Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN Ny.S DIABETES MELITUS

DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KRMT WONGSONEGORO


SEMARANG

Disusun Oleh :
Nama: Ana Pujiati
Nim : 2020011383

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG
A. Konsep dasar Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan (Hidayat, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang
tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & Margareth, 2012).
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah, 2012).
2. Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab diabetes berdasarkan tipenya: (Rendy & Margareth, 2012).
a. DM tipe I (Diabetes Mellitus tergantung insulin/DMTI)
1) Faktor genetik/herediter
Penderita DM tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
2) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel b pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel b
pancreas.
3) Faktor imunologi
Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
b. DM tipe II (Diabetes Mellitus tak tergantung insulin/DMTTI)
Diabetes mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada

insulin. diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap

insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Faktor

risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II adalah :

1) Usia: (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)

2) Obesitas: obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh: insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam

meningkatkan efek metabolik

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

Karakteristik diabetes mellitus tipe 2 menurut Damayanti


(2015) biasanya berusia > 40 tahun.
3. Patofisiologi Diabetes Melitus dan Pathway
a. Diabetes Melitus tipe I
DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai predisposisi
genetik. Pada mereka yang memiliki indikasi risiko penanda gen (DR3 dan DR4
HLA), DM terjadi kurang dari 1%. Lingkungan telah lama dicurigai sebagai
pemicu DM tipe 1. Insiden meningkat, baik pada musim semi maupun gugur, dan
onset sering bersamaan dengan epidemik berbagai penyakit virus. Autoimun aktiv
langsung menyerang sel beta pankreas dan produknya. ICA dan antibodi insulin
secara progresif menurunkan keefektifan kadar sirkulasi insulin. Hal ini secara
pelan-pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin endogen sehingga
menimbukan onset mendadak DM. Hiperglikemi dapat timbul akibat dari
penyakit akut atau stress, dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi
cadangan dari kerusakan masa sel beta. Ketika penyakit akut atau stres terobati,
klien dapat kembali kepada status terkompensasi dengan durasi yang berdeda-
beda dimana pankreas kembali mengatur produksi sejumlah insulin secara
adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon, secara khas
bertahan untuk 3-12 bulan. Proses berakhir ketika masa sel beta yang berkurang
tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan. Klien
menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogen (diproduksi diluar tubuh)
untuk bertahan hidup.
b. Diabetes Melitus tipe II
Patogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1. Respon terbatas sel
beta terhadap hiperglikemia tampaknya menjadi faktor mayor dalam
perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah
tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika merespon peningkatan
glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai desensitiasi, dapat kembali dengan
menormalkan kadar glukosa. Rasio proinsulin (prekursor insulin) terhadap insulin
tersekresi juga meningkat. Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah
resistensi terhadap aktivitas insulin biologis, baik dihati maupun jaringan perifer.
Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
penuruan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa yang mengakibatkan
produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa darah
tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk
meningkatkan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi insulin perifer tidak jelas
namun ini nampak terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada
permukaan sel. Insulin adalah hormon pembangun (anabolik). Tanpa insulin tiga
masalah metabolik mayor terjadi: penurunan pemanfaatan glukosa, peningkatan
metabolisme lemak, dan peningkatan pemanfaatan protein.
4. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
Manifestasi DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price &
Wilson).
a. Kadar glukosa puasa tidak normal.
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic
yang meningkatkan pengeluaran urin dan timbul rasa haus.
c. Rasa lapar yang semakin besar, BB berkurang.

d. Lelah dan mengantuk.


e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ukus gangrene
c. Lelah dan mengantuk.
d. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ukus gangrene
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Barbara C. Long (1995 : 9 ) pemeriksaan diagnostik untuk penyakit diabetes millitus
adalah :
Pemeriksaan Prosedur dan persiapan Interpretasi
Gula darah puasa (GDP) :
Puasa mulai tengah Kriteria diagnostik untuk
70 – 110 mg/dL
malam diabetes millitue >
plasmavena
140mg/dL palni sedikit dal
m 2x pemeriksaan atau >
140 mg/dL disertai gejala
klasik hiperglikemia atau
CGT : 115 : 140 mg/dL
Gula darah 2 jam
Gula darah diukur 2jam Digunakan untuk skrining
postprandial < 140 mg/dL
setelah makan berat atau 2 atau evaluasi pengobatan,
jam setelah mendapat 100 bukan diagnostik
gr gula
Gula darah sewaktu : 140 Digunakan untuk skrining
mg/dL bukan diagnostik
Tes intoleransi glukosa Puasa mulai tengah Kriteria diagnotik unuk
oral (TTGO).GD < malam, GDP diambil diabetes millitus , GDP :
115mg/dL diberi 75 mg glukosa, 140 mg/dL. Tapi gula
sampel darah (dan urine) darah 2 jam dan
ditampung pada ½ 1, dan pemeriksaan lainya > 200
2 jam kadangkadang mg/dL dalam 2x
pada2, 4, dan 5 jam pemeriksaan untuk 165
berikut. GDP < 140 mg/dL 2 jam
natara 140-200 mg/dL dan
pemeriksaan untuk IGT :
GDP < 140 mg/dL . TTGO
dilakukan hanya pada
pasien yang bebas diit dan
beraktivitaas fisik 3 hari
sebelum tes, tidak
dianjurkan pad (1)
hiperglekimia yang sedang
puasa (2) orang yang
mendapat thiazide, dilantin
propanolol, lasix, tiroid,
estrogen, pil KB, steroid
(3) pasien yang dirawat
Tes toleransi glukosa Sama untuk TTGO Dilakukan jika TTGO
intravena (TTGI) merupakan kontra indikasi
kelainan gaastrointestinal
yang mempengaruhi
glukosa

8. Penatalaksanaan
a. Terapi Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa dalam darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan series pada pola aktivitas pasien(Rendi dan Margareth, 2012).
b. Beck (2011) menjelaskan bahwa tujuan diet nutrisi ini antara lain:
1) Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang
normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya.
2) Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial. tindakan ini
bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa darah, akan membantu
mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang mencakup penyakit mikrovaskuler
3) Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehingga
memungkinkan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan
4) Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal

Penderita diabetes melitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3


J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis
makanan yang harus diperhatikan.

 Tipe diet nutrisi pasien Diabetes Melitus


Tipe diet nutrisi untuk pasien DM (Beck, 2011) :
1) Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian diikuti

dengan diet untuk mempertahankan berat badan. Pasien DM yang

menjalani diet rendah kalori harus menyadari perlunya penurunan berat

badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh dibiarkan naik kembali.

2) Diet Bebas Gula

Tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak

memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua

prinsip:

a. Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula

b. Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari


keseluruhan hidangan secara teratur.

3) Sistem penukarang hidratarang

Sistem penukarang hidratarang digunakan untuk pasien-pasien DM yang

mendapatkan suntikan insulin atau obat-obatan hipoglikemik oral dengan

dosisi tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih

rumit untuk diikuti oleh seseorang pasien DM, tetapi mempunyai

kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi ketimbang diet tipe

bebas gula.

 Syarat diet DM hendaknya dapat:


 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
 Mempertahankan kadar KGD normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
 Menarik dan mudah diberikan Jumlah sesuai kebutuhan
 Jadwal diet ketat
 Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
 Dii DM I : 1100 kalori
 Diit DM II : 1300 kalori
 Diit DM III : 1500 kalori
 Diit DM IV : 1700 kalori
 Diit DM V : 1900 kalori
 Diit DM VI : 2100 kalori
 Diit DM VII : 2300 kalori
 Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J :
a) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambahkan
b) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diit diabetes mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of
relative body weight dengan rumus :
BBR = BB (Kg) x100%

TB (Cm)-100

A.Kurus (underweight) : BBR < 90%


B.Normal (ideal) : BBR 90-110%
C.Gemuk (overweight) : BBR >
D.110% Obesitas, apabila : BBR >
120
- Obesitasringan : BBR 120-130%
- Obesitassedang : BBR 130-140%
- Obesitasberat : BBR 140-200%
- Morbid : BBR >200%
 Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah:
- Kurus : BB x 40-60 kalorisehari
- Normal : BB x 30 kalorisehari
- Gemuk : BB x20 kalorisehari
- Obesitas : BBx10-15 kalorisehari
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiridarinama, tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
A. Identitas penaggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di hubungi
selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah poliuria, polifagia,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ulkus yang lama
sembuh. Pasien yang mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah,
dan nyeri abdomen. pada pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri
atas gejala hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor
kulit jelek), takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi
(perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise). Gejala yang timbul pada
pasien yang mengalami hipoglikemia adalah badan gemetar, berkeringat,
takikardia dan kecemasan (Price & Wilson, 2012).
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, dan ketoasidosis. semuanya terjadi akibat
gangguan metabolik. Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat
memperlihatkan gejala poliuria dan polidipsia, tetapi umumnya
asimtomatik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan, penyakit
pangkreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aloxan,
streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel beta, derivat thiazide) yang
dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi (kekurangan protein
kronik). Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus atau
adanya riwayat obesitas dari generasi terdahulu.
b. Pola Aktivitas sehari-hari
1. Pola Nutrisi
- Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
- Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus?
- Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama
periode waktunya?
- Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar atau demam.
- Adakah toleransi makan atau minum tertentu.
Faktor yang mempengaruhi diet:
 Status kesehatan.
 Kulture dan kesehatan.
 Status sosial ekonomi.
 Faktor psikologis.
 Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet.
2) Pola Eliminasi
a) Buang Air Kecil
Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan antara
kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang
mengalami perawatan dirumah sakit. Pasien mengeluh sering
berkemih dalam sehari.
b) Buang Air Besar
Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan bau di
bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien
yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit.
3) Pola istirahat dan tidur
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat dengan
keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit.
4) Pola aktivitas dan latihan
c. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suarabicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2) Ukuran antropometri
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanitausiasubur: 23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep
Nilai normal Wanita : 16,5 - 18 cm
Nilai normal Pria : 12,5 – 16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang terdapat
di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam, kering, pudar, kemerahan
pecah atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering, pecah-
pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran mukosa
pucat.
5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering, esofalmus,
tanda-tanda infeksi.
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah, bibir
kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut, stomatitis dan
membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi perdarahan dan
peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada lidah. Pada gigi terdapat
karies, nyeri dan kotor.
7) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
8) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
9) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,takikardi/
bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
10) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepatlelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
13) Sistemneurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Data Psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang dapat
mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
e. Data Sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan membeli
makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam pemenuhan kesehatan.
f. Data Spiritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
g. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium
1) Albumin (N: 4–5,5mg/100ml)
2) Transferi (N: 170-25
mg/100ml 3) Hemoglobin (N:
12mg%)
4) BUN (N: 10–20 mg/100ml)
5) Pemeriksaan gula darah puasa
Nilai normal: Wholeblood : 60 – 100 mg/dl
Dewasa : 70 – 100 mg/dl
Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl
Anak : 60 – 100 mg/dl
(Robbins dkk, 2007)
6) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan
Nilai normal : Dewasa : <140 ml/dl/2 jam
Wholeblood : <120 mg/dl/2
jam
7) Pemeriksaa gula darah sewaktu
Nilai normal : 200 mg / dl
8) Pemeriksaan HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk memperoleh
informasi kadar gula darah yang sesungguhnya, karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam kurun waktu 2 – 3 bulan. Tes ini berguna untuk
mengukur tingkat ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur
sel darah merah (120 hari).
9) Pemeriksaan fruktosamin
Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metoda enzymatic seperti pada
pemeriksaan glukosa.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
adalah:
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
b) Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan tentang manajemen diabetes
c) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
d) Keletihan berhungan dengan peningkatan kelemahan fisik
3. Intervensi/Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi
Ketidakseimbangan
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari
selama 3x24 jam, diharapkan Observasi :
kebutuhan tubuh
kebutuhan nutrisi pasien dapat a) Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan
terpenuhi, dengan kriteria b) Identifikasi alergi dan
faktor fisiologis hasil: intoleransi makanan
- Adanya peningkatan berat
c) Identifikasi kebutuhan kalori
badan sesuai tujuan dan nutrisi
- berat badan ideal sesuai d) Monitor asupan makanan
dengan tinggi badan e) Monitor berat badan
- mampu mengidentifikasi f) Monitor hasil pemeriksaan
kebutuhan nutrisi laboratorium
- tidak ada tanda-tanda Terapeutik :
malnutrisi a) Lakukan oral hygiene
- tidak terjadi penurunan berat sebelum makan
badan yang berarti b) Berikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
c) Berikan makanan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
ketidakstabilan selama 3x24 jam diharapkan Observasi:
kadar gula darah Resiko ketidakstabilan kadar a) Identifikasi situasi yang
berhubungan dengan gula darah dapat teratasi, menyebabkan kebutuhan
Kurangnya dengan kriteria hasil: insulin meningkat (misalnya
pengetahuan tentang 1. Kadar glukosa darah Skala penyakit kambuhan
manajemen diabetes outcome tidak ada deviasa b) Monitor kadar glukosa darah
dari : jika perlu
a) Glukosa darah c) Monitor tanda dan gejala
b) Hemoglobin hiperglekemia (mis. polyuria,
glikosilat
polydipsia, kelemahan,
c) Fruktosamin
malaise, pandangan kabur,
d) Urin glukosa
e) Urine Keton sakit kepala)
2. Keparahan hiperglikemia d) Monitor intake dan output
skala outcome tidak ada : cairan
a) Peningkatan urin output e) Monitor keton urin, kadar
b) Peningkatan haus analisa gas darah, elektrolit,
c) malaise tekanan darah ortostatik dan
d) Pandangan kabur frekuensi nadi
e) Kehilangan berat badan Terapeutik :
yang tidak bisa a) Berikan asupan cairan oral
dijelaskan b) Konsultasi dengan medis
f) Mual jika tanda dan gejala,
g) Perubahan status mental hiperglikemia tetap ada atau
h) Peningkatan glukosa memburuk
darah c) Fasilitasi ambulasi jika ada
i) Peningkatan AIC hipotensi ortostatik
(glycated hemoglobin) Edukasi
3. Keparahan hipoglikemia a) Anjurkan menghindari
skala outcome tidak ada ; olahraga saat kadar glukosa
a) Peningkatan urin output darah lebih dari 250 mg/dL
b) Kehausan b) Anjurkan monitor kadar
c) Dehidrasi glukosa darah secara
d) Lethargy mandiri
c) Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
d) Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
e) Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis, Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian insulin
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian cairan
jika perlu
c) Kolaborasi pemberian
kalium jika perlu

Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi


berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan Obervasi
kelemahan otot konstipasi teratasi dengan a) Periksa tanda dan gejala
abdomen kriteria hasil: konstipasi
1. Mempertahankan bentuk b) Periksa pergerakan usus,
feses lunak setiap 1-3 hari karakteristik
2. Bebas dari feses(Konsistensi, bentuk,
ketidaknyamanan dan volume dan warna)
konstipasi c) Identifikasi faktor resiko
3. Mengidentifiasi indikator konstipasi (mis. obat-obatan,
untuk mencegah konstipasi tirah baring, dan diet rendah
4. Feses lunak dan berbentuk serat)
Terapeutik
a) Anjurkan diet tinggi serat
b) Lakukan masase abdomen
jika perlu
c) Lakukan evakuasi feses
secara manual jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
b) Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi
Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
berhungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi gangguan fungsi
peningkatan kekuatan fisik meningkat tubuh yang mengakibatkan
kelemahan fisik dengan kriteria hasil : kelelahan
1) Memverbalisasikan b. Monitor pola dan jam tidur
peningkatan energy dan c. Monitor lokasi dan
merasa lebih baik ketidaknyamanan selama
2) Menjelaskan penggunaan melakukan aktivitas
energy untuk mengatasi d. Sediakan lingkungan nyaman
kelelahan dan rendah stimulus
3) Kecemasan menurun e. Anjurkan tirah baring
4) Glukosa darah adekuat f. Kolaborasi dengan ahli gizi
5) Kualitas hidup meningkat tentang cara meningkatkan
6) Istirahat cukup asupan makanan
7) Mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrai

1. Implementasi/Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri, dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional.
2. Evaluasi/Catatan Perkembangan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Jika
tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan
keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan
perubahanintervensi
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Addi Mardi dan Sunarsih Rahayu. (2016) .KEBUTUHAN DASAR


KOMPREHENSIF II. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak
Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Lindasari, Elis. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.
KTITanjungkarang:
Saskia, Dika. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus II Di Ruang Irna Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
KTI Padang:
Herlina, Shinta. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Mellitus II Di Ruang Irna Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang. KTI Padang: Poltekkes Padang diakses dari
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KRMT WONGSONEGORO


SEMARANG

Disusun Oleh :
Nama: Ana Pujiati
Nim : 2020011383

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG
FORMAT
Seorang wanita bernama Ny.S berusia 57 tahun 1 bulan 26 hari datang ke RSUDKRMT WONGSONEGORO
pada tanggal 25 Januari 2023 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam yang lalu, demam, mual dan
pusing,Dada sakitPasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu.

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun 1 bulan 26 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat tinggal : Kp/ Ds Cayur Kec. Kronjo Kabupaten
Tangerang No. HP/telepon : 081311125832
No.RM : 587878
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus tipe
II Tanggal Pengakajian : 25 Januari 2023
Tanggal Masuk : 25 Januari 2023

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak nafas meningkat sejak 1 jam yang lalu, demam, mual, dan
pusing,Dada sakit
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Januari 2023 sekitar pukul
10.00 WIB, Ny. S mengeluh mual, masih pusing, lemah dan tidak nafsu
makan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ny. S memiliki riwayat DM tipe II sejak 7 tahun yang lalu control tidak
teratur,Dan Hipertensi .
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
Ny. R, dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan seperti hipertensi, PJK, stroke, dan lain-lain, keluarga juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular seperti HIV, AIDS, Hepatitis, dan lain-lain.
C. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Selama sehat Ny.S makan 3 kali dengan nasi, lauk
pauk, dan jarang memakan buah-buahan dan sayuran. Minum selama
sehat sekitar 1600 ml setiap harinya. Selama sakit nafsu makan Ny. S
menurun, diet ML DD 1700 kkal yang diberikan tidak pernah habis,
minum sekitar 1500 ml setiap harinya.
b. Pola tidur : Selama sehat Ny. S tidur siang ±1 jam sehari, tidur malam
± 6-7 jam setiap harinya. Ny. S mengatakan tidurnya nyenyak. Selama
sakit Ny. S tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam kurang
lebih 5 jam sehari. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan
sering terbangun karena mual dan pusing
c. Pola Mandi : Selama sehat Ny.S mandi 2 kali sehari, pagi dan sore.
Selama sakit Ny. S mandi 1 kali sehari , hanya pagi saja. Pasien
mengataka mandi dibantu oleh keluarga di tempat tidur, pasiem hanya
di lap dengan handuk basah yang di lakukan oleh keluarga di atas
tempat tidur.
d. Pola Eliminasi : Selama sehat Ny A BAB 1 kali sehari dengan
kosistensi lembek, Ny.S mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny A bisa
BAB dan BAK ke wc sendiri. Selama sakit Ny. S BAB 2 hari sekali
dengan kosistensi keras. Tn. S keluarga mengatakan Ny.S BAK
sekitar 3000 cc setiap harinya yang ditampung dengan ember.
e. Pola Aktifitas: Selama sehat Ny S sering beraktifitas di rumah saja
untuk melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Ny. S
mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit Ny. S hanya bisa
di atas tempat tidur, tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak lemah terbaring di tempat tidur
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
RR : 24x/menit
N : 96x/menit
o
S : 36,5 C
c. Antropometri
TB : 153 cm
BB : 62 kg
d. Head to Toe
Kepla dan wajah : Kepaala tidak ada benjolan, wajah tampak
pucat Rambut : Hitam berminyak
Telinga :Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
Mata : Mata simetris kiri dan akanan, konjungtiva anemis, skler
tidak ikterik, reflek pupil baik
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman baik bisa
membedakan bau
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang bersih, ada
plak gigi, reflek mengunyah baik, reflek menelan baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar gettah bening, reflek baik
Toraks : Pada pemmerksaan paru-paru, Inpeksi : Simetris kiri dan
kanan, palpasi : Fremitus kiri dan kanan perkusi : terdengar
sonor, auskultasi : bronkovesikuler.
Pada pemeruksaan jantung
Inpeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : Iktus terba, perkusi :
batas jantung normal, auskultasi : suara jantung normal
Abdomen :Pemeriksaan abdomen, inpeksi :simetris kiri dan kanan,
palpasi : distensi abdomen nyeri tekan, perkusi : tympani,
auskultasi : bising, usus normal.
Genetelia : Terpasang kateter
Ekstermitas : Ekstermitas atas :kekuatan otot anggota gerak sebelah
kanan dan kiri baik, terpasang infus
bawah : kekuatan otot kaki, sebelah kanan dan kiri baik,
tidak ada edema.

Data Psikologis
a. Status emosional : Ny. S baik,
b. Kecemasan : Ny. S merasa cemas dengan penyakitnya dan ingin
cepat sembuh
c. Pola koping : Cukup baik, yaitu dengan cara berdo’a agar cepat
sembuh
d. Gaya dan komunikasi : terarah dan jelas
e. Konsep diri : baik, yaitu pasien menerima dan menyadari yang
dialaminya adalah cobaan dari Allah SWT
E. Data Ekonomi Sosial : Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga setiap
harinya. dengan penghasilan bergantung pada suami yang bekerja sebagai
pekerja bangunan. Ny. S di rawat di RSUD KRMT WONGSONEGORO
dengan jaminan BPJS kelas 2.
F. Data Spiritual : Dalam keadaan sakit Ny. S tidak beribadah, pasien hanya
berdoa sambil tidur di atas tempat tidurnya. Ny. S selalu berdoa agar cepat
sembuh dari penyakitnya.
G. Pemeriksaan Laboratorium/ Pemeriksaan penunjang dan Program
Pengobatan
Hasil pemeriksaan kimia klinik : didapatkan GDS 572 mg/dl (nr < 200),

Hasil pemeriksaan hermatologi : didapatkan Hemoglobin 12,5 g/dl(nr 12-


16 g/dl) leukosit 20.090/mm3 (nr 5000-10000/ mm3), trombosit 418/mm3
(nr 150.000-400.000), hematocrit 37.40% (nr 37-43%),

Program Pengobatan : Ny. S mendapatkan IVFD NaCl 0,9% 5 0 0 m l 6 tts/i,


inj ranitidine 2x1 amp,Ketorolac inj 30mg 2X1
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa Data
ANALISA DATA KEPERAWATAN
Analisa Data
Etiologi Masalah
Data Subjektif :
Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- Ny. A mengatakan tidak nafsu
mengabsorpsi makanan Nutrisi Kurang Dari
makan
Kebutuhan Tubuh
- Ny.A mengatakan dietnya
hanya habis 3 sendok makan
- Ny. S mengeluh mual
Data Objektif :
- Diet Ny. S tampak tidak habis
- Ny. S tampak mual

- rambut terlihat rontok dan


kusam
- membrane mukosa bibir
tampak pucat
- tampak lemah dan lesu
- konjungtiva anemis
Data Subjektif
-Ny. S mengatakan BAB nya
tidak lancar
- BAB keras berwarna hitam

Konstipasi
Kelemahan otot
abdomen
- Ny. S mengeluh perutnya
terasa tegang dan sakit
Data Objektif :
-Ny. S tampak mengeluh
sambil memegang perutnya
-Perut tampak teegang, tampk
mual
- Diet Ny. S tidak habis
- Ny. S mendapat obaat pencahar
supositoria
Data Subjektif :
Peningkatan kelemahan Keletihan
- Ny. S mengatakan merasa lelah,
fisik
- Ny. S mengeluh tidurnya tidak
nyenyak dan sering terbangun
- Ny. S mengatakan tidak
mampu beraktivitas seperti
biasanya dan selalu dibantu oleh
keluarga
Data Objektif :
- Pasien tampak kelelahan
- pasien tampak lesu
- pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat
terhadap sekitar
- Pasien tampak mengantuk
- aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga
- diet pasien tidak habis

b. Diagnosa Keperwatan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
Ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
 Keletihan b.d. Peningkatan kelemahan fisik
 Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen

2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakseimbangan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari
selama 3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi alergi dan a. Dapat diketahui
kebutuhan tubuh b.d.
ketidakseimbangan nutrisi intoleransi makanan apakah pasien
ketidakmampuan
kurang dari kebutuhan tubuh b. Identifikasi kebutuhan mempunyai riwayat
mengabsorpsi
teratasi dengan kriteria hasil : kalori dan nutrient alergi terhadap
makanan
a. Adanya peningkatan berat c. Monitor berat badan makanan tertentu
badan sesuai dengan d. Berikan makanan yang dan untuk mecegah
tujuan tinggi kalori dan terjaddinya alergi
b. Berat badan ideal sesuai protein pada pasien
dengan tinggi badan e. Berikan makanan b. Mengetahui
c. Mampu mengidentifikasi tinggi serat penyebab
kebutuhan nutrisi f. Ajarkan diet yang pemasukan yang
d. Tidak ada tanda-tanda diprogramkan kurang sehingga
malnutrisi g. Kolaborasi dengan dapat menentukan
e. Tidak terjadi penurunan ahli gizi untuk intervensi yang
berat badan yang berarti menentukan jumlah sesuai dan efektif
kalori dan jenis c. Untuk menilai
nutrient yang malnutrisi protein-
dibutuhkan pasien kalori
d. Makanan yang tinggi
kalori dan protein
dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi
e. Pemberian makanan
tinggi serat
mencegah terjadinya
konstipasi
f. Diet yang telah
diprogramkan
membantu dalam
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pada pasien
g. Membantu dalam
proses penyembuhan
Konstipasi b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi Manajeman Konstipasi
Kelemahan otot selama 1 x 24 jam diharapkan Observasi a.Agar mengetahui
abdomen konstipasi dapat teratasi a.Periksa tanda dan tindakan apa yg akan
dengan kriteria hasil : gejala dilakukan
a. Memperthankan bentuk Terapeutik b.makanan tinggi serat
fases lunak setiap 1-3 hari a.Anjurkan diet tinggi untuk membantu
b. Bebas dari ketidaknyaman serat mengatasi konstipasi
dan konstipasi b.Lakukan masage c.Agar otot abdomen
c. Mengidentifikasi indikator abdomen, jika perlu menjadi rileks
untuk mencegah c.Lakukan evakuasi fases d.Untuk membantu
konstipasi secara manual, jika pasien mengeluarkan
d. Fases lunak dan berbentuk perlu fases
Edukasi e.agar pasien
a.Jelaskan etiologi mengetahui penyebab
masalah dan alasan masalah yang
tindakan dialaminya
b.Ajarkan cara mengtasi f.Obat pencahar
konstipasi/impaksi membantu merangsang
Kolaborasi pasien untuk BAB
a.penggunaan obat
pencahar, jika perlu

Keletihan b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi Manajemen Energi


peningkatan
selama 3x24 jam, diharapkan Identifikasi gangguan a. Mengetahui
kelemahan fisik
kekuatan fisik meningkat fungsi tubuh yang penyebab kelelahan
dengan kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan b. Untuk menilai pola
a. Memverbalisasikan a. Monitor pola dan jam tidur pasien
peningkatan energy tidur c. Untuk menilai
dan merasa lebih baik b. Monitor lokasi dan kenyamanan pasien
b. Menjelaskan penggunaan ketidaknyamanan dalam melakukan
energy untuk mengatasi selama melakukan aktivitas
kelelahan aktivitas d. lingkungan yang
c. Kecemasan menurun c. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
d. Glukosa darah adekuat nyaman dan rendah stimulus seperti
e. Kualitas hidup meningkat stimulus cahaya dan suara
f. Istirahat cukup d. Anjurkan tirah baring dapat meningkatkan
g. Mempertahankan e. Kolaborasi dengan kenyamanan pada
kemampuan untuk ahli gizi tentang cara pasien
berkonsentrai meningkatkan asupan e. Agar pasien dapat
makanan beristirahat dengan
total
f. Asupan makanan
yang tepat dapat
membantu
mengurangi
keletihan

Anda mungkin juga menyukai