Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN
MASALAH HIPERTENSI DI ASRAMA 1 PANTI WERDHA
KABUPATEN MOJOKERTO

Di Susun Oleh :

NADIYATUL CHOMARIYAH
202203097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2023
A. KONSEP TEORI LANSIA
Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho,
1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa
tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang menuntut
dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri
dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)
seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah
yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap
uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada
diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.
Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan
apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan
terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut
usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil
kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimal
trehadap diri dan orang lain.
Teori Proses Menua
Teori-teori Biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul –
molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
Teori Kejiwaan Sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
Permasalahan yang terjadi pada lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,
antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1. Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya
sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

Penyakit yang sering diderita Lansia


Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia

B. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari
sama dengan 90 mmHg Penyakit hipertensi dapat disebabkan oleh pola makan yang
buruk dan kurangnya aktivitas fisik (Rihiantoro & Widodo, 2018).
Hipertensi adalah salah satu penyakit degenerative yang menjadi salah satu
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Semakin bertambah usia dapat meningkatkan
resiko terjangkitnya penyakit hipertensi yang disebabkan oleh adanya perubahan alami
pada jantung, pembuluh darah dan hormon (Suryarinilsih, Fadriyanti, & Kemenkes
Padang, 2021).
Kesimpulan dari kedua definisi diatas, Hipertensi adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal, yang disebabkan oleh pola
makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, perubahan alami jantung, pembuluh darah
dan hormone.
C. ETIOLOGI
Penyebab Hipertensi menurut (Satalof, Robert, 2016), yaitu :
1. Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diketahui diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial, diantaranya :
a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi a. Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-
50 tahun dan wanita yang telah menopause beresiko tinggi mengalami
penyakit hipertensi.
b) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan konsumsi alkohol
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau
zat yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal, penyakit ini merupakan penyakit
utama prnyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan
dengan penyempitan satu atau lebiharteri besar, yang secara lanhgsung darah
ke ginjal.
c) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal mediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.
d) Kegemukan atau obesitas dan malas berolahraga.
e) Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
f) Peningkatan tekanan vaskuler
D. KLASIFIKASI
Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah “tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg”. Seseorang
yang dikatakan Hipertensi bila “tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg”. Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014)
tekanan darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya
adalah :
a) >150/90 mmHg : usia > 60 tahun tanpa penyakit diabetes dan cronic kidney
disease
b) > 140/90 mmHg : usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
c) >140/90 mmHg : usia >18 tahun dengan penyakit ginjal
d) >140/90 mmHg : usia > 18 tahun dengan penyakit diabetes

Klasifikasi hipertensi menurut (Farrar, 2015) yaitu :

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala hipertensi menurut (Farrar, 2015) dibagi menjadi :
1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan darah arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai yang
menyertai hipertensi melipuri nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
pasien ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa gejala pasien yang menderita hipertensi,
yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Kesadaran menurun
F. PATOFISIOLOGI
Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hidup dan obesitas.
Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh darah, perubahan struktur,
penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi dan gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi
di otak mengakibatkan resistensi pembuluh darah otak naik, siplai oksigen otak menurun
yang menyebabkan penderita mengalami nyeri kepala dan gangguan pola tidur.
Hipertensi menybabkan gangguan pada ginjal yang mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah, blood flow menurun, respon RAA, rangsang aldosterone, retensi Na,
edema yang menimbulkan masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Hipertensi
juga mengganggu system pembuluh darah yang mengakibatkan vasokontriksi, iskemik,
moikard yang mengakibatkan afterload meningkat yang dapay menimbilkan masalah
keperawatan penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas (Hariawan & Tatisina,
2020).
G. PATHWAY
Pathway menurut (Hariawan & Tatisina, 2020).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan peninjang menurut (Haryati, 2020) :
1. Elektrokardiogram Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiogram dapat
dideteksi dengan pemeriksaan ini, dapat juga menggambarkan apakah hipertensi
sudah berlangsung lama.
2. Pemeriksaan tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah dapat menggunakan digital
sphygmomanometer sesuai sop dan prosedur yang sudah ditentukan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
baik fisik, mental, sosial mau pun spiritual dapat ditentukan (Anggit, 2017).

Pengkajian (Satalof, Robert, 2016).

a) Aktivitas/ istirahat.
gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala ; riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner/ katup dan penyakit stroke.
Tanda : kenaikan tekanan darah, nadi denyutan jelas dan karotis, jugularis, radialis,
takikardi, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin pengisian kapiler
mungkin lambat.
c) Intergritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian,ansietas, faktor stress multiple.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghhela, peningkatan pola bicara
d) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal
Tanda ; jumlah dan frekuensi buang air kecil
e) Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang mencangkup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat iniserta riwayat penggunaan
obat diuretic.
Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f) Neurosensory
Gejala : keluhan pening/pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan.
Tanda : perubahan status mental, perubahan orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
piker, penurunan kekuatan genggaman tangan.
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina, sakit kepala
h) Pernafasan
Gejala : dyspnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, dyspnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan, sianosis
i) Keamanan : gangguan koordinasi/ cara berjalan hipotensi postural.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang tepat serta jelas mengenai
status kesehatan klien maupun resiko uang actual untuk pemilihan intervensi yang lebih
akurat (Dafriani, 2019).
Diagnosa Keperawatan menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018) yaitu :
a) Resiko penurunan curah jantung (D.00 11)
Definisi : beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Faktor resiko : perubahan afterload Kondisi klinis terkait : gagal jantung kongesif,
sindrom koroner akut, gangguan katup jantung, aritmia
b) Nyeri akut (D.0077)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab : agen cidera fisiologis
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
- Subjektif : mengeluh nyeri
- Objektif : tampak meringis, bersikap protektif

Kriteria minor :

- Subjektif : tidak ada


- Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri.

Kondisi klinis terkait : Kondisi pembedahan, Cidera traumatis, Infeksi, Sindrom


coroner akut, Glaucoma

c) Ansietas (D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi
Batasan karakteristik ;
Kriteria mayor :
- Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi.
- Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.

Kriteria minor :

- Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya.


- Objektif : frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata
buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.

Kondisi klinis terkait : Penyakit kronis progresif, Penyakit akut, Hospitalisasi,


Rencana oprasi, Kondisi diagnosis penyakit belum jelas, Penyakit neurologis, Tahap
tumbuh kembang

J. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan atau intrvensi merupakan bagian dari perencanaan setelah
tahap diagnose. Di tahap ini ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu bagaimana
menentukan prioritas permasalhan, menentukan tujuan dan kriterian hasil, serta
merumuskan intervensi dan aktifitas (Dafriani, 2019).
Rencana Kepetawatan menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) & (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018), yaitu :
a. Resiko penurunan curah jantung ditandai dengan afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung (L.02008)
- Tanda vital dalam rentang normal
- Nadi teraba kuat –
- Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana Tindakan : perawatan jantung (I.02075)

- Identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung


- Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, juka perlu - Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
- Kolaborasi pemberian antiritmia jika perlu
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : tingkat nyeri (L.08066)
- Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
- Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : manajemen nyeri (I.08238)

- Identifikasi lokasi, karakteristiknyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri


- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun.
Kriteria hasil : tingkat ansietas (L.09093)
- Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
- Pasien tampak tenang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : reduksi ansietas (I.09314)

- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah


- Gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
K. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan seorang perawat
untuk membantu seorang pasien terhadap masalah status kesehatan pasien yang dihadapi
dengan baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
L. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagimana rencana keperawatan
dilanjutkan atau dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggit, R. (2017). “Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan.”

Dafriani. (2019). Anatomi & Fisiologi untuk mahasiwa kesehatan. Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53).

Farrar, Z. (2015). Erratum:Perturbative QCD Calculation of Real And Virtual Comptom


Scattering, 42.

Hariawan, H., & Tatisina, C. M. (2020). Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Dan Senam
Hipertensi Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita Hipertensi. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Sasambo, 1(2), 75. https://doi.org/10.32807/jpms.v1i2.478

Haryati, S. (2020). Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Journal of Nursing Care & Biomolecular, 5(1), 49–55.

Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi di Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik,
13(2), 159. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924

Satalof, Robert, J. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta: EGC.

Suryarinilsih, Y., Fadriyanti, Y., & Kemenkes Padang, P. (2021). Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Celery Decoction Against Decrease Blood
Pressure of Hypertension Patients. Menara Ilmu, 15(2), 134–140. Retrieved from
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/2423

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). SDKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). SIKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). SLKI. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai