Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Penyakit Diabetes Militus


1.1 Definisi
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas
untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap
pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah
terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat (Brunner & Suddart).

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah


makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah
yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

TIPE DM
Tipe I : Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)

Tipe II : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)

I.2. Etiologi
1.2.1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1.2.1.1. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau
kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu
yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
1.2.1.2. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
1.2.1.3. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
1.2.2 Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum
diketahui, factor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses


terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

1.2.2.1. Usia ( resistensi insulin cenderung


meningkat pada usia di atas 65 tahun)
1.2.2.2. Obesitas
1.2.2.3. Riwayat keluarga
1.2.2.4. Kelompok etnik
1.3 Tanda dan Gejala
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita
Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
1.3.1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan
Penurunan berat badan.
1.3.2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120
mg/dl
1.3.3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari
200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat
badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka,
Keputihan.
1.4 Patofisiologi
1.4.1. Tipe I : IDDM
Hampir 90-95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi
hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut
menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa.
Glukosa menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan
hiperglikemia, kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal
(glukosuria) dan terjadi osmotik diuresis. Osmotik diuresis
menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan terjadi polidipsi.
Penurunan insulin menyebabkan tubuh tidak bisa menggunakan
energi dari karbohidrat sehingga tubuh menggunakan energi dari
lemak dan protein sehingga mengakibatkan ketosis dan
penurunan BB. Poliphagi dan kelemahan tubuh akibat
pemecahab makanan cadangan.
1.4.2. Tipe II : NIDDM
Besar dan jumlah sel beta pankreas menurun tidak diketahui
sebabnya. Pada obesitas, kemampuan insulin untuk mengambil
dan memetabolisir glukosa ke dalam hati, muskuloskeletal dan
jaringan berkurang. Gejala hampir sama dengan DM Tipe I
dengan gejala non spesifik lain (pruritus, mudah infeksi).

1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaringan :

a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu.


b. Kadar glukosa puasa.
c. Tes toleransi glukosa oral ( TTGO ) standar.
Kadar gula glukosa sewaktu dan puasa enzimatik sebagai patokan

panyaringan dan diagnostik DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM

a. Kadar glukosa darah sewaktu :

Plasma Vena. < 110 110 – 119 >200

Darah Perifer. < 90 90 – 199 >200

b. Kadar glukosa darah sewaktu :

Plasma Vena. < 110 110 – 125 > 126

Darah Kapiler. < 90 90 – 199 > 110

c. Cara pemeriksaan TTGO adalah :

- Tiga hari sebelum melakukan pemeriksaan klien seperti


biasa.
- Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
- Klien puasa semalam selama 10 – 12 jam.
- Pemeriksaan glukosa darah puasa.
- Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250
ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
- Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban
glukosa.
- selama pemeriksaan, klien yang diperiksa tetap
beristirahat.
(Mansjoer, dkk. 1999 : 580 – 581)

1.6 Komplikasi
Komplikasi jangka pendek
1.6.1 Hiperglikemia
- Insulin menurun
- Glukagon meningkat
- Pemakaian glukosa perifer terhambat
1.6.2 Hipoglikemia
 KGD <60 mg%
 Akibat terapi insulin
 Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis,
ketonbodi, koma
 Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual,
muntah, kembung
 Nefropati Diabetik : proteinuria
 Retinopati Diabetik : penglihatan kabur
 Ulkus/Gangren
 Kelainan Vaskuler
 Mikrovaskuler
 Makrovaskuler

Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena

Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk Sirkulasi yg jelek


& menyumbat arteri menyebabkan penyembuhan
berukuran besar atau sedang luka yg jelek & bisa
di jantung, otak, tungkai & menyebabkan penyakit
penis. jantung, stroke, gangren kaki
Dinding pembuluh darah kecil & tangan, impoten & infeksi
mengalami kerusakan
sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal & mengalami
kebocoran

Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan & pada


pembuluh darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan

Ginjal ● Penebalan Fungsi ginjal yg buruk


pembuluh darah ginjal Gagal ginjal
● Protein bocor ke
dalam air kemih
● Darah tidak
disaring secara normal
Saraf Kerusakan saraf karena ● Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-tiba
secara normal & karena aliran atau secara perlahan
● Berkurangnya rasa,
darah berkurang
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki
● Kerusakan saraf
menahun
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg ● Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan darah naik-turun
● Kesulitan menelan
& saluran pencernaan
& perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke ● Luka, infeksi
kulit & hilangnya rasa yg dalam (ulkus diabetikum)
● Penyembuhan luka
menyebabkan cedera berulang
yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,
putih terutama infeksi saluran kemih
& kulit

Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir ● Sindroma


secara normal sehingga terowongan karpal
jaringan menebal atau Kontraktur Dupuytren
berkontraksi

Komplikasi ulkus DM
Penggolongan Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377), terdapat lima
grade ulkus diabetikum antara lain:

Grade 0 : tidak ada luka


Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
Grade III :terjadi abses
Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

1.7 Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanan Diabetes Melitus yaitu

perencanan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemia dan

penyuluhan.

 Perencanaan makan.
Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi
seimbang berupa karbohidrat (69 – 70 %), protein (10 – 15 %)
dan lemak (20 – 25 %). Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan
kolesterol < 300 mg/hari, jumlah kandungan serta kurang
lebih 25 gr/hari, diutamakan jenis serat larut.

 Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3 – 4 kali setiap
minggu selama kurang lebih 0,5 jam, latihan dilakukan
secara terus menerus tanpa berhenti, otot – otot
berkontraksi dan berelaksasi secara teratur, selang –
seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur –
angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara
bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Contoh
latihan tersebut adalah jalan kaki, jogging, renang,
bersepeda dan mendayung. Dalam latihan jasmani ini
jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai
sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang
tahu, dan memeriksa kaki secara cermat setelah
olahraga.

 Obat berkhasiat hipoglikemik.


Jika klien sudah melakukan pengaturan makan dan
kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darah
belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat
berkhasiat hipoglikemik.

- Sulfonilurea.
- Biguanid.
- Inhibitor glukosidose.
- Insulin sentizing agent.
Indikasi pemakaian insulin pada NIDDM adalah :

- DM dengan berat badan menurun cepat.


- Ketoasidosis, asidosis, laktat dan koma
hiperosmolar.
- Dm yang mengalami stress berat (infeksi sistemik,
operasi berat dan lainnya)
- DM dengan kehamilan.
- DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosis maksimal.
Tujuan utama pengobatan Diabetes Melitus adalah :

1. Mengembalikan metabolisme glukosa darah menjadi


senormal mungkin. mungkin agar penderita merasa
nyaman dan sehat.
2. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi
3. Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi

agar dapat merawat sendiri penyakitnya sehingga


mampu mandiri.
(Mansjoer, 1999 : 583 – 585)

1.8 Pathway
II Rencana Asuhan klien dengan gangguan diabetes mellitus
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. PK : Infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4. PK: Hipo / Hiperglikemi
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri,
intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
9. Deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya
PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :  Respon nyeri sangat
askep selama 3 x 1. Lakukan pegkajian nyeri individual sehingga
24 jam tingkat secara komprehensif termasuk penangananyapun
kenyamanan klien lokasi, karakteristik, durasi, berbeda untuk
meningkat, dan frekuensi, kualitas dan ontro masing-masing
dibuktikan dengan presipitasi. individu.
level nyeri: klien 2. Observasi reaksi nonverbal  Komunikasi yang
dapat melaporkan dari ketidaknyamanan. terapetik mampu
nyeri pada 3. Gunakan teknik komunikasi meningkatkan rasa
petugas, frekuensi terapeutik untuk mengetahui percaya klien
nyeri, ekspresi pengalaman nyeri klien terhadap perawat
wajah, dan sebelumnya. sehingga dapat lebih
menyatakan 4. Kontrol ontro lingkungan kooperatif dalam
kenyamanan fisik yang mempengaruhi nyeri program manajemen
dan psikologis, TD seperti suhu ruangan, nyeri.
120/80 mmHg, N: pencahayaan, kebisingan.  Lingkungan yang
60-100 x/mnt, RR: 5. Kurangi ontro presipitasi nyaman dapat
16-20x/mnt nyeri. membantu klien
Control nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan untuk mereduksi
dibuktikan dengan nyeri (farmakologis/non nyeri.
klien melaporkan farmakologis)..  Pengalihan nyeri
gejala nyeri dan 7. Ajarkan teknik non dengan relaksasi dan
control nyeri. farmakologis (relaksasi, distraksi dapat
distraksi dll) untuk mengetasi mengurangi nyeri
nyeri.. yang sedang timbul.
8. Berikan analgetik untuk  Pemberian analgetik
mengurangi nyeri. yang tepat dapat
9. Evaluasi tindakan pengurang membantu klien
nyeri/ontrol nyeri.
10.Kolaborasi dengan dokter bila untuk beradaptasi
ada komplain tentang dan mengatasi nyeri.
pemberian analgetik tidak
berhasil.
11.Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan  Tindakan evaluatif
frekuensi. terhadap penanganan
2. Cek riwayat alergi.. nyeri dapat dijadikan
3. Tentukan analgetik pilihan, rujukan untuk
rute pemberian dan dosis penanganan nyeri
optimal. yang mungkin
4. Monitor TTV sebelum dan muncul berikutnya
sesudah pemberian analgetik. atau yang sedang
5. Berikan analgetik tepat waktu berlangsung.
terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.
2 PK : Infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala  Penularan infeksi
askep selama 5 x infeksi primer & sekunder dapat melalui
24 jam perawat 2. Bersihkan lingkungan setelah pengunjung yang
akan menangani / dipakai pasien lain. mempunyai penyekit
mengurangi 3. Batasi pengunjung bila perlu. menular.
komplikasi 4. Intruksikan kepada keluarga  Tindakan antiseptik
defsiensi imun untuk mencuci tangan saat dapat mengurangi
kontak dan sesudahnya. pemaparan klien dari
5. Gunakan sabun anti miroba sumber infeksi
untuk mencuci tangan.  Pengunaan alat
6. Lakukan cuci tangan sebelum pengaman dapat
dan sesudah tindakan melindungi klien dan
keperawatan. petugas dari
7. Gunakan baju dan sarung tertularnya penyakit
tangan sebagai alat pelindung. infeksi.
8. Pertahankan teknik aseptik  Perawatan luka setiap
untuk setiap tindakan. hari dapat
9. Lakukan perawatan luka dan mengurangi
dresing infus setiap hari. terjadinya infeksi
10.Amati keadaan luka dan serta dapat untuk
sekitarnya dari tanda – tanda mengevaluasi kondisi
meluasnya infeksi luka.
11.Tingkatkan intake nutrisi.dan  Penemuan secara dini
cairan tanda-tanda infeksi
12.Berikan antibiotik sesuai dapat mempercepat
program. penanganan yang
13.Monitor hitung granulosit dan diperlukan sehingga
WBC. klien dapat segera
14.Ambil kultur jika perlu dan terhindar dari resiko
laporkan bila hasilnya positip. infeksi atau terjadinya
15.Dorong istirahat yang cukup. infeksi dapat dibatasi.
16.Dorong peningkatan mobilitas  Pengguanan teknik
dan latihan. aseptik dan isolasi
17.Ajarkan keluarga/klien klien dapat
tentang tanda dan gejala mengurangi
infeksi. pemaparan dan
penyebaran infeksi.
 Satus nutrisi yang
adekuat, istirahat
yang cukup serta
mobilisasi dan latihan
yang teratur dapat
meningkatkan
percepatan proses
penyembuhan luka.
 Hasil kultur positif
menunjukan telah
terjadi infeksi.

3 Ketidakseim Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen nutrisi dan


bangan askep selama 3x24 1. kaji pola makan klien monitor nutrisi yang
nutrisi jam klien 2. Kaji adanya alergi makanan. adekuat dapat membantu
kurang dari menunjukan status 3. Kaji makanan yang disukai oleh klien mendapatkan nutrisi
kebutuhan nutrisi adekuat klien. sesuai dengan kebutuha
tubuh dibuktikan dengan 4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk tubuhnya.
BB stabil tidak penyediaan nutrisi terpilih sesuai
terjadi mal nutrisi, dengan kebutuhan klien.
tingkat energi 5. Anjurkan klien untuk
adekuat, masukan meningkatkan asupan nutrisinya.
nutrisi adekuat 6. Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
2. Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
3. Monitor lingkungan selama
makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
5. Monitor adanya mual muntah.
6. Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak
dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan
kalori.
4 PK: Hipo / Setelah dilakukan Managemen Hipoglikemia: Hipoglikemia dapat
Hiperglikemi askep 3x24 jam 1. Monitor tingkat gula darah disebabkan oleh insulin
diharapkan perawat sesuai indikasi yang berlebian,
akan menangani dan 2. Monitor tanda dan gejala pemasukan makanan yg
meminimalkan hipoglikemi ; kadar gula darah tidak adekuat, aktivitas
episode hipo / < 70 mg/dl, kulit dingin, fisik yang berlebiha,
hiperglikemia. lembab pucat, tachikardi, peka Hipoglikemia akan
rangsang, gelisah, tidak sadar , merangsang SS simpatis
bingung, ngantuk. u/ mengeluarkan
3. Jika klien dapat menelan adrenalin, klien menjadi
berikan jus jeruk / sejenis jahe berkeringat, akral dingin,
setiap 15 menit sampai kadar gelisah dan tachikardi.
gula darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV
sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi Hiperglikemia
2. Monitor tanda dan gejala dipengaruhi oleh beberapa
diabetik ketoasidosis ; gula factor diantaranya: terlalu
darah > 300 mg/dl, pernafasan banyak makan / kurang
bau aseton, sakit kepala, makan, terlalu sedikit
pernafasan kusmaul, anoreksia, insulin, dan kurang
mual dan muntah, tachikardi, aktivitas.
TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan kabur
atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai
indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna
kulit, waktu pengisian kapiler,
nadi perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai
kebutuhan
4 Kerusakan Setelah dilakukan Wound care Pengkajian luka akan
integritas askep 6x24 jam 1. Catat karakteristik lebih
jaringan Wound healing luka:tentukan ukuran dan realible dilakukan oleh
meningkat: kedalaman luka, dan klasifikasi pemberi asuhan yang
Dengan criteria pengaruh ulcers sama dengan posisi yang
Luka mengecil 2. Catat karakteristik cairan secret sama dan tehnik yang
dalam ukuran dan yang keluar sama
peningkatan 3. Bersihkan dengan cairan anti
granulasi jaringan bakteri
4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
5. Lakukan nekrotomi K/P
6. Lakukan tampon yang sesuai
7. Dressing dengan kasa steril
sesuai kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan tehnik dressing
steril ketika melakukan
perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada
balutan
11. Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari
tekanan
5 Kerusakan Setelah dilakukan Terapi Exercise : Pergerakan
mobilitas Askep 6x24 jam sendi ROM exercise membantu
fisik dapat teridentifikasi 1. Pastikan keterbatasan mempertahankan
Mobility level mobilitas sendi,
Joint movement:
gerak sendi yang dialami meningkatkan sirkulasi,
aktif. 2. Kolaborasi dengan mencegah kontraktur,
Self care:ADLs fisioterapi meningkatkan
Dengan criteria 3. Pastikan motivasi klien kenyamanan.
hasil: untuk mempertahankan
1. Aktivitas fisik
meningkat
pergerakan sendi
2. ROM normal 4. Pastikan klien untuk
3. Melaporkan mempertahankan
perasaan pergerakan sendi
peningkatan 5. Pastikan klien bebas dari
kekuatan
kemampuan
nyeri sebelum diberikan
dalam bergerak latihan Pengetahuan yang cukup
4. Klien bisa 6. Anjurkan ROM Exercise akan memotivasi klien
melakukan aktif: jadual; keteraturan, untuk melakukan latihan.
aktivitas Latih ROM pasif.
5. Kebersihan diri
Exercise promotion
klien terpenuhi Meningkatkan dan
walaupun dibantu 1. Bantu identifikasi membantu berjalan/
oleh perawat atau program latihan yang ambulasi atau
keluarga sesuai memperbaiki otonomi dan
2. Diskusikan dan fungsi tubuh dari injuri
instruksikan pada klien
mengenai latihan yang
tepat
Exercise terapi ambulasi
1. Anjurkan dan Bantu klien
duduk di tempat tidur
sesuai toleransi Memfasilitasi pasien
2. Atur posisi setiap 2 jam dalam memenuhi
atau sesuai toleransi kebutuhan perawatan diri
3. Fasilitasi penggunaan alat untuk dapat membantu
Bantu klien hingga klien dapat
mandiri melakukannya.

Self care assistance:


Bathing/hygiene, dressing,
feeding and toileting.
1. Dorong keluarga untuk
berpartisipasi untuk
kegiatan mandi dan
kebersihan diri,
berpakaian, makan dan
toileting klien
2. Berikan bantuan
kebutuhan sehari – hari
sampai klien dapat
merawat secara mandiri
3. Monitor kebersihan kuku,
kulit, berpakaian , dietnya
dan pola eliminasinya.
4. Monitor kemampuan
perawatan diri klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
5. Dorong klien melakukan
aktivitas normal
keseharian sesuai
kemampuan
6. Promosi aktivitas sesuai
usia
6 Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process
pengetahuan askep selama 3x24 1. Kaji tingkat pengetahuan klien Dengan pengetahuan yang
tentang jam, pengetahuan dan keluarga tentang proses cukup maka keluarga
penyakit dan klien meningkat. penyakit mampu mengambil
perawatan Knowledge : Illness 2. Jelaskan tentang patofisiologi peranan yang positif
nya Care dg kriteria : penyakit, tanda dan gejala serta dalam program
1Tahu Diitnya penyebab yang mungkin pembelajaran tentang
2Proses penyakit 3. Sediakan informasi tentang proses penyakit dan
3Konservasi energi kondisi klien perawatan serta program
4Kontrol infeksi 4. Siapkan keluarga atau orang- pengobatan.
5Pengobatan orang yang berarti dengan
6Aktivitas yang informasi tentang perkembangan
dianjurkan klien
7Prosedur pengobatan 5. Sediakan informasi tentang
8Regimen/aturan diagnosa klien
pengobatan 6. Diskusikan perubahan gaya
9Sumber-sumber hidup yang mungkin diperlukan
kesehatan untuk mencegah komplikasi di
10 Manajemen masa yang akan datang dan atau
penyakit kontrol proses penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
8. Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
9. Dorong klien untuk menggali
pilihan-pilihan atau memperoleh
alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan
14. kolaborasi dg tim yang lain.
7 Defisit self Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri Bantuan perawatan diri
care asuhan 1. Monitor kemampuan pasien dapat membantu klien
keperawatan 3x24 terhadap perawatan diri dalam beraktivitas dan
jam klien mampu 2. Monitor kebutuhan akan melatih pasien untuk
Perawatan diri personal hygiene, berpakaian, beraktivitas kembali.
Self care :Activity toileting dan makan
Daly Living 3. Beri bantuan sampai klien
(ADL) dengan mempunyai kemapuan untuk
indicator : merawat diri
 Pasien dapat 4. Bantu klien dalam memenuhi
melakukan kebutuhannya.
aktivitas sehari- 5. Anjurkan klien untuk
hari (makan, melakukan aktivitas sehari-hari
berpakaian, sesuai kemampuannya
kebersihan, 6. Pertahankan aktivitas
toileting, perawatan diri secara rutin
ambulasi) 7. Evaluasi kemampuan klien
 Kebersihan diri dalam memenuhi kebutuhan
pasien terpenuhi sehari-hari.
8. Berikan reinforcement atas
usaha yang dilakukan dalam
melakukan perawatan diri
sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2,


Penerbit EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta.

Joanne C.Mc Closkey. 1996. Nursing intervention classification (NIC). Mosby year
book. St. Louis

Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year book.
St. Louis

Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-2002.


NANDA

NANDA International, 2001, Nursing Diagnosis Classification 2005 – 2006, USA

www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai