Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSTIK LABORATORIUM PADA DIABETES MELLITUS

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia, yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Penyakit ini bersifat menahun dan menimbulkan berbagai komplikasi, baik akut
maupun kronis, mengenai hampir seluruh organ, menimbulkan gangguan fungsi, kerusakan
dan bahkan kegagalan organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Diabetes menjadi masalah di seluruh dunia, karena komplikasi yang ditimbulkan
menyebabkan kesakitan, kematian, dan beban ekonomi yang tinggi untuk pengobatan dan
pemeliharaannya. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka kejadian DM di berbagai penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia WHO
memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien DM tipe 2 yang cukup besar pada tahun-
tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat gangguan pada sekresi (pengeluaran) hormon insulin oleh sel beta
pankreas, kerja insulin, atau keduanya.
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar glukosa (gula) darah
melebihi batas normal.
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS (DM)
Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas dalam memproduksi
hormon insulin, akibatnya produksi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk membantu
mengubah glukosa (gula) dalam darah menjadi energi. DM tipe 1 dapat terjadi pada
semua umur, tetapi umumnya dijumpai pada anak dan dewasa muda. Penderita
diabetes tipe ini membutuhkan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula dalam
darahnya.
2. Diabetes Melitus tipe 2
DM tipe 2 umumnya disebabkan oleh tidak cukup dan tidak efektifnya kerja insulin.
Insulin tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga kadar gula dalam darah terus
meningkat. Akibatnya pankreas melepaskan insulin lebih banyak lagi. Insulin
diproduksi banyak, tetapi kerjanya tidak maksimal. Inilah yang disebut dengan
resistensi insulin. Pada beberapa penderita DM tipe 2, hal ini lama kelamaan

1
mengakibatkan pankreas menjadi lelah, sehingga insulin yang dikeluarkan menjadi
berkurang. Akibatnya kadar gula dalam darah menjadi meningkat. DM tipe 2
merupakan diabetes yang paling banyak dijumpai, sekitar 90% dari seluruh kasus
diabetes. Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Namun kemudian terjadi
peningkatan kasus pada anak-anak, remaja dan dewasa muda akibat meningkatnya
obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk.
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana
sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes.
4. Diabetes tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain
Diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan, kelainan genetik
dan penyakit lain.

FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS TIPE 2


Faktor resiko DM tipe 2 dibedakan menjadi:
A. Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi:
 Ras dan etnik
 Riwayat keluarga dengan DM tipe 2
 Umur : Usia > 40 tahun harus dilakukan skrining DM tipe 2
 Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan (BB) lahir > 4 kg atau
riwayat pernah menderita DM gestasional
 Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai resiko DM yang lebih tinggi dimasa
dewasa dibanding dengan bayi yang lahir dengan BB normal.
B. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi
 Kelebihan Berat badan (IMT/indeks masa tubuh ≥ 23 kg/m2)
 Kurangnya aktivitas fisik
 Hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg)
 Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan/atau trigliserida > 250 mg/dL)
 Diet tak sehat. Diet dengan tinggi glukosa dan rendah serat akan
meningkatkan resiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan DM
tipe 2
C. Faktor lain yang terkait resiko DM tipe 2
 Pasien sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu dan gula darah puasa terganggu sebelumnya
 Pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular seperti stroke dan
penyakit jantung koroner
DIAGNOSIS DIABETES MELITUS TIPE 2
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan
apabila terdapat keluhan seperti:

2
 Keluhan klasik DM : poliuria (banyak buang air kecil), polidipsia (banyak
minum, sering merasa haus), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus (gatal) vulva pada wanita.
Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis DM dilakukan dengan pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa dan 2 jam pp (post prandial/setelah
makan), serta kadar hemoglobin glikat (HbA1c).
Dahulu pemeriksaan kadar glukosa urin sering dilakukan tetapi kini tidak dipakai lagi untuk
diagnosis karena tidak sensitif, hasil akan positif setelah kadar glukosa melewati batas nilai
ambang ginjal untuk glukosa, yaitu sekitar ≥ 180 mg/dL, bervariasi antar individu.
Pemeriksaan glukosa urin masih dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan urin rutin,
skrining awal, atau pemantauan pasien DM berat dimana kadar glukosa darah lebih tinggi
dari 200 mg/dL. Kelebihannya adalah pemeriksaannya sederhana, murah, cepat dan tidak
invasif. Sehingga terjadi salah persepsi, karena DM dinamakan penyakit “kencing manis”,
bukan “darah manis”.
Kriteria diagnosis Diabetes Melitus adalah:

 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori selama 8-12 jam (mulai malam hari), boleh minum air putih. Atau
 Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. Atau
 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik atau krisis
hiperglikemia. Atau
 Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteris normal ataupun kriteria DM, maka akan
digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT)
dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100 - 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140
mg/dL.
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam
setelah TTGO antara 140 - 199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <100 mg/dL.
 Bersama sama didapatkan GDPT dan TGT
 diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7 - 6,4%

3
Berikut kadar hasil pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis diabetes dan prediabetes.
HbA1c (%) Glukosa darah puasa Glukosa plasma 2 jam
(mg/dl) setelah TTGO mg/dl)

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200

Pre-diabetes 5,7 – 6,4 100 - 125 140 - 199

Normal < 5,7 70 - 99 70 - 139

PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2


Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup. Berbagai bukti yang
kuat menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dapat mencegah DM tipe 2. Perubahan
gaya hidup yang dianjurkan untuk individu resiko tinggi DM tipe 2 dan intoleransi glukosa
adalah :
A. Pengaturan pola makan

 Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal


 Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang
sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan
 Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut
B. Meningkatkan aktivitas fisik dan latihan jasmani

 Latihan jasmani yang dianjurkan :


o Latihan dikerjakan minimal selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik
sedang atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat
o Latihan jasmani dibagi menjadi 3 - 4 kali aktivas/minggu

C. Menghentikan kebiasaan merokok


D. Pada kelompok dengan resiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis (obat-obatan).

Anda mungkin juga menyukai