Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS FALETEHAN

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA

DENGAN MASALAH HIPERTENSI

YULIANINGSIH

5021031117

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

TAHUN 2021
A. Proses Penuaan
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Proses penuaan
sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain
sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang
tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap
orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam
hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya. Setelah
mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan
bertambahnya usia (Mubarak,et al, 2011).

B. Definisi Lansia
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan
kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia
kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
WHO (World Health Organization) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Secara umum perubahan fisik pada masa lanjut
usia adalah menurunnya fungsi pancaindra, minat dan fungsi organ seksual
dan kemampuan motorik (Pieter, 2010).

Menurut UU RI No.4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55
tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam
kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka
perencanaan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden
RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Fatimah, 2010).
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, serta perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 dalam
Fatimah, 2010).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjutusia (elderly) antara 60 - 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

C. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2007).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran


darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di
dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.
Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),


hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam
pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan.

D. Klasifikasi
1. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu :

Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis


Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Tigkat
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I (Ringan) 140-159 90-99
Tingkat II (Sedang) 160-179 100-109
Tingkat III (Berat) 180-209 110-119
Tingkat IV (Sangat berat) ≥ 210 ≥ 120

2. Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.

E. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M.,
2012) :
1) Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi esensial
atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang
diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit
utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan
dengan penyempitan.
c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral
yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada
hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H.,
2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160
mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
F. Tanda dan Gejala
Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., &
Kusuma H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala dan pusing
b) Lemas dan kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual dan Muntah
h) Kesadaran menurun

G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor pada medulla di otak. Bermula jarak saraf simpatis dari
pusat vasomotor ini, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan ke luar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik ini neuron
pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut dapat terjadi (Aspiani, 2016 ). Saat bersamaan di mana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Brunner & Suddarth dalam Padila, 2013). Menurut Price
& Wilson dalam Setyawan (2014) nyeri kepala pada klien hipertensi
disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi pada seluruh
pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam 31 arteri-arteri kecil dan arteriola
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah
menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Jaringan yang terganggu akan
terjadi penurunan O2 (oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida)
kemudian terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam
laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak. Menurut Kowalak,
Welsh, dan Mayer (2012 : 180) tekanan darah arteri merupakan produk total
atau hasil dari resistensi perifer dan curah jantung. Curah jantung meningkat
karena keadaan yang meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau
keduanya. Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang
meningkatkan viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen
pembuluh darah, khususnya pembuluh arteriol yang mengakibatkan restriksi
aliran darah ke organ organ penting dan dapat terjadi kerusakan. Hal tersebut
mengakibatkan spasme pada pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2
(oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepala atau distensi dari struktur di
kepala atau leher. Nyeri kepala pada hipertensi berhubungan dengan
peningkatan volume darah serebral yang terjadi karena adanya peningkatan
daya kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada pembuluh darah di otak yang menekan serabut
saraf di otak sehingga menyebabkan nyeri kepala.
H. Pathway

Faktor Predisposisi
(Usia,Jenis Kelamin,Gaya
Hidup,Obesitas)

Peningkatan Volume Intravaskular

HIPERTENSI

Perubahan status
kesehatan
Peningkatan resistensi terhadap pemompaan
darah ventrikel
Kurang terpapar
informasi kesehatan
Peningkatan beban
kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Defisit Kerusakan vaskular


Pengetahuan

Koroner

Penurunan suplai O2 ke koroner

Iskemik miokard

Nyeri dada

Intoleransi Aktivitas
Nyeri Akut
I. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
3) Edukasi Psikologis
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.

A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Idenitas Pasien
b. Status Kesehatan Saat Ini.
Keluhan – keluhan kesehatan utama ( sekarang ) : PQRST
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Tinjauan Sistem ( jelaskan tentang kondisi system – system dibawah ini
yang terdapat pada klien )
 Keadaan umum  Sistem pernafasan
 Integumen  Sistem kardiovaskuler
 Sistem hemopoeitik  Sistem gastrointestinal
 Kepala  Sistem perkemihan
 Mata  Sistem genitoreproduksi
 Telinga (pria /wanita)
 Mulut dan tenggorokan  Sistem muskulskeletal
 Leher
 Payudara

f. Pengkajian psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada
orang lain, harapan –harapan klien dalam melakukan sosialisasi ,kepuasan
klien dalam sosialisasi, dan lain-lain

g. Spiritual :
Kaji agama ,kegiatan keagamaan, konsep /keyakinan klien tentang
kematian, harapan –harapan klien ,dan lain-lain

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Faktor Predisposisi Nyeri Akut
 Mengeluh nyeri (Usia,Jenis Kelamin,Gaya
Hidup,Obesitas)

Do :
 Wajah tampak Peningkatan Volume Intravaskular
meringis
 Gelisah Hipertensi
 Bersikap protektif
 Nadi meningkat
 Sulit tidur Peningkatan resistensi terhadap
pemompaan darah ventrikel
 TD meningkat

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular

Koroner

Penurunan suplai O2 ke koroner

Iskemik miokard

Nyeri dada

Nyeri Akut
Ds : Faktor Predisposisi Intoleransi
(Usia,Jenis Kelamin,Gaya
 Mengeluh lelah Hidup,Obesitas) aktivitas
 Dipsnea
 Merasa tidak Peningkatan Volume Intravaskular
nyaman
Do :
Hipertensi
 TD meningkat
 Sianosis
Peningkatan resistensi terhadap
pemompaan darah ventrikel

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular

Koroner

Penurunan suplai O2 ke koroner

Iskemik miokard

Nyeri dada

Intoleransi Aktivitas
DS : Faktor Predisposisi Defisit
(Usia,Jenis Kelamin,Gaya
 Menanyakan pengetahuan
Hidup,Obesitas)
maslaah yang
dihadapi
DO : Peningkatan Volume Intravaskular
 Menunjukan
prilaku yang tidak Hipertensi
sesuai anjuran
 Menunjukan
persepsi yang Perubahan status kesehatan
keliru terhadap
masalah Kurang terpapar informasi kesehatan

Defisit Pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan Vaskular
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Defisit pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif

4. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Aktivitas (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri Observasi
peningkatan tekanan keperawatan selama 3x24 jam,  Identifikasi kualitas nyeri
Vaskular, dibuktikan dengan : maka didapatkan “Tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri
DS : menurun”, dengan kriteria hasil :  Identifikasi rrespon nyeri non verbal
 Mengeluh nyeri  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi faktor yang memperberat
Do :  Meringis menurun dan memperingan nyeri
 Wajah tampak meringis  Gelisah menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
 Gelisah
 Bersikap protektif  Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
 Nadi meningkat  Nadi membaik Terapeutik
 Sulit tidur
 TD membaik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 TD meningkat
mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemerian analgetik
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam,  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kelemahan umum, dibuktikan maka didapatkan “toleransi yang mengakibatkan kelelahan
dengan : aktivitas meningkat”, dengan  Monitor pola dan jam tidur
Ds : kriteria hasil :  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 Mengeluh lelah
 Nadi meningkat selama melakukan aktifitas
 Dipsnea
 Merasa tidak nyaman  Kemudahan dalam melakukan Terapeutik
Do :
aktifitas meningkat  Sediakan lingkungan nyaman dan
 TD meningkat
 Sianosis  Keluhan lelah menurun rendah stimulus
 Perassaan lemah menurun  Berikan aktifitas distraksi yang
 TD membaik menyenangkan
 Frekuensi napas membaik Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
 Anjarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Edukasi kesehatan Observasi
berhubungnya dengan kurang keperawatan selama 3x24 jam,  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
informasi atau keterbatasan maka didapatkan “tingkat menerima informasi
kognitif, dibuktikan dengan : pengetahuan meningkat”, dengan  Identifikasi
DS : kriteria hasil : Terapeutik
 Menanyakan maslaah
 Prilaku sesuai anjuran  Sediakan materi dan media pendidikan
yang dihadapi
DO : meningkat kesehatan
 Menunjukan prilaku yang
 Kemampuan menjelaskan  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
tidak sesuai anjuran
 Menunjukan persepsi pengetahuan tentang suatu kesepakatan
yang keliru terhadap topik meningkat  Berikan kesempatan untuk bertanya
masalah
 Kemampuan menggambarkan Edukasi
pengalaman meningkat  Jelaskan faktor risiko yang dapat
 Perilaku sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan meningkat  Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
 Persepsi yang keliru terhadap
maslah menurun
 Perilaku membaik

\
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta :


DIVA Press (Anggota IKAPI).
Hartanti, Rita Dwi., Wardana, Desnanda Pandu., Fajar, Rifqi Ari. (2016). Terapi
Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), 9 (1).
Herdman, H. T. & Shigemi Kamitsuru. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (B.A. Keliat, H. D. Windarwati, A.
Pawirowiyono, & M. A. Subu, Trans). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai