Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA

Disusun untuk memenuhi tugas PKL Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing: Purnomo, S.Kep,Ns, M.Kep

Disusun oleh :

Tiara Aprilia

(A2R17073)

Program Studi Sarjana Keperawatan / Tingkat III-B

STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

Tahun Ajaran 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES MENUA

A. DEFINISI

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan postur
tubuh tidak proporsional.

WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
mememperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jelas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan) secara alamiah dan
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan pada saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

B. TEORI-TEORI PROSES MENUA

1. Teori Biologis

a) Teori Genetik

Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat
jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa
menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Secara teoritis, memperpanjang
umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan
tertentu.

Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan proses transkripsi DNA atau RNA dan
dalam proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.

b) Teori Non Genetik

i. Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (Auto-immune theory)

Ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan
itu lebih tampak secara nyata pada Limposit–T, disamping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk :

 Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker.

 Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi
pertahanan tubuh terhadap pathogen

 Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya resiko


terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimmune.

ii. Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas

Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel,
termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel,
menghambat proses reproduksi sel.

iii. Teori Menua Akibat Metabolisme

Setiap makhluk hidup mempunyai ketersediaan kemampuan yang sudah ditentukan


sesuai dengan kapasitas energi yang digunakan untuk selama menempuh kehidupannya. Energi
yang digunakan terlalu banyak dimasa awal kehidupannya akan habis sebelum usia optimalnya,
atau mempunyai usia yang relative lebih pendek dari pada yang menggunakan energi secara
optimal sepanjang usia kehidupannya. Individu mempunyai lama usia yang optimal jika energi
yang digunakan merata sepanjang hidupnya, tidak terlalu berlebih digunakan, diimbangi dengan
istirahat serta asupan energi yang cukup.

iv. Teori Rantai Silang (Cross link theory)


Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini
menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berikatan secara bersama-sama
membentuk reaksi kimia, termasuk didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul
yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Terbentuknya jaringan baru, maka jaringan
tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi.
Hasil akhir dapi proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari
sel.

v. Teori Fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori oksidasi stress. Dalam
teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha dengan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal

2. Teori Sosiologis

a) Teori Interaksi Sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau
(1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa,
sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk
melakukan tukar menukar.

b) Teori Aktivitas atau Kegiatan

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan
bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori
aktivitas adalah:

 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia
di masyarakat.

 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

c) Teori Kesinambungan (Continuity theory)

Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian pengalaman hidup


seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia Gaya
hidup perilaku dan harapan seorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lansia. Pokok-
pokok dari continuity theory adalah:
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan
tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan.

 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.

 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.

d) Teori Pembebasan atau penarikan diri

Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik
diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun
secara kuantitas.

e) Teori Perkembangan (Development theory)

Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya
mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang
selama fase kehidupannya. Pokok-pokok dalam development theory adalah:

 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu
pensiun dan atau menduda atau menjanda.

 Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan
identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-
temannya.

f) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)

Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang


menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak
mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur
dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :

 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.


3. Teori Psikologis

a) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954).

b) Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa
perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa kanak-kanak, masa
remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh
adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia petengahan
maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan”
yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis.

c) Teori Proses Kehidupan Manusia

Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan perkembangan


manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui
wawancara. Mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang
sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti
dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.

d) Teori Tugas Perkembangan

Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain
adalah :

 Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan

 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

 Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

e) Teori Delapan Tingkat Kehidupan


Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana
kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah
mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa
pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan
hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN

1. Heredites atau keturunan genetic

2. Nutrisi atau makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Strees

D. BATASAN-BATASAN LANSIA

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kelompok umur lansia dibagi menjadi:

a. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua ( old ) : usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua ( very old ) : usia > 90 tahun

E. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

1. Perubahan Fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan
extra seluler

b. Sistem Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.
c. Sistem Penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps,
kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.

d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meninggi.

e. Sistem Pendengaran : penurunan fungsi pendengaran pada individu lanjut usia terjadi karena
terdapat penumpukan serumen yang kering, atropi neuron koklear, sertaa penurunan sel sensori

f. Sistem Respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya


aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.

g. Sistem Gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap


menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian
hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

h. Sistem Genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi
atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.

i. Sistem Endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.

j. Sistem Integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.

k. Sistem Muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis,
tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.

l. Sistem reproduksi :

1.Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.

• Vagina

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises
menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium,
vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan.
Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan
sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

• Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya


menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak
menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.

• Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput”
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara
umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

• Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik
maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.
Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala
menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2. Pria

• Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak
sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari
otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot
polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah
terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria
berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50%
berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase
yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong
hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan
androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang
pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.

• Testis

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel
yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan
aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini
menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi
dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas
sexsual sampai umur lanjut.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :


a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Psikososial

a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan

b. Merasakan atau sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

F. TUMBUH KEMBANG PADA LANSIA

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999:4).

1. Perubahan Fisik Lansia


a. Sel

Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.

b. Sistem syaraf

Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun,

lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf
panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem pendengaran

Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.

d. Sistem penglihatan

Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau
hijau.

e. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat

metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot

2. Perubahan Psikologis Lansia

a. Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan

suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

b. Penurunan fungsi dan potensi seksual pasangan hidup telah meninggal, disfungsi seksual
karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun
dsb.

c. Perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan pensiun sering diartikan sebagai kehilangan


penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
d. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat berkurangnya fungsi indera, peran
dimasyarakatpun akan berubah.

3. Perubahan Ekonomi Lansia

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Penghasilan akan berkurang,
sehingga perlu menyesuaikan perubahan ekonomi.

4. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Havighust

 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik

 Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan berkurangnya
penghasilan

 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

 Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari kelompok seusia

 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

G. PERAN PERAWAT PADA KLIEN SESUAI DENGAN PROSES PENUAAN

Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu
kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu
keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang
lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan
yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.

Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia,
berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :

1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).

Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu
:

a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan
kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu
perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia. Peran perawat dalam membantu
kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran
kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,
kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah
dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat
penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya potensi
kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.

2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.

Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salat satu upayanya
adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita
atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau
bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan
pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran
orang lain.

3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.

Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan orang lain,
memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia
pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis,
dimana membutuhkan seorang perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.

Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih lingkungannya,
termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan
klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya.

Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang
dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak
mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi
perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi,
perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkahl laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan
seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap serta
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui
tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.

H. POHON MASALAH

Lansia

Perubahan Perubahan
Kejiwaan Perubahan Sosial
Fisik/Biologis

S.Neurologi Penurunan daya Sumber


ingat tingkat keuangan
pendidikan menurun
↓Kerja Perubahan Kerusakan rendah
syaraf fisiologis serebral
Depresi
s.persyarafan Fungsi
Respon Tergangguny intelektual
lambat Siklus tidur a Perubahan
berubah penerimaan cara hidup
informasi Demensia
Respon (masuk PSTW)
lambat utk Sering
berbagai terbangun Gg
Perasaa Mudah Perubahan
stimulus dimalam hari komunikasi
n sedih marah dan psikososial
tersinggung
MK : Gg Pola MK : Gg.
MK: Resiko
Tidur Hambatan Kurang Membah
Jatuh
komunikasi diperha Perasaan ayakan
MK: Resiko verbal tikan tak tenang diri
Cidera sendiri
MK : MK : Gg
Sistem Penglihatan : ↓ Sistem Kardiovaskuler AnsietaSistem Istirahat/tid
Respirasi Sistem
Menarik diri
akomodasi, kontraksi pupil ↓,↑ s ur Genitourinaria
kekeruhan lensa.
Katup jantung menebal Elastisitas paru ↓ MK : Isolasi
Sistem pendengaran : ↓ fungsi dan kaku akibat Tonus otot k. Kemih
Sosial
sensorineural secara lambat kalsifikasi dn fibrosis ↓
Kapasitas residu↑
↓ pengecapan, penciuman dan
perabaan
Perubahan irama Hambatan usaha Tekanan k.kemih ↑
jantung nafas(sesak)
↓ Fungsi sistem penglihatan,
pendengaran, pengecapan, Kerusakan refleks
penciuman, dan perabaan. MK : Penurunan Curah MK : Pola Nafas kontraksi destrusor
Jantung Tidak Efektif

MK : Gg Persepsi Sensori MK : Inkontinensia


Urine

Sistem
Sistem Endokrin Sistem Muskulokeletal
Gastrointestinal

Produksi hampir
Kerja semua hormon↓ ↓kekuatan, Atrofi& Degenera
Kehilangan
otot rentang ↓jumla si sistem
gigi Misal : hormon tiroid
usus↓ gerak&kelentura h ekstrapira
dan hormon insulin n serabut mida/cide
MK : Sulit otot ra motor
Konstipa mengunyah
si Kelemahan
↑ penyakit MK : ↓masa Tremor
tiroid Ketidakstabilan otot
Selera otot
Kadar Glukosa
makan↓ ↓mobilitas fisik
darah
Kel.seks Kelemah Ber<nya
Asam mengecil fleksibilit
BB↓ an scr
lambung dan <berdandan, as postur
↓lubrikasi umum
↑ berhenti toileting, mandi tubuh
MK : Defisit berfungsi
Iritasi Nutrisi MK :
mukosa MK : Defisit Hambat MK :
Sistem
lambung Integumen Penurunan Sistem Reproduksi Perawatan Diri an Resiko
elastisitas Mobilta Jatuh
Kesulitan untuk s Fisik
Peradangan
Atrofi mukosa JaringanMK : Nyeri Wanita Pria
berhubungan
Kelenjarlambung lemak seks
keringat tidak ada
Berhentinya Pembesaran
Produksi Prostat
Keringat Ketebalan H.Esterogen
↓, kulit dermis&e
kering, pidermis
Genitalian Kesulitan
pruritus menghilan
interna&eksterna berkemih
g
mengalami atrofi
MK : Gg
Kulit tipis Gambaran Diri MK : Nyeri
Kehilangan
rentan sobek Akut
Elastisitas

MK : Resiko Gg Integritas MK : Disfungsi


Kulit/Jaringan Seksual

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG TIMBUL

1. Fisik atau Biologis


Sistem Neurologi :

a. Resiko jatuh berhubungan dengan respon lambat untuk berbagai stimulus.

b. Resik cidera berhubungan dengan respon lambat untuk berbagai stimulus.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun dimalam hari.

d. Gangguan hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan terganggunya penerimaan


informasi.

Sistem Penglihatan, Pendengaran, Pengecapan, Penciuman, Perabaan :

a. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Penurunan fungsi (sistem


pendengaran,penglihatan,pengecapan, penciuman, dan perabaan).

Sistem Kardiovaskuler :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.

Sistem Respirasi :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas.

Sistem Genitourinaria :

a. Inkontinensia urine berhubungan dengan kerusakan refleks kontraksi detrusor.

Sistem Gastrointestinal :

a. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja otot usus.


b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
c. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( peradangan mukosa lambung)

Sistem Endokrin :

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan hormon insulin.

Sistem Muskulokeletal :

a. Defisit perawatan diri(mandi,toileting) berhubungan dengan kelemahan.


b. Resiko Jatuh berhubungan dengan degenerasi sistem ekstrapiramida, tremor otot.

Sistem Integumen :

a. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan atrofi kelenjar keringat,


lemak tidak ada.
Sistem Reproduksi :

a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi.


b. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
c. Nyeri berhubungan dengan berkurangnya elastisitas.
d. Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan berkemih.

2. Psikologis Sosial

a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.

b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.

c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.

e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan perasaan


secara tepat.

f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual

a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.

b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.

c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.

d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan ibadah secara tepat.

J. RENCANA KEPERAWATAN

1) Tujuan Perencanaan

Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik,
psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain.

2) Tujuan Tindakan Keperawatan

Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :

- Pemenuhan kebutuhan keselamatan

- Peningkatan keamanan dan keselamatan


- Memelihara kebersihan diri

- Memelihara keseimbangan istirahat tidur

- Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

3) Rencana dan Rasional

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1) Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.

Rasional menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus.

2) Banyak minum dan kurangi makanan asin.

Rasional mencegah kekeringan kulit dan kendor.

3) Makan mengandung serat.

Rasional membantu pencernaan karena peristaltik menurun.

4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori :
laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal yang terdiri dari :

- KH 60% dari jumlah kal.

- Lemak 15-20%.

- Protein 20-25%.

- Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari.

- Hindari kopi / teh.

- Insulin pemecahan glukosa dan lemah menurun.

b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia

- Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.

- Latih untuk pindah / mobilisasi.

- Menggunakan pengaman tempat tidur.

- Membantu ke kamar mandi.

- Menggunakan kacamata.
- Menemani bila bepergian.

- Ruangan dekat kantor.

- Meletakkan bel di bawah bantal.

- Tempat tidur tidak terlalu tinggi.

- Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.

- Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.

- Peralatan menggunakan roda dikunci.

- Pasang pengaman di kamar mandi.

- Hindari lampu redup dan menyilaukan.

- Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.

c. Memelihara kebersihan diri

- Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.

- Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion.

d. Memelihara Keseimbangan Istirahat

- Sediakan tempat tidur nyaman.

- Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.

- Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.

e. Meningkatkan Hubungan Interpersonal

- Berkomunikasi dengan kontak mata.

- Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.

- Menyediakan waktu untuk berbincang.

- Menghargai pendapat lansia.

- Melibatkan kegiatan harian.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC

Hadiwinoyo, S.T. 1999.Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai