Disusun Oleh :
Yusuf Efendi (14201.09.17166)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang
mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase
balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian
ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN
inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.
2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.
Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan
basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency
Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi
disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1
memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan
dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih
pendek.
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%
3. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai
infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang
terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005.
Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada
orang sehat.
a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran
atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Organ target
Reaksi psikologis
Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
Gangguan sensori
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
jalan napas
hipertermi
nyeri
nyeri
6. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata
aktifitas normal
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut
dalam tubuh penderita :
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
8. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan Rontgen.
9. Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
10. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,
gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA HIV
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 35 th
No Reg : 012 68651
Ruang : Mina
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Alamat : Jln Sultan Agung Kelurahan Jogotrunan Kec
Lumajang
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
MRS : 22 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2019
DX Medis : AIDS
2. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
diare dan demam tinggi.
Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah, dan
tidak mampu melakukan aktifitas.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, terpasang infus RL,
Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas
Tekanan darah : 90 / 80 mmHg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Bising Usus : 20 x/menit
Suhu : 37,8˚C
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 52 kg
b. Review of System (ROS)
(1) Kepala : Posisi tegak, bentuk kepala simetris, warna rambut
hitam, distribusi rambut merata, tidak terlihat bayangan pembuluh darah,
tidak terdapat luka, tumor, edema, terlihat ada ketombe, dan bau.
Mata ; tidak terdapat vesikel, tidak ada masa, nyeri tekan, dan
penurunan penglihatan, konjungtiva anemis.
Hidung ; ada sekret, tidak ada lesi
Mulut ; terdapat lesi, gigi ada yang tanggal, membran mukosa
kering, lidah ada bercak-bercak keputihan, dan halitosis.
Telinga ; tidak ada nyeri tekan
(2) Leher : trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
(3) Thoraks : bentuk simetris, tidak terdapat masa,tidak ada otot
bantu napas
Paru ; bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta,
ekspansi kanan dan kiri sama, perkusi paru didapat suara sonor di
seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung redup,
Jantung ; ictus cordis terlihat di mid-clavicula line sinistra ICS 5,
(4) Ketiak dan Payudara ; Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan
tidak ada benjolan, puting dan areola baik
(5) Abdomen : bentuk simetris, ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada tanda pembesaran hepar, tidak didapati asites, dan hasil
perkusi didapat suara timpani,
(6) Genetalia : Tn. T adalah klien laki-laki,
Penis ; klien di sirkumsisi, gland penis terdapat bercak, pada batang
penis ada tanda jamur, tidak ada tanda herpes, ada lesi.
Skrotum ; tidak ada lesi, tidak ada tanda jamur, tidak ada tanda
herpes
Uretra ; tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi
(7) Anus dan Rektum : tidak ada abses, ada hemoroid, rektum didapati
sedikit berlendir.
(8) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, tidak terdapat oedema, tidak
ada fraktur, tidak tampak tanda atropi
(9) Integumen : warna sawo matang, tekstur kering, terdapat
kemerahan pada area, turgor buruk, terdapat tanda sianosis, akral dingin,
capillary refill time >3 detik, tidak ada tanda inflamasi pada kuku, ada lesi
pada kulit bagian area scapula
(10) Status Neurologis
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda–tanda perangsangan otak
1) Pusing
2) Suhu tubuh 37,8o C
c) Fungsi Motorik
Tidak ada gerakan yang tdak disadari klien, klien mampu bergerak
tanpa perintah.
d) Fungsi Sensorik
Klien tidak merasakan usapan kapas pada area maksilaris, dapat
merasakan benda tajam, tidak dapat merasakan hangat, panas,
dan dingin.
e) Refleks Pantologis
Reflek babinsky negatif, reflek cadlok negatif, reflek Gordon negatif.
8. Data Psikologis
(a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
(b) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap HIV?
serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa disembuhkan?”? ekspresi
wajah klien tampak cemas dan gelisah.
9. Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa malu
dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak dapat
ereksi.
b) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap HIV,
c) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah adiknya..
d) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya sudah berkeluarga, pendiam, tidak gampang
marah.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali menjalankan
aktifitas di bengkel yang dikelolanya.
10. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu oleh
saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan petugas
dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk pribadi yang kooperatif.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Terhadap Infeksi berhubungan dengan Imunodefisiensi
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Output Yang Berlebih
3. Kelemahan berhubungan dengan Proses Penyakit Yang Dimanifestasikan Oleh
Kekurangan Energi, Ketidakmampuan Mempertahankan Aktivitas Sehari-hari.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Rash Dan Lesi Pada Kulit
5. Isolasi Sosial berhubungan dengan Persepsi Tidak Diterima Dalam Masyarakat
C. Intervensi Keperawatan