TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.2
1.2
glukosa
dalam
darah
tetap
tinggi
sehingga
terjadi
hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM tipe 2 ini dengan obesitas atau
kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
c. Diabetes Melitus tipe lain
i.
Defek Genetik fungsi sel Beta :
- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)
- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)
- Kromosom 13, insulin Promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY
- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)
- Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6)
- DNA Mitochondria, dan lainnya
ii.
Defek
genetik
kerja
insulin
resistensi
insulin
tipe
A,
iii.
iv.
kalkulus, lainnya
Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromotositoma,
v.
vi.
vii.
viii.
insulin lainnya
Sindrom genetik lain : Sindrom Down, Sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Wolframs, Ataksia Friedreichs, Chorea
Hutington,
sindrom
Laurence-Moon-Biedl,
Distrofi
Miotonik,
1.3 Etiopastofisiologi
Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti,
namun dimungkinkan karena faktor :2,9,10,12
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
29
Mellitus
tak
tergantung
insulin
(DMTTI)
penyakitnya
tahun)
Obesitas (80% pasien DM tipe 2)
Riwayat keluarga
30
31
32
kebiasaan
33
TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199
mg/dL (7,8-11,0 mmol/L). Sedangkan diagnosis GDPT ditegakkan bila
setelah pemeriksaanglukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125
mg/dL (5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam <
140mg/dL.2
Tabel 3.2. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus2
Ada perbedaan antar uji diagnostik diabetes mellitus dengan pemeriksaan
penyaring. Uji diagnostik diabetes mellitus dilakukan pada mereka yang
menunjukkan gejala atau tanda diabetes mellitus. Sedangkan pemeriksaan
penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
menemukan pasien dengan DM, TGT, maupun GDPT,sehingga dapat ditangani
lebih dini secara tepat.14 Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai
intoleransi glukosa. Kedua keadaan tersebut juga merupakan faktor risiko untuk
terjadinya DM dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau
kadar glukosa darah puasa. Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan
masal (mass screening) tidak dianjurkan mengingat biaya yang mahal, yang
padaumumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi mereka yang
diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penyaring dianjurkan dikerjakan pada
saat pemeriksaan untuk penyakit lain atau general check-up.2
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan
penyaring dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring
dan Diagnosis DM2
Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk
menentukan diagnosis DM, TGT, dan GDPT. Berikut ini langkah-langkah
penegakan diagnosis DM, TGT dan GDPT.2
Gambar 3.2 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa2
3.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
34
aktif
pasien,keluarga
dan
masyarakat.
Tim
kesehatan
35
setiaphari. Pasien Diabetes tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat anti
diabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan
insulin pada kondisi tertentu,atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan
3.5.1
tablet.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:2
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
Tiazolidindion
Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada PeroxisomeProliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-g), suatu reseptor inti di sel
otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut
glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa diperifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan
dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan
tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
36
secara
cepat
GLP-1
diubah
oleh
enzim
dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4), menjadi metabolit GLP-1-(9,36)amide yang tidak aktif.Sekresi GLP-1 menurun pada DM tipe 2,
sehingga upaya yang ditujukan untuk meningkatkan GLP-1 bentuk
aktif merupakan hal rasional dalam pengobatan DM tipe 2.
Peningkatan konsentrasi GLP-1 dapat dicapai dengan pemberian obat
yang menghambat kinerja enzim DPP-4 (penghambat DPP-4), atau
memberikan hormon asli atau analognya (analog incretin=GLP-1
agonis). Berbagai obat yang masuk golongan DPP-4 inhibitor, mampu
menghambat kerja DPP-4 sehingga GLP-1 tetap dalam konsentrasi
yang tinggi dalam bentuk aktif dan mampu merangsang penglepasan
insulin serta menghambat penglepasan glukagon.
37
f. Agonis GLP-1
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan
baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1dapat bekerja sebagai
perangsang
penglepasan
insulin
yang
tidak
menimbulkan
kepada
pilar
kelima
yang
3.5.2
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa
darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi
dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk
tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO
dapat menjadi pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah
38
atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.3
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah
puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi
kombinasi insulin.2
3.5.3 Cara Pemberian OHO
a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
b.
c.
d.
e.
f.
3.5.4
3.5.5
3.5.6
a) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis.
b) Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulinprandial
atau
keduanya.
Defisiensi
insulin
basal
menyebabkantimbulnya
40
Komplikasi akut
Komplikasi
akut
meliputi
keadaan
(KAD
dan
HNK)
tersebut
terutama
pada
pasien
dengan
gagal
ginjal
kronik
atau
Komplikasi Kronis
42
ii.
dengan
durasi
25
sampai
50
tahun
26%
iii.
kapiler,
mempertahankan
iv.
mengatur
fungsi
kontraktilitas,
barier,
transportasi
membantu
kapiler,
dan
perkembangan
PRD.
Pembuluh
darah
baru
sisa
proliferasi
fibrovaskular
di
44
stadium
darah,
vi.
selama
beberapa
tahun
sering
menyebabkan
16
iii.
Sindroma metabolik
Peradangan
Perubahan permeabilitas pembuluh darah
Asupan protein berlebih
Gangguan metabolik (gangguan metabolisme
polyiol,
dari
kerusakan
ginjal.
Saat
nefron
mengalami
glikasi
nonenzimatik
asam
amino
dan
protein.
Padanawalnya, glukosa akan mengikat residu amino secara nonenzimatik menjadi basa schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan ulang
untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversibel dan
disebut sebagai produk amadori, jika proses ini berlanjut terus akan
terbentuk
Adcanced
Glycation
End-Products
(AGEs)
yang
oleh
spasme
arteriol
eferen
intrarenal
atau
intraglomerulus.18
Diagnosis nefropati diabetik dimulai dari dikenalinyabi;a didapatkan
kadar albumin 30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan, tanpa penyebab
albuminuria lainnya. Bila jumlah protein/albumin didalam urin
masih sangat rendah sehingga sulit dideteksi dengan metode
pemeriksaan urin yang biasa, akan tetapi sudah > 30 mg/24 jam
ataupun
>20
mikrogram/menit,
disebut
juga
sebagai
Urin
urin 24
urin
sewakt
jam
sewaktu
(mg/24
(g/min)
(g/mg
Normal
Mikroalbuminu
jam)
<30
30-299
<20
20-199
creat)
<30
30-299
ria
Albuminuria
300
200
300
klinis
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan 2-3 spesimen urin dalam 3-6
bulan. Hati-hati terhadap proteinuria yang timbul pada latihan fisik
dalam 24 jam
vi.
vii.
darah.
5) Tahap 5
Timbulnya gagal ginjal terminal.17
Terapi dasar adalah kendali kendali kadar gula darah, kendali
tekanan darah dan kendali lemak darah.
Evaluasi
Pemantauan yang dianjurkan oleh
American
Diabetes
penyakit-penyakit
glomerulus
nondiabetik
(hematuria
makroskopik, cast sel darah merah dll), atau kalau timbul azotermia
49
dapat
mencegah
komplikasi
kronik.
50
diastolik
>90
mHg,
dapat
diberikan
terapi
farmakologis langsung.
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat
dicapai dengan monoterapi.
Catatan :2
ACEi
ACEi, ARB, CA golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki
mikroalbuminuria
ACEi dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular
Diuretik HCR dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti
dicapai
Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapa dicoba
ix.
; Hendromartono, 2009).
Rujukan kepada seorang yang ahli dalam perawatan nefropati diabetik
2
jika laju filtrasi glomerulus mencapai < 60 ml/men/173 m , atau
hilangnya tanda.19
Adapun klasifikasi dari neuropati diabetik adalah:19
a.
Neuropati simetris
- Neuropati diabetik perifer
Neuropati diabetik perifer merupakan sindrom neuropati yang
paling umum ditemukan. Secara klinis didapatkan kehilangan
sensoris pola length-related dengan bermula dari jari kaki dan
meluas ke telapak kaki dan tungkai dalam distribusi kaus kaki.
Dalam kasus yang berat sering juga didapatkan keterlibatan pada
anggota gerak atas. Neuropati otonom subklinis biasanya
didapatkan timbul bersamaan. Tetapi jarang ditemukan neuropati
otonom klinis yang jelas. Manifestasi motorik secara klinis tidak
tampak jelas pada tahap awal
sebagai alodinia)
Stimulus nyeri ringan dipersepsikan sebagai nyeri yang
52
53
proksimal,
neuropati
diabetik
lumbosakral
iii.
disfungsi
neuronal.
Neuropati
diabetik
terjadi
karena
atau
memperberat.Untuk
menentukan
tingkat
55
tangga, sulit bangkit dari kursi atau lantai, sering terjatuh, sulit
bekerja atau mengangkat lengan ke atas bahu, Gejala otonom
berupa gangguan berkeringat, perasaan melayang pada posisi
berdiri, sinkop saat buang air besar, batuk atau bersin, impotensi,
sulit ejakulasi, ejakulasi retrograde, sulit menahan buang air besar
atau kecil, diare saat malam hari, konstipasi, gangguan adaptasi
dalam gelap dan terang.19
v. Pemeriksaan fisik pada pasien neuropati diabetik dilakukan pada
semua sistem tubuh, berkaitan dengan komplikasi yang mungkin
terjadi pada DM. termasuk pemeriksaan tekanan darah dan denyut
jantung. Pasien dengan gejala atau tanda gangguan pada ekstremitas
perlu dilakukan pemeriksaan bising dan denyut nadi perifer karena
ada kemungkinan terjadi gangguan vaskuler oklusif. Bila ada keluhan
lapang pandang dilakukan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan
kulit dilakukan terutama pada daerah kaki, apakah ada luka yang
sembuhnya lambat atau ulkus.
vi. Pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan saraf kranial, tonus
otot, kekuatan, adanya fasikulasi, atrofi, pemeriksaan refleks tendon
dalam patella dan Achilles. Observasi mengenai cara berjalan, berjalan
di tempat, berjalan dengan jari kaki dan tumit. Pemeriksaan sensorik
dilakukan dengan pemeriksaan vibrasi, temperatur, raba dan
pemeriksaan propioseptif.
vii. Semua pasien dengan neuropati diabetik harus dilakukan pemeriksaan
gula darah, urinalisis, kadar HbA1c, kolesterol total, kolesterol HDL
dan LDL, trigliserida, asam urat, serta pemeriksaan lain bila ada
indikasi seperti elektrolit, hitung jenis sel darah, serum protein
elektroforesis, vitamin B12, folat, keratin kinase, laju endap darah,
antibodi antinuclear, fungsi tiroid dan elektrokardiografi.19
viii. Pemeriksaan radiologis dapat berupa pemeriksaan MRI servikal,
torakal dan atau lumbal untuk menyingkirkan kausa sekunder dari
neuropati, CT mielogram merupakan suatu pemeriksaan alternatif
untuk menyingkirkan lesi kompresi dan keadaan patologis lain di
kanalis spinal pada radikulopleksopati lumbosakral dan neuropati
torakoabdominal,
MRI
otak
56
digunakan
untuk
menyingkirkan
Pengukuran klinis
Analisis morfologi
Pengukuran elektrodiagnostik
menyempurnakan
pemeriksaan
elektromiografi
(EMG),
Kontrol glikemik
57
merupakan
antidepresan
paling
baru
dalam
citalopram 40 mg/hari.
Antikonvulsan mengontrol
eksibilitas
neuronal
dan
dengan
mengurangi
polineuropati
diabetik
dibandingkan
plasebo.
Calcium channel 2- ligan, Gabapentin digunakan secara
luas untuk nyeri neuropati karena efektivitasnya dan efek
samping yang lebih sedikit dibandingkan antidepresan trisiklik
dan antikonvulsan lainnya. Gabapentin menghasilkan efek
analgesia dengan terikat pada 2- L-type voltage gated
calcium channel dan menurunkan influks kalsium. Gabapentin
400mg lebih efektif dalam mengobati polineuropati diabetik
dibandingkan amitriptilin ( 90 mg/hari). Gabapentin dapat
ditoleransi dengan baik pada titrasi lambat. Efek samping
gabapentin termasuk dizziness, ataksia, sedasi, euforia, edema
ankle dan pertambahan berat badan. Biasanya dibutuhkan
titrasi berminggu-minggu untuk mencapai dosis maksimal
berbagai
macam
nyeri
neuropati
termasuk
acak
telah
dilakukan
tetapi
tidak
satupun
penelitian
59
diabetic
Karena gangguan pembentukan NO menyebabkan penurunan
aliran darah terlibat dalam polineuropati diabetik, penelitian
kecil menggunakan isosorbid dinitrat dilakukan. Pada 12
minggu penelitian crossover, double-blind, placebo controlled
dengan 22 pasien didapatkan semprotan isosorbid dinitrat
secara signifikan mengurangi polineuropati diabetik. Pasien
dalam percobaan ini melaporkan nyeri kepala ringan dan
dibutuhkan penelitian lebih besar untuk mengevaluasi efek
x.
neuropati
diabetik
(kontrol
glikemia)
atau
60
dan
pembuluh-pembuluh
darah
menunjukkan
merupakan
suatu
faktor
resiko
mortalitas
kali
lipat.
dan
diduga
61
sebesar
62
iii.
iv.
v.
bakterimia.21
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus,
kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi
microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus,
abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob
yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
vi.
vii.
viii.
ix.
eritrosit.21
Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi
Terjadinya
kaki
diabetic
diawali
dengan
adanya
jaringan sekitar.
Faktor aliran darah yang kurang membuat ulkus sulit sembuh. Jika sudah
terjad iulkus, infeksi akan mudah sekali terjadi dan meluas ke jaringan
yang lebih dalam sampai ke tulang. Dibawah ini adalah etiologi dari kaki
diabetic.4 , 5 Tanda dan gejala kaki diabetik yaitu sering kesemutan, nyeri
kaki saat istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan
(nekrosis), penurunan denyut nadi arteri
ii.
64
iii.
Pengkajian
pernah adanya luka dan ulkus meliputi lokasi, durasi, ukuran, dan
iv.
kekuatan kaki.
Pemeriksaan
neurologis
yang
dapat
menggunakan
tekanan dan
sensasi.
Pemeriksaan aliran darah dengan menggunakan palpasi denyut
nadi pada arterikaki, capillaryrefilingltime, perubahan warna,
v.
dan pemeriksaan
65
66
Diagnosis dini Charcot Foot sangat penting bagi suksesnya terapi. Dokter
bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki dan bertanya tentang
peristiwa yang mungkin telah terjadi sebelum gejala. Sinar-X juga penting
untuk diagnosis. Dalam beberapa kasus pencitraan, studi lainnya dan tes
laboratorium dapat dilakukan. Setelah pengobatan dimulai, x-rays dapat
dilakukan secara periodik untuk membantu dalam mengevaluasi status
kondisi pasien.
Gambar 3.3 Gambaran charcot Foot dan Kaki Normal13
Pengobatan dilakukan mengikuti rencana perawatan Charcot Foot oleh
dokter bedah. Kegagalan untuk melakukannya dapat mengarah pada
kehilangan kaki atau bahkan menyebabkan kematian. Perawatan untuk
Charcot Foot terdiri dari:
dilakukan
selama
beberapa
bulan
untuk
memberi
67
Pasien dapat memainkan peran penting dalam mencegah Charcot Foot dan
komplikasinya dengan mengikuti langkah-langkah ini:
Pasien Diabetes harus menjaga tingkat gula darah tetap terkendali. Ini
telah terbukti mengurangi perkembangan kerusakan saraf pada kaki.
Melakukan pemeriksaan rutin dari kaki dan pergelangan kaki ke dokter
bedah.
Periksa kedua kaki setiap hari dan segera ke dokter bedah jika ada tandatanda Charcot Foot .
Hati-hati dan hindari cedera, seperti menabrak kaki atau program latihan
berlebihan.
Ikuti petunjuk dokter bedah untuk pengobatan jangka panjang untuk
mencegah kambuhnya ulkus dan amputasi.
3.7 Pencegahan Diabetes Melitus
3.7.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan padakelompok yang
memiliki faktor risiko, yakni merekayang belum terkena, tetapi berpotensi untuk
mendapatDM dan kelompok intoleransi glukosa.
3.7.2
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah ataumenghambat timbulnya
68
tekanan
darah,profil
lipid
dalam
darah
serta
pemberian
antiplatelet
Pencegahan Tersier
a) Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandangdiabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegahterjadinya kecacatan
lebih lanjut.
b) Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin,sebelum
kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosisrendah (80-325 mg/hari)
dapat diberikan secara rutin bagipenyandang diabetes yang sudah
mempunyai penyulitmakroangiopati.
c) Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhanpada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upayarehabilitasi yang dapat
dilakukan untuk mencapai kualitas hidupyang optimal.
d) Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
holistik
gizi,podiatris,
dll.)
sangat
keberhasilan pencega
69
diperlukan
dalam
menunjang