Anda di halaman 1dari 18

Modul

Dietetik Penyakit Tidak Menular

Topik 1
Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus

PENDAHULUAN

Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar


glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu
tanda khas penyakit diaetes mellitus (DM). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM. Diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi DM berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk semua umur 1,5%. Prevalensi tertinggi pada
umur 55-64 tahun yaitu 6,29%. Jika ditinjau dari jenis kelamin, prevalensi DM
tertinggi pada perempuan uaitu 1,78% dan laki-laki 1,21%. Prevalensi DM
berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada penduduk umur ≥15 tahun
sekitar 10,9%. Tertinggi pada usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun yaitu masing-
masing 19,6%. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi DM pada laki-laki sekitar
9% dan perempuan 12,7%.
DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup.
Jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit
penyulit yang kronis berupa munculnya penyakit serebrovarkular, penyakit
jantung coroner, penyakit pembuluh darah tungkai, pengakit penyulit pada mata,
ginjal, dan syaraf.
Pengelolaan penyakit DM memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli
gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peranan
yang penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan
pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan
penatalaksanaan DM.
Untuk itu, seorang ahli gizi perlu memahami tentang penyakit DM agar
dapat melakukan asuhan gizi pada penyakit DM sesuai dengan langkah-langkah
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Pada topik ini, Anda akan mempelajari
tentang pengertian, etiologi, dan patofisiologi, serta penatalaksanaan penyakit
DM.

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 6


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

A.
B.
TUJUAN PEMBELAJARAN
C.

Setelah mempelajari Topik 1, Anda diharapkan mampu:


1. Mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi pada penyakit DM
2. Mengetahui penatalaksanaan terapi penyakit DM
3. Melakukan asuhan gizi terstandar pada pasien penyakit DM sesuai
dengan langkah-langkah PAGT

URAIAN MATERI

Definisi, Klasifikasi, dan Etiologi


DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medik berupa
peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia
merupakan salah satu tanda khas penyakit diaetes mellitus (DM).

American Diabetes Association (ADA) tahun 2013 mengklasifikasikan DM


menjadi empat. Etiologi terjadinya penyakit DM didasari klasifikasi atau tipe
penyakit DM itu sendiri. Berikut ini etiologi dan klasifikasi penyakit DM:
1. Diabetes tipe 1, dikenal juga dengan istilah diabetes tipe dependen
insulin. DM tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel β pankreas dan
mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Gangguan sel bete pankreas
akan mengganggu produksi insulin, mencegah metabolisme makanan
yang normal. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat dan sel-sel tidak
dapat menggunakan glukosa untuk energi, akhirnya, glukosa dikeluarkan
dalam urin. DM tipe 1 dibagi dalam 2 subtipe, yaitu autoimun (akibat
autoimun dengan kerusakan sel-sel beta) dan idiopatik (tanpa bukti
adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya).
2. Diabetes tipe 2, dikenal juga dengan istilah diabetes tipe nondependen
insulin. DM tipe 2 disebabkan karena penurunan sekresi insulin secara
progresif yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin.
3. Diabetes gestasional adalah DM yang ditemukan selama kehamilan.
4. Diabetes tipe khusus, disebabkan oleh faktor lain, seperti cacat genetik
dalam fungsi sel β, cacat genetik dalam kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas (seperti sistik fibrosis), dan induksi obat-obatan atau bahan
kimia (seperti pengobatan HIV/AIDS atau pengobatan setelah
transplantasi organ).
Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler
dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 7


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.


Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria diagnosa DM antara lain:


1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik,
atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa
plasma 2-jam <140 mg/dl;
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma
2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa
<100 mg/dl
3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

Tabel 1. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosa Diabetes


dan Prediabetes

Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam


HbA1c (%)
puasa (mg/dL) setelah TTGO (mg/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal < 5,7 < 100 < 140

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang melekat pada seseorang yang juga dapat
erperan dalam meningkat risiko terkena penyakit DM tipe 2. Faktor risiko tersebut
antara lain:
1. Usia ≥ 45 tahun
2. Riwayat anggota keluarga yang menderita DM
3. Adanya obesitas
4. Riwayat gangguan toleransi glukosa
Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 8
Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

5. Memiliki kadar HDL ≤ 35 mg/dl


6. Memiliki kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl
7. Riwayat DM gestasional
8. Riwayat penyakit hipertensi
Patogenesis
Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta
pancreas untuk sekresi insulin merupakan kelainan dasar yang terjadi pada
penyakit DM tipe 2. Selain otot, liver, dan sel beta pancreas, ada beberapa organ
yang berkontribusi terhadap terjadinya ganggguan toleransi glukosa pada DM
tipe 2. Secara garis besar petogenesis DM tipe 2 disebabkan oleh beberapa hal
berikut:
1. Kegagalan sel beta pancreas
Sel beta pankreas yang sangat berkurang fungsinya.
2. Liver
Pada penderita DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh
liver meningkat
3. Otot
Pada penderita DM tipe 2 didapatkan gangguan kinerja insulin akibat
ganguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport glukosa
dalam sel otot, penurunan sistensis glikogen, dan penurunan oksidasi
glukosa.
4. Jaringan Lemak
Jaringan lemak memiliki peranan dalam meningkatkan lipolisis dan kadar
asam lemak bebas dalam plasma. Peningkatan asam lemak bebas akan
merangsang proses gluconeogenesis yang berdampak pada terjadinya
resistensi insulin di liver dan otot. Disamping itu asam lemak bebas juga
akan mengganggu sekresi insulin (lipotoksositas)
5. Gastrointestinal
Gastrointestinal terjadi defisiensi incretin. Saluran pencernaan juga
memiliki peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja enzim alfa-
glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang
kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah
setelah makan.
6. Sel alpha pancreas berfungsi untuk sistensis glukagon. Dalam keadaan
puasa hormon glukagon kadarnya meningkat dalam plasma
(hiperglukagonemia).
7. Ginjal dengan meningkatnya absorpsi glukosa
8. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
obes baik yang DM maupun non-DM didapatkan hiperinsulinemia yang
merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada
golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi
insulin yang juga terjadi di otak.

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 9


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
paisen diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
Penatalaksanaan DM meliputi 5 pilar yaitu edukasi, perencanaan makan
atau diet, aktivitas fisik, obat dan atau insulin, serta pemantauan glukosa secara
mandiri. Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
(terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat
anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi.
Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya:
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau tersier.
Berikut ini penatalaksanaan DM:
1. Asuhan Gizi
Merujuk pada Perkeni (2015), penyebutan istilah asuhan gizi pada penyakit
DM menggunakan intilah terapi nutrisi medic karena melibatkan secara
menyeluruh anggota tim medis (dokter, agli gizi, perawat, petugas kesehatan
yang lain, pasien dan keluarganya). Pada topik ini Anda akan mempelajari
asuhan gizi terstandar pada pasien DM sesuai dengan 4 langkah PAGT
yaitu asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi.
a. Asesmen Gizi
Tujuan dari asesmen gizi adalah mengidentifikasi masalah gizi, faktor
penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara
sistematis. Berikut ini kompunen data asesmen gizi:
✓ Riwayat terkait Gizi dan Makanan (FH)
Data riwayat terkait gizi dan makanan yang dikumpulkan dari pasien
DM meliputi:
Parameter Keterangan
FH.1.1 Asupan energi Meliputi jenis, jumlah,
FH.1.2 Asupan makanan & minuman pola, dan variasi
FH.1.3 Asupan enteral & parenteral makanan
FH.1.4 Asupan substansi bioaktif
FH.1.5 Asupan zat gizi makro Meliputi asupan lemak
dan kolesterol, asupan
protein, karbohidrat,
dan serat/
Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 10
Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Parameter Keterangan
FH.1.6 Asupan zat gizi mikroMeliputi vitamin dan mineral
FH.2.1 Riwayat diet Meliputi makanan dan minuman
yang biasa dikonsumsi, riwayat
gizi dahulu
FH.3.1 Suplemen obat dan Obat yang dikonsumsi saat ini,
jamu baik obat yang diresepkan
maupun obat bebas
Obat alternative berkaitan gizi
FH.4.1 Pengetahuan Ukur tingkat pengetahuan pasien
makanan dan zat gizi terkait makanan dan zat gizi
FH.4.2 Perilaku dan Menggali nilai-nilai pribadi pasien
kepercayaan atau keluarga, motivasi,
kecemasan, kesiapa merubah
perilaku terkait gizi, kesukaan
makanan
FH.5.1 Kepatuhan Kepatuhan menjalankan diet,
kunjungan ke dietisien,
monitoring secara mandiri
FH.5.2 Perilaku Perilaku menolak atau
menolak/menghindari menghindari makanan
makanan
FH.5.4 Perilaku makan Lama makan, perilaku menerima
makanan terbatas, keinginan
untuk mencoba makanan baru
FH.6.4 Ketersediaan suplai Akses suplai terkait makanan
terkait makanan dan dan sat gizi
gizi
FH.7.3 Aktivitas fisik Kumpulkan riwayat aktivitas fisik,
jenis dan frekuensi aktifitas fisik
yang dilakukan, konsistensi dan
durasi melakukan aktivitas fisik,
berapa lama menghabiskan
waktu menonton TV,

✓ Antropometri (AD)
Data antropometri yang dikumpulkan adalah komposisi/pertumbuhan
tubuh (AD.1.1). kumpulkan data tinggi badan, berat badan saat ini,
berat badan biasanya, perubahan berat badan, hitung IMT yang
merupakan indikator gizi yang dapat digunkanan untuk identifikasi
masalah gizi area domain klinis pada pasien DM. data IMT
merupakan salah satu parameter yang menjadi sasaran
pengendalian DM yang ditetapkan Perkeni.

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 11


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

✓ Data Biokimia (BD)


Parameter Keterangan
BD.1.5. Profil ✓ Kadar glukosa darah sewaktu
glukosa/endokrin ✓ Kadar glukosa darah puasa
✓ HbA1C
✓ Preprandial glukosa plasma
kapiler
✓ Postprandial glukosa plasma
kapiler
✓ Test toleransi glukosa
BD.1.7 Profil lemak/lipid ✓ Kadar kolesterol total
✓ Kadar kolesterol HDL
✓ Kadar kolesterol LDL
✓ Kadar trigliserida

✓ Pemeriksaan Fisik Klinis terkait Gizi (PD)


Data fisik klinis merupakan karakteristik yang memberikan gambaran
secara klinis tentang masalah gizi pada pasien DM. data fisik klinis
yang seringkali dikumpulkan adalah
a) Penampilan keseluruhan, seperti kurus, adanya edema
b) Sistem jantung-paru
c) Ekstremitas, otot, dan tulang, seperti ukuran baju berubah, lemak
subkutan menurun/meningkat
d) Sistem pencernaan, seperti nafas bau keto, sakit/susah menelan,
gigi hilang, nafsu makan menurun, asistes, bibir kering/pecah,
konstipasi, mual, muntah
e) Mata dan kepala, seperti sakit kepala, conjungtiva anemis
f) Tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nasi, pernapasan dan
suhu

✓ Riwayat Klien (CH)


Parameter Keterangan
CH.1.1 Riwayat/Data personal ✓ Umur
✓ Jenis kelamin
✓ Suku/etnis
✓ Bahasa
✓ Kemampuan membaca
✓ Peran dalam keluarga
✓ Penggunaan rokok
✓ Keterbatasan fisik
CH.2.1 Riwayat ✓ Keluhan penyakit
medis/kesehatan terkait ✓ Keluhan pasien terkait gizi
gizi pasien atau keluarga
CH.2.2 Perawatan/terapi ✓ Pengobatan medis
/pengobatan ✓ Pengobatan alternative

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 12


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Parameter Keterangan
CH.3.1 Riwayat sosial ✓ Situasi rumah
✓ Dukungan sosial dan
kesehatan
✓ Pekerjaan
✓ Agama
✓ Keterlibatan pasien DM
dalam kelompok sosial

Langkah selanjutnya dalam asesmen gizi setelah dilakukan


pengumpulan data adalah interpretasi data. Interpretasi data yaitu
membandingkan data yang telah dikumpulkan terhadap kriteria atau
standar pembanding.
Standar Pembanding (CS)
Standar pembanding dibutuhkan saat akan melakukan interpretasi
data pada langkah asesmen. Berikut ini standar pembanding yang
dibutuhkan:
1) CS.1.1 Estimasi kebutuhan energi
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah energi yang
dibutuhkan bagi pasien DM, antara lain kebutuhan energi basal 25-30
kkal/kg BB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas
fisik, berat badan, dan lain-lain.
a) Jenis Kelamin
Kebutuhan energi basal untuk perempuan sebesar 25 kkal/kg BB
ideal, sedangkan laki-laki sebesar 30 kkal/kg BB ideal.
b) Umur
✓ Pasien usia > 40 tahun, kebutuhan energi dikurangi 5% untuk
setiap dekade antara 40 – 59 tahun
✓ Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurang 10%.
✓ Pasien usia > 70 tahun, dikurangi 20%
c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
✓ Kebutuhan energi dapat ditambah sesuai dengan intensitas
aktivitas fisik
✓ Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan
pada keadaan istirahat.
✓ Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas
ringan (pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga)
✓ Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang (pegawai
industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang)
✓ Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat (petani,
buruh, atlet, militer dalam keadaan latihan)
✓ Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat
(tukang becak, tukang gali).

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 13


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

d) Stress Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress metabolic
(sepsis, operasi, trauma)
e) Berat Badan
✓ Pasien DM yang gemuk, kebutuhan energi dikurangi sekitar
20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
✓ Pasien DM kurus, kebutuhan energi ditambah sekitar 20-30%
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan berat badan.
2) CS.2.1 Estimasi kebutuhan zat gizi makro
a) Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% dari kebutuhan energi
total
b) Lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan energi total
c) Protein dianjurkan sebesar 10-20% dari kebutuhan energi total
3) CS.5.1 Rekomendasi berta badan/IMT
Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca
yang dimodifikasi.

BBI = 90% x (TB dalam cm -100) x 1 kg

Bagi pria dengan ringgi badan <160 cm dan wanita <150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi:

BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

Selain berat badan, status gizi juga akan memengaruhi jumlah


kebutuhan energi pada pasien DM. Status gizi pasien DM bisa
menggunakan indikator IMT. Berikut ini standar pembanding IMT
Menurut WHO (2006):
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurus (underweight) < 18,5
• Kurus berat < 16,0
• Kurus sedang 16,0 – 16,9
• Kurus ringan 17,0 - < 18,5
Normal 18,5 – 24,9
Gemuk (overweight) 25 – 29,9
Obesitas kelas 1 30,0 – 34,9
Obesitas kelas 2 35 – 39,9
Obesitas kelas 3 ≥ 40,0

Klasifikasi IMT setiap wilayah berbeda bergantung pada berbagai


faktor. Untuk itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan
perlu mengadopsi klasifikasi IMT. Klasifikasi IMT yang diadopsi
adalah klasifikasi standar WHO yang dimodifikasi. Berikut ini
klasifikasi IMT menurut Kementerian Kesehatan (2014):

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 14


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Kategori Klasifikasi IMT (kg/m2)


Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17, 0 - <18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0

b. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis giz sangat
spesifik dan bersifat sementara sesuai dengan respon pasien.
Pernyataan diagnosis gizi berdasarkan PAGT selalu menggunakan format
problem-Etiologi-Sign atau Symptom (PES) dengan termininology (istilah)
yang sudah ditetapkan. Masalah gizi yang ditemukan pada pasien DM
dapat terjadi pada domain asupan, klinis dan perilaku. Anda dapat
mempelajari masalah gizi berikut ini pada masing-masing domain,
termasuk menelusuri etiologi yang tepat serta menentukan parameter
Sign atau Symptom yang sesuai sebagai bukti adanya masalah gizi pada
kasus yang ditangani.
Berikut ini masalah gizi yang dapat dialami pada pasien DM:
Doman Masalah Gizi
NI-1.2 Kekurangan intake eneri
NI-1.3 Kelebihan intake energi
NI-2.2 Kelebihan intake oral
NI-3.1 Kekurangan intake cairan
NI-5.6.2 Kelebihan intake lemak
Asupan
NI-5.7.2 Kelebihan intake protein
NI-5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat
NI-5.8.2 Kelebihan intake karbohidrat
NI-5.8.4 Intake karbohidrat tidak konsisten
NI-5.8.5 Kekurangan intake serat
NC-1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
khusus
NC-2.3 Interaksi obat dan makanan
Klinis
NC-3.1 Berat badan kurang/underweight
NC-3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
NC-3.3 Overweight/obesitas
NC-3.4 Kenaikan berat badan yang tidak diharapkan
NB-1.1 Pengetahuan kurang terkait makanan & zat gizi
NB-1.3 Belum siap untuk diet.merubah perilaku
NB-1.5 Gangguan pola makan
NB-1.7 Pemilihan makana yang salah
Perilaku
NB-2.1 Aktivitas fisik kurang
NB-2.3 Ketidakmampuan mengatur diri sendiri
NB-2.4 Ketidakmampuan menyiapkan makanan
terganggu

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 15


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

c. Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan
individu. Intervensi gizi terdari dari dua komponen, yaitu perencanaan dan
implementasi.

1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, ahi gizi menetapkan tujuan diet pada
intervensi gizi yang akan dilakukan. Tujuan diet untuk pasien DM
adalah:
✓ Mempertahankan kadar glukosa darah hingga mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat
penurun glukosa oral, dan aktivitas fisik.
✓ Mempertahankan kadar lipid serum normal
✓ Mempertahankan atau mencapai berat badan normal
✓ Menghindari atau menangani komplikasi akut seperti hipoglikemia
✓ Meningkatkan derajat kesehatan secara menyeluruh melalui asupan
gizi yang optimal
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka perlu ditetapkan strategi
intervensi gizi. Prinsip pengaturan makan pada penderita DM tidak
berbeda dengan prinsip pengaturan makan pada orang sehat. Istilah
yang sering digunakan adalah “prinsipp tepat 3 J” yaitu tepat jumlah
energi dan zat gizi, tepat jenis bahan makanan dan atau makanan,
serta tepat jadwal makan.
Berikut ini syarat diet DM tipe 2 yang harus dipenuhi dalam strategi
intervensi:
a) Energi diberikan sesuai kebutuhan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
b) Protein dianjurkan 10 – 20% dari kebutuhan energi total.
✓ Pada pasien dengan nefropati diabetik, asupan protein 0,8 g/kg
BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi total. 65%
diantaranya protein bernilai biologic tinggi
✓ Pasien yang sudah menjalani hemodialysis, asupan protein 1 –
1,2 g/kg BB perhari.
c) Lemak diberikan sekitar 20 – 25% dari kebutuhan energi total.
✓ Lemak jenuh < 7% kebutuhan energi total
✓ Lemak tidak jenuh ganda < 10% dari kebutuhan energi total
✓ Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
✓ Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari
✓ Apabila peningkatan LDL merupakan masalah gizi utama, diet
dianjurkan mengikuti diet dislipidemia tahap II dengan anjuran
lemak jenuh <7% dari kebutuhan energi total, dan kandungan
kolesterol 200 mg/hari.

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 16


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

✓ Jika masalah gizi utama adalah peningkatan trigliserida dan


VLDL, maka dianjurkan asupan lemak tidak jenih tunggal 20%,
asupan karbohidrat lebih rendah, dan melakukan aktivitas fisik.
d) Karbohidrat dianjurkan 45 – 65% dari kebutuhan energi total.
✓ Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan
✓ Glukosa dalam bumbu diperbolehkan
✓ Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% dari kebutuhan energi total
✓ Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa,
asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
e) Serat dianjurkan 20 – 35 g/hari yang berasal dari berbagai sumber
bahan makanan.
f) Anjuran asupan natrium <2300 mg/hari. Pasien DM yang disertai
hipertensi, perlu dilakukan pengurangan natrium.
g) Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan.
h) Dianjurkan makan 3 kali sehari dan bila perlu diberikan selingan
seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan
energi sehari
Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk pasien DM perlu menjadi
perhatian dalam perencanaan menu untuk kasus. Bahan makanan
yang dianjurkan meliputi:
a) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentangm
singkong, ubi, dan sagu.
b) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas, yaitu bentuk makanan yang
mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
Sedangkan jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan sehingga
harus dibatasi konsumsinya atau bahkan dihindari adalah:
a) Makanan yang mengandung banyak gula sederhana, seperti gula
pasir, gula jawa, sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan
dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es krim,
kue-kue manis, dodol, cake.
b) Makanan yang mengandung banyak lemak seperti cake, makanan
siap saji, goreng-gorengan.
c) Makanan yang mengandung natrium tinggi, seperti ikan asin, telur
asin, makanan yang diawetkan.
2) Implementasi
Implementasi dari intervensi gizi pada topik ini adalah menyusun menu
untuk kasus DM tipe 2 merujuk pada strategi intervensi yang sudah
ditetapkan. Kebutuhan energi dan gizi didistribusikan ke waktu makan
pasien dibagi dalam 3 porsi besar untuk akan pagi (20%), siang (30%),
dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya.

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 17


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Selanjutnya Anda melakukan analisis kandungan gizi dari menu atau


hidangan dengan menggunakan software nutrysurvey atau daftar
bahan makanan penukar atau tabel komposisi zat gizi pangan
Indonesia.
d) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evalyasu bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan
pasien dan apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil
asuhan gizi seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku dan
atau status gizi yang lebih baik. indikator yang dimonitor sama dengan
indikator pada asesmen gizi, kecuali riyawat personal.
Data spesifik yang ditetapkan sebagai indikator monitoring dan evaluasi
pada pasien DM adalah:
1) Asupan makanan, yang meliputi asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat
2) Antropometri, meliputi status gizi
3) Fisik/klinis, meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, nafsu
makan
4) Biokimia, meliputi kadar glukosa darah, kadar kolesterol total,
kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan kadar trigliserida.
Perkeni (2015) dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2
menetapkan sasaran atau target pengendalian DM yang dapat menjadi
acuan kriteria keberhasilan pengendalian DM, sebagai berikut:

Parameter Sasaran (Target)


IMT (kg/m2) 18,5 - < 23
Tekanan darah sistolik (mmHg) <140
Tekanan darah diastolik (mmHg) <90
Glukosa darah preprandial kapiler 80 – 130
(mg/dl)
Glukosa darah 1-2 jam PP kapiler <180
(mg/dl)
HbA1C (%) <7
Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 (<70 jika risiko
kardiovaskular sangat tinggi
Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki >40, perempuan >50
Trigliserida (mg/dl) <150

Masing-masing parameter atau indikator yang telah dimonitor kemudian


dievaluasi. Data yang telah dimonitor kemudian dibandingkan dengan
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan
selanjutnya. Berikut ini matriks monitoring dan evaluasi asuhan gizi pada
pasien DM:

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 18


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

Indikator/
Parameter
Evaluasi Pelaksanaan Target
yang
dimonitor
Asupan Membandingkan Setiap hari Kebutuhan energi,
asupan oral protein, lemak,
(energi, protein, karbohidrat
lemak, karbohidrat)
dengan kebutuhan
Biokimia Membandingkan Setiap bulan ✓ Kadar glukosa
hasil pemeriksaan atau darah puasa 80 –
kadar glukosa darh tergantung 130 mg/dl
puasa, kadar indikasi ✓ Kadar glukosa
glukosa daraj 2 jam medis darah 2 jam PP <
PP, kadar glukosa 180 mg/dl
darah sewaktu ✓ Kadar glukosa
dengan standar darah sewaktu <
normal 200 mg/dl

Indikator/
Parameter
Evaluasi Pelaksanaan Target
yang
dimonitor
Antropometri Membandingkan 1 minggu IMT: 18,5 - < 23
berat badan kg/m2
dengan berat
badan idel
Membandingkan
status gizi dengan
standar normal

Fisik/Klinis Membandingkan Setiap hari Tekanan darah


tekanan darah <140/<90 mmHg
dengan standar
normal
Pengetahuan Membandingkan Setiap Memahami
gizi jenis, jumlah,dan hari/minggu/ penerapan jenis,
jadwal makanan bulan jumlah, dan
yang dikonsumsi jadwal makanan
dengan anjuran sesuai dengan
diet anjuran diet

2. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan DM secara holistik. Edukasi diabetes adalah pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM
yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang diperlukan agar mencapai

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 19


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

keadaan sehat optimal, penyesuaian keadaan psikologik dan kualitas hidup


yang lebih baik. tujuan edukasi adalah meningkatkan pengetahuan,
mengubah sikap, kemudian mengubah perilaku agar meningkatkan
kepatuhan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien DM. Materi edukasi disampaikan dari tahap awal dan lajutan. Pada
tahap awal, materi edukasi yang diberikan adalah:
a. Perjalanan penyakit DK
b. Pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
c. Penyulit DM dan risikonya
d. Intervensi non farmakologis dan farmokologis
e. Interaksi antara asupan makanan
f. Aktivitas fisik
g. Obat antihiperglikemia oral atau insulin
h. Cara pemantauan glukosa darah
i. Mengenal gejala dan penangan awal hipoglikemia
j. Pentingnya latihan jasmani
k. Pentingnya perawatan kaki
l. Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Sedangkan materi edukasi pada tahap lanjutan berupa:
a. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
b. Pengetahuan tentang penyulit menahun DM
c. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
d. DM kondisi khusus (hamil, puasa, hari-hari sakit)
e. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini tentang penyakit DM

3. Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe
2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan
latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu
selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Kegiatan sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani, meskipun
dianjurkan untuk tetap aktif sehari-hari, Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran,
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivtas insulin
sehingga akan memperbaiki kendali kadar glukosa darah.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl, pasien harus
mengonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250 mg/dl dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani karena akan membahayakan. Pada kondisi
DM tidak terkendali, olahraga akan menyebabkan terjadinya peningkatan
glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Latihan jasmani

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 20


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

pada pasien DM dilakukan pada kadar glukosa darah tidak lebih dari 250
mg/dl.

4. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan. Jenis obat hipoglikemia oral diberikan untuk memicu
sekresi insulin (sulfonilurea, glinid), menambah sensitivitas terhadap insulin
(biguanid, tiazolidindion), dan menghambat glukosidase alfa.

LATIHAN

RINGKASAN

1. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis penyakit diabetesdengan


karakteristik hiperglikemia dikarenakan dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulina
2. Penatalaksaan DM tipe 2 meliputi 5 pilar yaitu edukasi, perencanaan makan
atau diet, aktivitas fisik, obat dan atau insulin, pemantauan glukosa secara
mandiri.
3. Perencanaan makan atau diet yang tepat pada penderita DM dilakukan
sebagai implementasi dari asuhan gizi yang diawali dengan pengkajian gizi,
dilanjutkan dengan menegakkan diagnosis, selanjutnya pemberian intervensi
gizi dan monitoring evaluasi gizi.
4. Intervensi gizi dengan prinsip 3J, yaitu tepat jumlah, tepat jenis, dan tepat
jadwal, pemberian edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dengan tim
medis bertujuan untuk mengendalikan glukosa darah dalam batas normal
sehingga menurunkan risiko komplikasi pada penderita DM.
A.
B. TES FORMATIF
C.

1. Asesmen gizi tentang riwayat makanan pada pasien Diabetes Melitus


meliputi:
A. Pendidikan dan pekerjaan di luar rumah
B. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
C. Kemampuan mengunyah dan menelan makanan
D. Jadwal, besar porsi, kandungan zat gizi makanan dan snack
E. Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa dan gula darah sewaktu
2. Asesmen gizi tentang data fisik - klinis pada pasien Diabetes Melitus yaitu:

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 21


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

A. Keluhan utama pasien


B. Data tinggi badan dan berat badan
C. Kemampuan mengunyah dan menelan makanan
D. Analisis zat gizi makanan utama dan makanan selingan
E. Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa dan gula darah 2 jam PP
3. Masalah gizi pada domain klinis yang dihadapi pada pasien Diabetes Melitus
A. Penurunan BB yang tidak direncanakan
B. Kelebihan intake karbohidrat
C. Kelebihan intake energi
D. Belum siap untuk berubah
E. Kurangnya aktifitas fisik
4. Masalah gizi pada domain perilaku yang dihadapi pasien Diabetes Melitus
adalah
A. Kelebihan berat badan atau obesitas
B. Asupan energi inadequat
C. Asupan karbohidrat tidak konsisten
D. Pemilihan makanan yang salah
E. Daya terima makanan terbatas
5. Sasaran pengendalian Diabetes Melitus untuk parameter IMT
A. < 18,5 kg/m2
B. > 18,5 kg/m2
C. 18,5 - < 23 kg/m2
D. > 23 kg/m2
E. > 23 - < 25 kg/m2
6. Pasien A dengan jenis kelamin laki-laki berumur 52 tahun BB= 73 kg, TB=
160 cm, menjalani pengobatan rawat jalan terhadap penyakit diabetes yang
sudah lama dialami. Kebiasaaan makan pasien selama ini sangat menyukai
makanan siap saji, biscuit dll dan jarang mengkonsumsi sayuran.
Berapakah IMT dari pasien tersebut ?
A. 28,51 kg/m2
B. 28,52 kg/m2
C. 28,55 kg/m2
D. 29,52 kg/m2
E. 29,55 kg/m2
7. Hasil pemeriksaan laboratorium yang menjadi parameter spesifik untuk
monitoring evaluasi asuhan gizi pada pasien DM tipe 2 adalah ....
A. Kadar gula darah puasa / sewaktu / 2 jam PP
B. Kadar asam urat dan kadar kreatinin
C. Kadar haemoglobin dan feritin serum
D. Tekanan darah sistolik dan diastolik
E. Berat badan dan tinggi badan
8. Masalah gizi pada domain asupan yang sering dialami pasien DM tipe 2
yaitu:
A. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
B. Kelebihan berat badan atau obesitas
C. Tidak siap melakukan diet

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 22


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus
Modul
Dietetik Penyakit Tidak Menular

D. Kelebihan asupan karbohidrat


E. Ketidakseimbangan energi
9. Pada saat asesmen gizi diketahui aktivitas fisik yang rendah pada pasien
DM. Data aktivitas fisik tersebut termasuk dalam domain:
A. Riwayat klien
B. Data biokimia
C. Data antropometri
D. Data fisik klinis terkait gizi
E. Riwayat gizi dan makanan

KUNCI JAWABAN

1. D
2. C
3. A
4. D
5. C
6. B
7. A
8. D
9. E

GLOSARIUM

Asuhan gizi Serangkian kegiatan yang terorganisir/


terstruktur yang memungkinkan untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan
asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
PAGT Pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang
dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir yang meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi
Preskripsi diet Rekomendasi kebutuhan gizi pasien secara
individual mulai dari menetapkan kebutuhan
energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat
gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makan,
frekuensi makan dan rute pemberian makanan

Tahun Akademik 2019/2020 | Topik 1 23


Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien
Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai