Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASKEP PADA PASIEN DENGAN HIV


DOSEN : Ro’isah. S.KM.,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :
Yusuf Efendi (14201.09.17166)

Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan


STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang
mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase
balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian
ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN
inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.

2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.
Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan
basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency
Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi
disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1
memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan
dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih
pendek.
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai
infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang
terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005.
Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada
orang sehat.
a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran

pernapasan atas yang berulang


c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari

sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.


d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus

atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO


4. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran
kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran
menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu
3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa
3 – 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala.
Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu
antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS
5. WOC
Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas


Tidak efektfi bersihan

Gangguan body imageapas


Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

jalan napas
hipertermi
nyeri

nyeri
6. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata
aktifitas normal

II 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik ,


2. Kelainan kulit dan mukosa yang aktifitas
ringan seperti , dermatitis
normal
seboroik, prurigo, onikomikosis
,ulkus oral yang rekuren ,kheilitis
angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas
seperti ,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya
2. Diare kronis yang berlangsung lemah ,
3. lebih dari 1 bulan
aktivitas
4. Demam berkepanjangan lebih dari
ditempat tidur
1 bulan
5. Kandidiasis orofaringeal kurang dari 50%
6. Oral hairy leukoplakia
7. TB paru dalam tahun terakhir
8. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti Pada umumnya
yang didefinisikan oleh CDC sangat
2. Pnemonia Pneumocystis carinii
lemah , aktivitas
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari ditempat tidur
1 bulan lebih
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
dari 5
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1
bulan
8. Leukoensefalopati multifocal
progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,
bronkus , dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal
diseminata
12. Septisemia salmonelosis non
tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut
dalam tubuh penderita :
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin

8. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan Rontgen.

9. Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

10. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,
gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA HIV

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 35 th
No Reg : 012 68651
Ruang : Mina
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Alamat : Jln Sultan Agung Kelurahan Jogotrunan Kec
Lumajang
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
MRS : 22 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2019
DX Medis : AIDS

2. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
diare dan demam tinggi.
Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah, dan
tidak mampu melakukan aktifitas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak tanggal 20 Maret 2019 klien mengalami diare hebat sekitar 12-13x/hari,
tidak nafsu makan (anoreksia), dan kesulitan menelan (disfagia). Klien juga
mengalami demam sejak 22 Maret 2019 dan dibawa ke rumah sakit pada pukul
09.00 WIB. Pada saat pengkajian klien berkata-kata dengan suara yang lirih
seperti kelelahan dan mengeluhkan badan terasa lemah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam 3 bulan terakhir Tn. T sering mengalami diare tak terkontrol tanpa
merasakan sakit perut, penyebabnya tidak diketahui, dengan faktor yang
memperberat adalah bergerak sehingga usaha yang dilakukan adalah diam.
Klien juga demam tinggi sehingga dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan
perawatan. Dari riwayat 3 bulan terakhir Tn. T pernah 3-4 kali mengalami
demam dan 1 kali mengalami diare disertai darah. Klien juga mengatakan pada
masa mudanya pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan anggota keluarga yang
mengalami kelainan, penyakit kronis, ataupun penyakit yang sama dengan Tn.
T

6. Pola Kesehatan Sehari-hari Selama Di Rumah dan RS


a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Di Rumah : makan 3x/hari, habis satu porsi dengan komposisi nasi
sayur dan telur terkadang tempe. Minum air putih 1000
cc/hari ditambah kopi tiap pagi.
Di Rumah Sakit : saat pengkajian klien menunjukkan gejala anoreksia
dan kesulitan menelan, Makan 2x/hari tidak habis,
minum air putis 300cc/jam
b. Pola Eliminasi
1) Kebiasaan Devekasi Sehari-hari
Di Rumah : klien devekasi 12-13x/hari dengan konsistensi
cair, warna kuning kecoklatan. Pernah satu kali
devekasi disertai darah
Di Rumah Sakit : saat pengkajian klien belum devikasi karena
pasien baru datang.
2) Kebiasaan Miksi
Di Rumah : Tn. T miksi 3-4x / hari (kira-kira 1500 cc) warna
kuning, bau khas, tidak ada kesulitan BAK, tidak
terdapat darah pada urin. Selama sakit BAK 3-
4x/ hari
Di Rumah Sakit : klien BAK tanpa alat bantu ataupun kateter.
c. Pola Tidur dan Istirahat
Dirumah Klien : istirahat (tidur) kira-kira 6 jam/hari mulai jam 22.00 WIB
sampai 05.00,
Di Rumah Sakit : klien tidur siang selama 40 menit
d. Pola Aktivitas
Di rumah : klien beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan orang
lain dan tidak memiliki kebiasaan olah raga
Di rumah sakit : klien merasa mudah lelah, tidak kuat untuk mengankat
beban berat maupun sedang. Klien mendapat terapi
istirahat, beberapa aktifitasnya dibantu.
e. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien Tn. T dengan usia 35 th memiliki 2 orang anak. Klien melakukan
seksual menggunakan kondom tapi tidak konsisten.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, terpasang infus RL,
Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas
Tekanan darah : 90 / 80 mmHg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Bising Usus : 20 x/menit
Suhu : 37,8˚C
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 52 kg
b. Review of System (ROS)
(1) Kepala : Posisi tegak, bentuk kepala simetris, warna rambut
hitam, distribusi rambut merata, tidak terlihat bayangan pembuluh darah,
tidak terdapat luka, tumor, edema, terlihat ada ketombe, dan bau.
 Mata ; tidak terdapat vesikel, tidak ada masa, nyeri tekan, dan
penurunan penglihatan, konjungtiva anemis.
 Hidung ; ada sekret, tidak ada lesi
 Mulut ; terdapat lesi, gigi ada yang tanggal, membran mukosa
kering, lidah ada bercak-bercak keputihan, dan halitosis.
 Telinga ; tidak ada nyeri tekan
(2) Leher : trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
(3) Thoraks : bentuk simetris, tidak terdapat masa,tidak ada otot
bantu napas
 Paru ; bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta,
ekspansi kanan dan kiri sama, perkusi paru didapat suara sonor di
seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung redup,
 Jantung ; ictus cordis terlihat di mid-clavicula line sinistra ICS 5,
(4) Ketiak dan Payudara ; Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan
tidak ada benjolan, puting dan areola baik
(5) Abdomen : bentuk simetris, ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada tanda pembesaran hepar, tidak didapati asites, dan hasil
perkusi didapat suara timpani,
(6) Genetalia : Tn. T adalah klien laki-laki,
 Penis ; klien di sirkumsisi, gland penis terdapat bercak, pada batang
penis ada tanda jamur, tidak ada tanda herpes, ada lesi.
 Skrotum ; tidak ada lesi, tidak ada tanda jamur, tidak ada tanda
herpes
 Uretra ; tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi
(7) Anus dan Rektum : tidak ada abses, ada hemoroid, rektum didapati
sedikit berlendir.
(8) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, tidak terdapat oedema, tidak
ada fraktur, tidak tampak tanda atropi
(9) Integumen : warna sawo matang, tekstur kering, terdapat
kemerahan pada area, turgor buruk, terdapat tanda sianosis, akral dingin,
capillary refill time >3 detik, tidak ada tanda inflamasi pada kuku, ada lesi
pada kulit bagian area scapula
(10) Status Neurologis
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda–tanda perangsangan otak
1) Pusing
2) Suhu tubuh 37,8o C
c) Fungsi Motorik
Tidak ada gerakan yang tdak disadari klien, klien mampu bergerak
tanpa perintah.
d) Fungsi Sensorik
Klien tidak merasakan usapan kapas pada area maksilaris, dapat
merasakan benda tajam, tidak dapat merasakan hangat, panas,
dan dingin.
e) Refleks Pantologis
Reflek babinsky negatif, reflek cadlok negatif, reflek Gordon negatif.

8. Data Psikologis
(a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
(b) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap HIV?
serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa disembuhkan?”? ekspresi
wajah klien tampak cemas dan gelisah.

(c) Pola Koping


Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya mengatasinya
sendiri kemudian bergaul dengan teman-teman dan untuk mengalihkan
masalahnya klien minum-minuman beralkohol sampai mabuk dan
melakukan hubungan sexual dengan PSK (Pekerja Sex Komersial).
(d) Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas, menggunakan
bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien menggunakan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia.

9. Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa malu
dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak dapat
ereksi.
b) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap HIV,
c) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah adiknya..
d) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya sudah berkeluarga, pendiam, tidak gampang
marah.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali menjalankan
aktifitas di bengkel yang dikelolanya.
10. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu oleh
saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan petugas
dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk pribadi yang kooperatif.

11. Data Spiritual


Klien beragama Islam , klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan, klien
mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang harus ia jalani
karena penyakitnya merupakan cobaan dari Allah. Klien mengatakan jarang
melakukan ibadah

12. Pemeriksaan Penunjang


a) Hasil Test Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA) : dari hasil test ELISA yang
dilakukan, menunjukkan hasil bahwa Tn. T Positif dibuktikan dengan antibodi
dalam serum mengikat antigen virus murni di dalam enzyme-linked
antihuman globulin.
b) Hasil Test Western Blot : Positif
c) P24 Antigen Test : Positif
d) Kultur HIV : Positif, dengan kadar antigen P24
Meningkat
ANALISA DATA

Nama : Tn. T No Reg : 012 68651


Umur : 35 th

Tanggal Kelompok Data Masalah Etiologi


22 Maret DS : Resiko Terhadap Imunodefisiensi
2019 - Klien mengatakan pernah Infeksi
mengkonsumsi obat
terlarang sehingga
dikucilkan oleh saudara-
saudaranya.
- Klien mengeluh susah
menelan ( disflagia)
DO :
- Mulut ; terdapat lesi, gigi
ada yang tanggal,
membran mukosa kering,
lidah ada bercak-bercak
keputihan, dan halitosis.
- Penis ; klien di sirkumsisi,
gland penis terdapat
bercak, pada batang penis
ada tanda jamur, tidak ada
tanda herpes, ada lesi.
- Saat dirumah klien
devekasi 12-13x/hari
dengan konsistensi cair,
warna kuning kecoklatan.
Pernah satu kali devekasi
disertai darah

22 Maret DS : Kekurangan Volume Output yang


2019 - Saat dirumah klien Cairan berlebih
devekasi 12-13x/hari
dengan konsistensi cair,
warna kuning kecoklatan.
Pernah satu kali devekasi
disertai darah
DO :
- integumen : warna sawo
matang, tekstur kering,
terdapat kemerahan pada
area, turgor buruk, terdapat
tanda sianosis, akral dingin,
capillary refill time >3 detik,
tidak ada tanda inflamasi
pada kuku, ada lesi pada
- Penis : ada lesi pada
batang penis.
- TD : 90/80

22 Maret DS : Kelemahan Proses penyakit


2019 - Klien sering mengeluh yang
lemas dimanifestasikan
- Klien mengatakan tidak oleh kekurangan
nafsu makan (anoreksia) energi,
- Klien mengeluh kesulitan ketidakmampuan
menelan (disfagia). mempertahankan
DO : aktivitas sehari-hari.
- Klien terlihat lemas
- klien merasa mudah lelah,
tidak kuat untuk
mengangkat beban berat
maupun sedang.
- Klien mendapat terapi
istirahat, beberapa
aktifitasnya dibantu.
- Pada saat pengkajian klien
berkata-kata dengan suara
yang lirih seperti kelelahan
dan mengeluhkan badan
terasa lemah.

22 Maret DS : Gangguan Integritas Rash Dan Lesi Pada


2019 - Kulit Kulit
DO :
- Integumen : warna sawo
matang, tekstur kering,
terdapat kemerahan pada
area, turgor buruk, terdapat
tanda sianosis, akral dingin,
capillary refill time >3 detik,
tidak ada tanda inflamasi
pada kuku, ada lesi pada
kulit bagian area scapula.
- gland penis terdapat bercak
- Hipertermia (Suhu tubuh
37,8o C)
22 Maret DS : Persepsi tidak Isolasi sosial
2019
- Klien mengatakan merasa diterima dalam
bersalah atas perbuatannya masyarakat
selama ini
- Klien merasa malu dengan
keadaan dirinya yang
diduga mengidap HIV
DO :
- Pada saat berkomunikasi
klien cenderung diam
- Ekspresi wajah klien tampak
cemas dan gelisah
- Klien bertanya kepada
perawat apakah benar dia
sudah positif mengidap
HIV?
- Klien bertanya; “Apakah
penyakit saya bisa
disembuhkan?”

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Terhadap Infeksi berhubungan dengan Imunodefisiensi
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Output Yang Berlebih
3. Kelemahan berhubungan dengan Proses Penyakit Yang Dimanifestasikan Oleh
Kekurangan Energi, Ketidakmampuan Mempertahankan Aktivitas Sehari-hari.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Rash Dan Lesi Pada Kulit
5. Isolasi Sosial berhubungan dengan Persepsi Tidak Diterima Dalam Masyarakat
C. Intervensi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 22 Maret Resiko Terhadap Tujuan : 1. Instruksikan pasien / orang
2019 Infeksi Pasien mencapai masa terdekat mencuci tangan sesuai
Jam 15.00 berhubungan penyembuhan indikasi
dengan luka/lesi dalam kururn 2. Berikan lingkungan yang bersih
Imunodefisiensi waktu 3 x 24 jam dan berventilasi yang baik
3. Pantau keluhan nyeri ulu hati
KH : disfagia, sakit retrosternal pada
1. Klien tidak waktu menelan dan diare hebat.
demam.
2. Bebas dari
pengeluaran/sekr
esi purulen dan
tanda-tanda lain
dari infeksi.

2 22 Maret Kekurangan Tujuan : 1. Pantau tanda - tanda vital


2019 Volume Cairan Mempertahankan termasuk CVP bila terpasang, catat
Jam 15.00 berhubungan hidrasi dalam kurun hipertensi termasuk perubahan
dengan Output waktu 24 jam postural.
Yang Berlebih 2. Hilangkan makanan yang potensial
KH : menyebabkan diare yakni pedas
1. Membran mukosa atau berlemak tinggi, kacang,
lembab kubis, susu.
2. Turgor kulit 3. Mencatat peningkatan suhu dan
membaik durasi demam. Berikan kompres
3. Tanda-tanda vital hangat sesuai indikasi.
stabil 4. Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberikan antipiretik
sesuai indikasi

3 22 Maret Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi adanya pembatasan


2019 aktivitas tindakan keperawatan klien dalam melakukan aktivitas
Jam 15.00 berhubungan selama … Pasien 2. Kaji adanya faktor yang
dengan Proses bertoleransi terhadap menyebabkan kelelahan
Penyakit Yang aktivitas dengan 3. Monitor nutrisi dan sumber energi
Dimanifestasikan Kriteria Hasil : yang adekuat
Oleh Kekurangan 1. Berpartisipasi 4. Monitor pasien akan adanya
Energi, dalam aktivitas kelelahan fisik dan emosi secara
Ketidakmampuan fisik tanpa disertai berlebihan
Mempertahankan peningkatan 5. Monitor respon kardivaskuler
Aktivitas Sehari- tekanan darah, terhadap aktivitas (takikardi,
hari nadi dan RR disritmia, sesak nafas, diaporesis,
2. Mampu pucat, perubahan hemodinamik)
melakukan 6. Monitor pola tidur dan lamanya
aktivitas sehari tidur/istirahat pasien
hari (ADLs) 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
secara mandiri Rehabilitasi Medik dalam
3. Keseimbangan merencanakan progran terapi
aktivitas dan yang tepat.
istirahat 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4 22 Maret Gangguan Tujuan 1. Pressure ulcer prevention


2019 Integritas Kulit Setelah dilakukan 2. Wound care
Jam 15.00 berhubungan tindakan keperawatan 3. Anjurkan pasien untuk
dengan Rash Dan selama …. kerusakan menggunakan pakaian yang
Lesi Pada Kulit integritas jaringan longgar
pasien teratasi dengan 4. Jaga kulit agar tetap bersih dan
kriteria hasil: kering
 Perfusi jaringan 5. Mobilisasi pasien (ubah posisi
normal pasien) setiap dua jam sekali
 Tidak ada tanda- 6. Monitor kulit akan adanya
tanda infeksi kemerahan
 Ketebalan dan 7. Oleskan lotion atau minyak/baby
tekstur jaringan oil pada daerah yang tertekan
normal 8. Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Menunjukkan pasien
pemahaman 9. Monitor status nutrisi pasien
dalam proses 10. Memandikan pasien dengan
perbaikan kulit sabun dan air hangat
dan mencegah 11. Kaji lingkungan dan peralatan
terjadinya cidera yang menyebabkan tekanan
berulang 12. Observasi luka : lokasi, dimensi,
 Menunjukkan kedalaman luka,
terjadinya proses karakteristik,warna cairan,
penyembuhan granulasi, jaringan nekrotik,
luka tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
13. Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
14. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
15. Cegah kontaminasi feses dan urin
16. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
17. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
18. Hindari kerutan pada tempat tidur

5 22 Maret Isolasi sosial Tujuan : 1. Batasi/hindari penggunaan masker,


2019 berhubungan Setelah dilakukan baju dan sarung tangan, jika
Jam 15.00 dengan prsepsi intervensi keperawatan memungkinkan.
tidak diterima selama tiga hari, klien 2. Tentukan persepsi klien tentang
dalam masyarakat menunjukan situasi.
peningkatan perasaan 3. Berikan waktu untuk bicara dengan
harga diri, dengan klien selama dan diantara aktivitas
kriteria : perawatan, tetap memberi dukungan,
 Klien dapat perlakukan dengan penuh
berinteraksi aktif penghargaan dan menghormati
dan terbuka perasaan klien
dengan petugas 4. Dorong adanya hubungan yang aktif
 Klien tampak tidak dengan orang terdekat
murung 5. Waspadai gejala-gejala
 Klien mau verbal/nonverbal, misal: menarik diri,
bersosialisasi putus asa perasaan kesepian.
dengan Tanyakan kepasien: apakah pernah
lingkungannya berfikir untuk bunuh diri ?
EVALUASI
No Tanggal Intervensi Implementasi Respon TTD
1 22 Maret 1. Instruksikan 1. Mengajarkan kepada 1. Klien tidak Yusuf
2019 pasien / orang keluarga untuk mencuci menunjukkan
Jam 15.00 terdekat tangan sebelum dan tanda-tanda
mencuci tangan setelah kontak dengan demam.
sesuai indikasi. pasien 2. Bebas dari
2. Berikan 2. Monitor kondisi pengeluaran /
lingkungan yang ruangan dan ventilasi sekresi purulen
bersih dan 3. Mengobservasi kondisi dan tanda-tanda
berventilasi pasien untuk lain dari infeksi.
yang baik. mengetahui adanya
3. Pantau keluhan keluhan nyeri ulu hati
nyeri ulu hati disfagia, sakit
disfagia, sakit retrosternal pada
retrosternal waktu menelan dan
pada waktu diare hebat
menelan dan
diare hebat.

2 22 Maret 1. Pantau tanda- 1. Monitor tanda-tanda 1. Membran Yusuf


2019 tanda vital vital dan tekanan mukosa lembab.
Jam 15.00 termasuk CVP darah. 2. Turgor kulit
bila terpasang, 2. Monitor jenis nutrisi membaik.
catat hipertensi yang dikonsumsi oleh 3. Tanda-tanda vital
termasuk pasien sesuai indikasi. stabil
perubahan 3. Observasi tanda-tanda
postural. peningkatan suhu suhu
2. Hilangkan dan durasi demam.
makanan yang Memberikan kompres
potensial hangat sesuai indikasi.
menyebabkan 4. Memberikan antipiretik
diare yakni pedas sesuai indikasi
atau berlemak
tinggi, kacang,
kubis, susu.
3. Mencatat
peningkatan
suhu dan durasi
demam. Berikan
kompres hangat
sesuai indikasi.
4. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam
pemberikan
antipiretik sesuai
indikasi

Anda mungkin juga menyukai