga terdekat : klien dapat bersosialisasi dengan baik dan ramah
Alamat/Telepon : Jln. Prof Moh Yamin, Kelurahan Tompokersan, Kabupaten
Lumajang

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi/Minat : berjualan
Keanggotaan Organisasi : pengajian
Liburan/Perjalanan : wali songo

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : dokter praktek dr Triworo Setyowati
Jarak dari rumah : ± 950 m
Rumah Sakit : Rumah Sakit Islam Lumajang
Jaraknya : ± 700 m
Pelayanan Kesehatan Rumah :-
Makanan yang dihantarkan : -
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga :
klien kurang mampu merawat dirinya sendiri
Lain-lain :-

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Sholat 5 waktu, pengajian
Yang lainnya : puasa dan tahajud

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Hipertensi
Status kesehatan umum selama 5 setahun yang lalu : Hipertensi
Keluhan Utama : nyeri pada kepala
 Provokative/Paliative : makanan yang mengandung kolesterol dan tinggi garam
serta stress
 Quality/Quantity : hilang timbul
 Region : kepala
 Severity Scale :3
 Timming : sewaktu-waktu
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Tidak makan daging kambing dan jarang mengecheck tensinya
Obat-obatan :
No Nama Dosis Keterangan
- - - -

Status Imunisasi : (Catat tanggal terbaru)


Tetanus, Difteri :- Influenza : -
Pneumovaks :-
Alergi : (Catat agen dan reaksi spesifik )
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor Lingkungan :
Penyakit Yang Diderita :
√ Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia
Lain-lain :-

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL)


Indeks katz : A
Oksigenasi :
Klien tidak pernah mengeluh sesak nafas atau tidak mengeluhkan hal-hal yang
mengganggu pernafasannya.
Cairan dan Elektrolit :
Minum jika haus dan setelah makan, jenis minuman, kopi, teh,air putih
Nutrisi :
Makan : daging, ayam, tahu, tempe, ikan, nasi putih, nasi jagung
3x/hari, 1 piring habis
Eliminasi :
BAB : setiap pagi bangun tidur
BAK :normal 5-6x/hari
Aktivitas :
Pagi pergi nelayan sampai sore hari, malam bercengkrama dirumah bersama keluarga
Istirahat dan Tidur :
Tidur siang : tidak pernah tidur siang karena pada siang hari TN. H masih d laut
mencari ikan
Tidur malam : jam 22.00 dan bangun 03.00
Personal Hygiene :
- Mandi 2x/hari, pagi dan pulang dari nelayan
- Sikat gigi 2x/hari
- Kuku bersih dan terpotong
Seksual :
Kebutuhan sexsual klien tercukupi
Rekreasi :
Jika ada waktu senggang, klien bersama keluarga pergi ke probolinggo menjenguk
mertuanya.
Psikologis :
Masih mampu mengerjakan sesuatu (seperti menukang dan mengurus cucu) serta
kegiatan sehari-hari stabil
Presepsi Klien
 Konsep diri : klien mampu mengenali dirinya sendiri dan posisinya sebagai kepala
keluarga sekaligus sebagai nenek
 Emosi : kadang-kadang emosinya memuncak tidak terkendali
 Adaptasi : baik dengan lingkungan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan
 Mekanisme Pertahanan Diri : kuat menghadapi masalah

J. Tinajauan Sistem
Keadaan Umum : wajah sesuai usia, bicara nyambung, klien merokok di
sembarang tempat
Tingkat Kesadaran : Komposmetis/Apatis/Sommnolen/Suporus/Coma
Skala Koma Glasgow :
Verbal : 5 Motorik : 6 Mata : 4
Tanda-Tanda Vital :
Pulse : 86x/mnt RR : 20x/mnt
Temp : 37ºC Tensi : 160/100 mmHg
1. Kepala :
Beruban, tidak ada lesi, tidak ada hematum, tidak ada ketombe, rambut tidak rontok
2. Mata, Telinga, Hidung :
Mata simetris, penglihatan klien agak menurun
Telinga elastis dan simetris
Hidung tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
3. Leher :
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kel. limfe, nadi karotis
teraba
4. Dada dan punggung :
Dada simetris, bentuk normal chest, tidak retraksi intercoste
Pungguung tidak deformitas & tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
5. Abdomen dan pinggang :
Tidak adanyeri tekan pada hepardan lien
6. Ekstermitas Atas & Bawah :
Tidak ada deformitas
7. Sistem Immune :
Baik walaupun saat kecil tidak mendapatkan imunitas lengkap
8. Genetalia :
Tidak terkaji
9. Sistem Reproduksi :
Tidak ada gangguan infertilitas, lansia mempunyai 3 anak
10. Sistem Persyarafan :
Tidak ada gangguan persyarafan tapi klien mengalami penurunan fungsi penglihatan
dan sering mengalami pusing
11. Sistem Pengecapan :
Masih cukup baik untuk merasakan beberapa rasa, dank lien suka rasa asin dan
pedes
12. Sistem Penciuman :
Penciuman klien masih baik
13. Taktil Respon :
Respon klien terhadap sentuhan masih baik

K. Status Kognitif/Afektif/Sosial
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Fungsi intelektual utuh
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
25 : Fungsi kognitif masih baik
3. Inventaris Depresi Beck
Interprestasi 3, klien dalam segi psiikologis suspect depresi
4. APGAR Keluarga
9 : Fungsi social klien baik dengan keluarga, lingkungan dan masyarakat baik

Perioritas Masalah
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Gangguan persepsi sensori (penglihatan menurun) b/d degenerasi sel
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari )
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
B
fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
C
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikansebagai C,D,E atau F.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula)
Skore
No. Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini? Senin, 14 Maret 2011
√ 2. Hari apa sekarang? Senin
√ 3. Apa nama tempat ini? Panggung Rejo
Berapa nomor telepon anda? Tidak punya
4.a. Dimana alamat anda? Jln. Jendral S. Parman,
√ 4.
(tanyakan bila tidak memiliki telepon) Panggung Rejo,
Pasuruan
√ 5. Berapa umur anda? -
√ 6. Kapan anda lahir? -
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? SBY
√ 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
√ 9. Siapa nama kecil ibu anda? Sumiayati
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
√ 10. dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total 2

Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 = Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 = Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 = Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 5-7 = Kerusakan intelektual berat

Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya berpendidikan sekolah dasar
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek mempunyai pendidikan di atas
sekolah menengah atas
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam, dengan menggunakan
kriteria pendidikan yang sama. (dari pfeifffer E (1975))
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
(Menguji Aspek-Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)
Nilai
Pasien Pertanyaan
Maksimum
Orientasi
5 5 (Tahun) (musim) (tanggal) (Hari) (bulan) apa sekarang?
Dimana kita : (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah
5 3
sakit) (lantai)?
Registrasi
Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yan
3 2
benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan dan catat
Percobaan :……………..
Perhatian dan Kalkulasi
Seri 7’s poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5
5 3
jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang
Mengingat
Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poin
3 3
untuk setiap kebenaran
Bahasa
Nama pensil dan melihat (2 poin)
9 9
Mengulang hal berikut : “tak ada jika, atau tetapi” (1 poin)
Nilai Total

Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis Apatis Sumnolen Suporus Coma

Keterangan :
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang
memerlukan penyelidikan lanjut.
KUESIONER TINGKAT DEPRESI

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada jawaban ya/tidak,
sesuai dengan apa yang anda rasakan!

Jawaban
No. Pertanyaan
ya tidak
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? √
2. Apakah saat ini anda sudah kehilangan banyak

aktivitas dan minat-minat anda?
3. Apakah anda merasa hidup anda kosong? √
4. Apakah anda masih selalu hal yang buruk akan

menimpa anda?
5. Apakah anda masih bersemangat? √
6. Apakah anda takut bahwa suatu hal yang buruk

akan terjadi?
7. Apakah anda merasa gembira dalam sebagian

waktu anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak ada yang bisa

membantu?
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada

keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda berpikir bahwa anda mengalami
gangguan ingatan yang lebih parah daripada orang √
lain?
11. Apakah anda berpikir bahwa tetap hidup saat ini

merupakan hal yang sangat menyenangkan?
12. Apakah anda berpikir bahwa saat ini benar-benar

tidak berharga?
13. Apakah anda merasa diri anda penuh energy? √
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda saat ini

sudah tidak ada harapan?
15. Apakah anda berpikir bahwa sebagian besar orang

lebih baik daripada diri anda sendiri?
KUNCI JAWABAN KUESIONER TINGKAT DEPRESI

No Jawaban
1. Tidak
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Tidak
6. Ya
7. Tidak
8. Ya
9. Ya
10. Ya
11. Tidak
12. Ya
13. Tidak
14. Ya
15. Ya

Keterangan
0-5 : Suspect Depresi
6-15 : Depresi
Sama dengan kunci jawaban : 1
Tidak sama dengan kunci jawaban : 0
APGAR KELUARGA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Pengkajian Fungsi Sosial

No Uraian Fungsi Skore


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
Adaptation 2
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya membicarakan
Partnership 2
sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya menerima dan
Growth 1
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons Affection 2
terhadap emosi-emosi saya, seperti marah,
sedih, atau mencintai
5. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)saya dan saya Resolve 2
menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
- Selalu : skore 2 Total 9
- Kadang-kadang : skore 1
- Hamper tidak pernah : skore 0
ANALISA DATA
Nama : Tn. H
No. Inteprestasi Data Etiologi Masalah
13/01/19 Do: Makanan kolesterol Gangguan rasa
TD : 160/110, N :88x/m & garam nyaman nyeri
S : 36oC
Ds :
Klien sering mengeluh pusing. Penyempitan PD
P: makanan yang tinggi kolesterol
& garam, stress
Q : hilang timbul Vase kontriksi PD
R : kepala
S:3
T : sewaktu-waktu Tekanan darah

Tekanan vaskuler

Nyeri (sakit kepala)


13/01/19 Ds : Hipertensi Gangguan
Klien mengatakan penglihatannya persepsi sensori
agak (penglihatan)
Do: Tekanan vaskuler
- Klien membacadari kejauhan
- Klien tidak bisa membaca jelas
tulisan yang diberikan oleh Pengaaruh pada saraf
pemeriksa penglihatan

Gaangguan persepsi
sensori

Kebiasaan merokok

Kurangnya informasi
penyebab Hipertensi

Kurang pengetahuan
tentang bahaya
merokok
13/01/19 Ds : Keluarga menganggap Kurang
Klien mengatakan setiap hari rokok hal biasa pengetahuan
merokok tentang bahaya
Do: merokok
- Klien terlihat seda-sedu merokok Kurangnya
- Klien merokok disembarang pemahaman tentang
tempat bahaya merokok

Riwayat latar belakang


pendidkan kurang
mendukung

Kurangnya
pengetahuan tentang
bahaya merokok
INTERVENSI DATA
Nama : Tn. H
Tgl Dx. Kep Tujuan, KH Intervensi Rasional
13/01/19 Nyeri ( sakit kepala ) Tujuan : - Pertahankan tirah baring, lingkungan - Agar tidak menyilaukan pandangan dan
berhubungan dengan Nyeri atau sakit kepala hilang atau yang tenang, sedikit penerangan mecetuskan sakit kepala.
peningkatan tekanan berkurang setelah dilakukan - Minimalkan gangguan lingkungan dan - Mengurangi resiko stress penyebab sakit kepala.
vaskuler serebral tindakan keperawatan selama 2 x rangsangan - Membantu memenuhi kebutuhan aktivitas klien.
24 jam - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai - Untuk mengurangi resiko aterosklerosis penyebab
Kriteria hasil : kebutuhan hipertensi.
- Pasien mengungkapkan tidak - Hindari merokok atau menggunkan - Meringankan sakit kepala dengan meminimalkan
adanya sakit kepala penggunaan nikotin ketergantungan obat2an.
- Pasien tampak nyaman - Beri tindakan nonfarmakologi untuk - Mengurangi pencetus sakit kepala.
- TTV dalam batas normal menghilangkan sakit kepala seperti - Pemberian obat2an untuk menangani rasa sakit
kompres dingin pada dahi, pijat kepala yang dirasakan klien.
punggung dan leher, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi
dan distraksi
- Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk
panjang, membungkuk
- Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam, valium )

13/01/19 Gangguan persepsi Tujuan - Latih klien untuk mengenal lingkungan - Melatih klien mobilisasi mandiri dengan minim
sensori (penglihatan dan benda2 sekitarnya resiko cedera.
menurun) b/d Kriteria Hasil : - Observasi jarak pandang klien - Utk mngetahui brp jarak pndang klien.
degenerasi sel - Klien akan mengidentifikasi - Ajarkan klien untuk mengkonsumsi - Memenuhi kbutuhan nutrisi utk mningkatkan
faktor yang meningkatkan risiko makanan bernutrisi cukup yang baik utk kwalitas penglihatan.
injury ksehatan penglihatan - Utk mnjaga kbersihan dan mngatasi iritasi
- Mendemonstrasikan perilaku, - Kolaborasi dg tim dokter utk pemberian mata(bila mngkin terjadi)
perubahan gaya hidup untuk obat2an.
mengurangi faktor risiko dan
mencegah injury
- Memodifikasi lingkungan untuk
meningkatkan keamanan
13/01/19 Kurangnya pengetahuan Tujuan : - Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari - Agar klien kooperatif dalm proses kprewatan.
berhubungan dengan Klien terpenuhi dalam informasi pengobatan dan prosedur - Agar klien mngurangi kondisi yang mndi pnctus
kurangnya informasi tentang hipertensi setelah - Jelaskan pentingnya lingkungan yang masalah.
tentang proses penyakit dilakukan tindakan ekperawatan tenang, tidak penuh dengan stress - Agar klien mnggunakan obat2an dg tepat saat
selama 1 x 24 jam - Diskusikan tentang obat-obatan : nama, emergency.
dosis, waktu pemberian, tujuan dan - Utk mngurangi resiko keracunan obat atau salah
Kriteria hasil:
efek samping atau efek toksik obat yang mngakibatkan timbulnya mslah
- Jelaskan perlunya menghindari ksehatan lainnya.
- Pasien mengungkapkan
pemakaian obat bebas tanpa - Agar klien memliki antisipasi utk mngatsi
pengetahuan akan hipertensi
pemeriksaan dokter kekambuhan.
- Melaporkan pemakaian obat-
obatan sesuai program - Diskusikan gejala kambuhan atau - Agr klien tidak ksulitan mobilisasi dan mnjaga
kemajuan penyulit untuk dilaporkan kolesterolnya.
dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, - Utk mngurangi resiko cedera krna kcelakaan.
mual dan muntah. - Utk mnjaga tekanan darah klien.
- Diskusikan pentingnya - Mngurangi resko terjadinya aterosklerosis akibat
mempertahankan berat badan stabil kafein n hipertensi akibat natrium.
- Diskusikan pentingnya menghindari - Utk meminimalkan terjadinya vasokonstriksi
kelelahan dan mengangkat berat akibat mngejan saat BAB krna konstipasi.
- Diskusikan perlunya diet rendah kalori, - Utk mnjga status mntal klien dan agar keluarga
rendah natrium sesuai program juga kooperatif dalm penyembuhan klien.
- Jelaskan pentingnya mempertahankan
pemasukan cairan yang tepat, jumlah
yang diperbolehkan, pembatasan
seperti kopi yang mengandung kafein,
teh serta alcohol
- Jelaskan perlunya menghindari
konstipasi dan penahanan
- Berikan support mental, konseling dan
penyuluhan pada keluarga klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. H
No Tgl No. Dx Tindakan
1. 13/01/19 - Mempertahankan tirah baring, lingkungan yang
tenang, sedikit penerangan
- Meminimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan
- Membantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
- Menghindari merokok atau menggunkan
penggunaan nikotin
- Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk
1.
menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
- Menghilangkan / meminimalkan vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
- Memberian obat sesuai indikasi : analgesik,
antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium
)sesuai dengan hasil kolaborasi
U2. 13/01/19 - Melatih klien untuk mengenal lingkungan dan
benda2 sekitarnya
- Mengobservasi jarak pandang klien
2
- Mengajarkan klien untuk mengkonsumsi makanan
bernutrisi cukup yang baik utk ksehatan penglihatan

3. 13/01/19 - Menjelaskan sifat penyakit dan tujuan dari


pengobatan dan prosedur
- Menjelaskan pentingnya lingkungan yang tenang,
tidak penuh dengan stress
3.
- Mendiskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis,
waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau
efek toksik
- Menjelaskan perlunya menghindari pemakaian obat
bebas tanpa pemeriksaan dokter
- Mendiskusikan gejala kambuhan atau kemajuan
penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,
pusing, pingsan, mual dan muntah.
- Mendiskusikan pentingnya mempertahankan berat
badan stabil
- Meniskusikan pentingnya menghindari kelelahan
dan mengangkat berat
- Mendiskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah
natrium sesuai program
- Menjelaskan pentingnya mempertahankan
pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alcohol
- Menjelaskan perlunya menghindari konstipasi dan
penahanan
- Memberikan support mental, konseling dan
penyuluhan pada keluarga klien
EVALUASI

NO. Dx 14/01/19 15/01/19 16/01/19


1. S: S: S:
Klien sering mengeluh pusing. Klien mengeluh tidak terlalu sering pusing. Klien mengeluh tidak pusing.
O: O: O:
TD : 160/110, N :88x/m TD : 150/100, N :86x/m TD : 130/90, N :86x/m
S : 36oC S : 36oC S : 36oC
A: A: A:
Masalah belum teratasi Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi
P: P: P:
Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai