Disusun oleh :
Tiara Aprilia
(A2R17073)
PROSES MENUA
A. DEFINISI
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
telah melalui 3 tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan postur
tubuh tidak proporsional.
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
mememperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jelas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan) secara alamiah dan
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan pada saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
1. Teori Biologis
a) Teori Genetik
Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat
jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa
menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Secara teoritis, memperpanjang
umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan
tertentu.
Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan proses transkripsi DNA atau RNA dan
dalam proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
Ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan
itu lebih tampak secara nyata pada Limposit–T, disamping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk :
Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi
pertahanan tubuh terhadap pathogen
Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel,
termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel,
menghambat proses reproduksi sel.
v. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori oksidasi stress. Dalam
teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha dengan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
2. Teori Sosiologis
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau
(1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa,
sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk
melakukan tukar menukar.
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan
bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori
aktivitas adalah:
Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia
di masyarakat.
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik
diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun
secara kuantitas.
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya
mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang
selama fase kehidupannya. Pokok-pokok dalam development theory adalah:
Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu
pensiun dan atau menduda atau menjanda.
Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan
identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-
temannya.
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954).
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa
perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa kanak-kanak, masa
remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh
adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia petengahan
maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan”
yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis.
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain
adalah :
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Strees
D. BATASAN-BATASAN LANSIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kelompok umur lansia dibagi menjadi:
1. Perubahan Fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan
extra seluler
b. Sistem Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu
untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.
c. Sistem Penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps,
kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah
meninggi.
e. Sistem Pendengaran : penurunan fungsi pendengaran pada individu lanjut usia terjadi karena
terdapat penumpukan serumen yang kering, atropi neuron koklear, sertaa penurunan sel sensori
h. Sistem Genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa
menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi
atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.
i. Sistem Endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
j. Sistem Integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal.
Kuku menjadi keras dan rapuh.
k. Sistem Muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis,
tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut
dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
l. Sistem reproduksi :
1.Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.
• Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises
menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium,
vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan.
Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan
sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
• Uterus
• Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput”
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara
umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik
maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.
Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala
menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
2. Pria
• Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak
sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari
otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot
polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah
terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria
berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50%
berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase
yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong
hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan
androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang
pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.
• Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel
yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan
aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini
menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi
dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas
sexsual sampai umur lanjut.
2. Perubahan Mental
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Intelegentia Question :
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999:4).
Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.
b. Sistem syaraf
lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf
panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.
d. Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau
hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot
a. Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual pasangan hidup telah meninggal, disfungsi seksual
karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun
dsb.
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Penghasilan akan berkurang,
sehingga perlu menyesuaikan perubahan ekonomi.
Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan berkurangnya
penghasilan
Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari kelompok seusia
Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang membutuhkan suatu
kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan suatu upaya penciptaan suatu
keterpaduan antara berbagai proses yang dapat terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang
lebih maksimal, konsep dan strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan
yang sangat penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk merawat lansia,
berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu
:
a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan
kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu
perawat harus mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia. Peran perawat dalam membantu
kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran
kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,
kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah
dari kursi ke tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat
penting dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya potensi
kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai salat satu upayanya
adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita
atau bertukar pikiran dan memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau
bertukar pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan
pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial juga, yang membutuhkan kehadiran
orang lain.
Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan bantuan orang lain,
memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia
pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis,
dimana membutuhkan seorang perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih lingkungannya,
termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan
klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya.
Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi pasien yang
dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa terbatas akibat ketidak
mampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi
perubahan psikis yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi,
perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkahl laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak dapat dilakukan
seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap serta
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui
tidak menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.
H. POHON MASALAH
Lansia
Perubahan Perubahan
Kejiwaan Perubahan Sosial
Fisik/Biologis
Sistem
Sistem Endokrin Sistem Muskulokeletal
Gastrointestinal
Produksi hampir
Kerja semua hormon↓ ↓kekuatan, Atrofi& Degenera
Kehilangan
otot rentang ↓jumla si sistem
gigi Misal : hormon tiroid
usus↓ gerak&kelentura h ekstrapira
dan hormon insulin n serabut mida/cide
MK : Sulit otot ra motor
Konstipa mengunyah
si Kelemahan
↑ penyakit MK : ↓masa Tremor
tiroid Ketidakstabilan otot
Selera otot
Kadar Glukosa
makan↓ ↓mobilitas fisik
darah
Kel.seks Kelemah Ber<nya
Asam mengecil fleksibilit
BB↓ an scr
lambung dan <berdandan, as postur
↓lubrikasi umum
↑ berhenti toileting, mandi tubuh
MK : Defisit berfungsi
Iritasi Nutrisi MK :
mukosa MK : Defisit Hambat MK :
Sistem
lambung Integumen Penurunan Sistem Reproduksi Perawatan Diri an Resiko
elastisitas Mobilta Jatuh
Kesulitan untuk s Fisik
Peradangan
Atrofi mukosa JaringanMK : Nyeri Wanita Pria
berhubungan
Kelenjarlambung lemak seks
keringat tidak ada
Berhentinya Pembesaran
Produksi Prostat
Keringat Ketebalan H.Esterogen
↓, kulit dermis&e
kering, pidermis
Genitalian Kesulitan
pruritus menghilan
interna&eksterna berkemih
g
mengalami atrofi
MK : Gg
Kulit tipis Gambaran Diri MK : Nyeri
Kehilangan
rentan sobek Akut
Elastisitas
Sistem Kardiovaskuler :
Sistem Respirasi :
Sistem Genitourinaria :
Sistem Gastrointestinal :
Sistem Endokrin :
Sistem Muskulokeletal :
Sistem Integumen :
2. Psikologis Sosial
3. Spiritual
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan kematian.
J. RENCANA KEPERAWATAN
1) Tujuan Perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik,
psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain.
Rasional menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot lambung dan usus.
4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi lemak kecukupan kalori :
laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal yang terdiri dari :
- Lemak 15-20%.
- Protein 20-25%.
- Menggunakan kacamata.
- Menemani bila bepergian.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC