Anda di halaman 1dari 46

Diabetes Melitus &

Ulkus Diabetikum Disusun oleh :

Abrianti Sannakat (1863030012)

Khansa Maura Lutfiah Sitanggang (1863030012)

Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi

Universitas Kristen Indonesia


DIABETES
MELITUS
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),
disebabkan karena ketidakseimbangan antara supplai dan kebutuhan
insulin.

Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk mefasilitasi masuk nya glukosa


dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.
Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa di dalam darah
dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi
kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam darah dan
menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel yang menjadi
kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelasungan dan
fungsi sel.
Pankreas
Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan
kelenjar yang panjangnya kira-
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari
duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata-rata 60-90 gram.
Terbentang pada vertebrata
lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.
Etiolog
i
1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
2. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen
yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula
yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
3. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi
4. Adanya kelainan insulin
5. Pola hidup yang tidak sehat
Tanda dan Gejala
1. Sering BAK, meningkatnya frekuensi buaing air kecil (Poliuria)
2. Meningkatnya rasa haus (Polidipsi)
3. Meningkatnya rasa lapar (Polpagi)
4. Penurunan BB
5. Kelainan Pada mata, penglihatan kabur
6. Kulit gatal
7. Ketonuria
8. Terkadang tanpa gejala
Kriteria Diabetus Melitus
Menurut Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) tahun 1997 untuk menentukan
diagnosa dan kriteria DM, memenuhi 2 diantara 3 kriteria sebagai berikut:
1. Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula darah acak atau random
lebih atau sama dengan 200 mg/dl
2. Gula darah puasa atau Fasting Bood Sugar (FBS) lebih besar atau sama
dengan 126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam)
3. Hasil Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl, 2
jam sesudah beban.
Kadar Glukosa Dalam Darah dalam mendiagnosis DM
Kadar   Bukan DM Belum DM
glukosa darah pasti DM
(mg/dl)
Sewaktu Plasma vena < 100 mg/dl 100-199 mg/dl >200 mg/dl
       
Darah kapiler <90 mg/dL 90-199 mg/dl >200 mg/dl
Puasa Plasma vena <100 mg/dl 100-125 mg/dl >126 mg/dl
Darah Kapiler <90 mg/dl 90-99 mg/dl >100 mg/dl
Klasifikas
1. i
Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM) yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe 1 disebabkan
karena kerusakan sel beta pankreas yang menghasilkan insulin.
2. Diabetes Melitus tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45
tahun, karena berkembang lambat dan kadang tidak terdeteksi, tetapi jika
gula darah tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina,
kelainan penglihatan.
c. Diabetes karena Malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya penduduk yang miskin.
Diabetes tipe ini ditegakan jika ada 3 gejala dari gejala yang mungkin yaitu:
1. Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari 80% berat
badan ideal.
2. Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan
3. Usia antara 15-40 tahun
d. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau penyakit
tertentu, misalnya penyakit pankreas, endokrinopati, hormon tiroid.
e. Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa kehamilan, dapat
didiagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-kira 24
minggu kehamilan.
Patofisio
logi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin itu sendiri, antara lain:
resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin terikat pada
reseptor khusus di permukaan sel. Akibat dari terikatnya insulin tersebut maka,
akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel
tersebut.
Resistensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai adanya
penurunan reaksi intra sel atau dalam sel.
Dengan hal – hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa
oleh jaringan tersebut. Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk
pencegahan terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus terdapat
peningkatan jumlah insulin dalam sel untuk disekresikan .
Komplikasi
Komplikasi akut Komplikasi kronis
1. Koma hiperglikemia disebabkan 1. Mikroangipati (kerusakan pada saraf-
karena gula sangat tiggi biasanya saraf perifer) pada organ-organ yang
terjadi pada NIDDM mempunyai darah kecil
2. Ketoasidosis atau keracunan zat 2. Makroangiopati
1. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
keton sebagai hasil metabolisme
seperti miokard infark maupun gangguan
lemak dan protein terutama terjadi fungsi jantung karena arteriskelosis
pada IDDM 2. Penyakit vaskuler perifer
3. Koma hipoglikemia akibat terapi 3. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau
insulin yang berlebihan atau tidak stroke
terkontrol 1. Gangren diabetika karena adanya
neuropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh
Patoflowdia
gram
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang
untuk penderita diabetes melitus antara lain :
1. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi
keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada
jempol kaki berkurang (-).
2. Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat,
kering yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus
yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
3. Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk
mencegah terjadinya ulkus
2. Pemeriksaan Vaskuler
1. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas
subkutan, adanya benda asing, osteomelietus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah
Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa),
2. Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau
tidaknya kandungan glukosa pada urine tersebut.
Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara
Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil
dapat dilihat dari perubahan warna yang ada : hijau (+),
kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3. Pemeriksaan kultur pus Bertujuan untuk mengetahui jenis
kuman yang terdapat pada luka dan untuk observasi
dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
4. Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan
tindakan pembedahan
Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Menurut Sugondo (2009 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
1. Obat hiperglikemik Oral
2. Insulin

a. Ada penurunan BB dengan drastis

b. Hiperglikemi berat

c. Munculnya ketoadosis diabetikum

d. Gangguan pada organ ginjal atau hati.


Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara lain :
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
Penatalaksanaan
Keperawatan
b. Keperawatan Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu :
1. Diit
Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
2. Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan – jalan sore,
senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
3. Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri
dan optimal.
4. Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
5. Penyuluhan kesehatan
6. Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita ulkus dm
supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada dirinya dan
mampu menghindarinya.
7. Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang
dikeluarkan.
8. Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan
mencegah infeksi luka setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
(Smelzer & Bare, 2005)
9. Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner ada dua
klasifikasi antara lain : Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak
dilakukan atau tidak ada. 17 Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta
pengelolaan medis, dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang
sampai dengan luka terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005)
ULKUS
DIABETIKUM
Ulkus atau kaki diabetik adalah kerusakan sebagai (partial
thickness) atau keseluruhan (full thickness) pada kulit yang
dapat meluas ke jaringan di bawah kulit, tendon, otot, tulang
atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita
penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul sebagai
akibat terjadinya peningkatan kadar gula yang tinggi. Jika
ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan
penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi
terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit
arteri perifer sering mengakibatkan gangren dan amputasi
ekstremitas bagian bawah (Parmet, 2005)
Etiologi
Etiologi ulkus kaki diabetik biasanya memiliki banyak komponen
meliputi neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia,
pembentukan kalus, infeksi dan edema (Benbow, 2009).
Sedangkan menurut Oguejiofor (2009) selain disebabkan oleh
neuropati perifer (sensorik, motorik, otonomik) dan penyakit
pembuluh darh perifer (makro dan mikro angiopati).
Patofisiologi
1. Ulkus diabetik diakibatkan oleh aktifitas beberapa faktor yang simultan.
Penyebab umum yang mendasari adalah terjadinya neuropati perifer dan iskemia
dari penyakit vaskular perifer (Sumpio, 2000)
2. Neuropati, kejadian neuropati yang diakibatkan karena status hiperglikemia akan
memicu aktifitas enzim aldolase reductase dan sorbitol dehydrogenase. Hal ini
mengakibatkan terjadinya konversi glukosa intraseluler menjadi sorbitol dan
fruktose.
3. Neuropati pada pasien DM dimanfestasikan pada komponen motorik, autonomik
dan sensorik sistem saraf. Kerusakan innervasi sistem syaraf pada otot-otot kaki
menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi kaki yang
dipengaruhi. Hal ini mengakibatkan penonjolan tulang yang abnormal dan
penekanan pada satu titik, yang akhirnya menyababkan kerusakan kulit dan
ulserasi.
Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati
menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
memberikan gejala klinis 5 P yaitu: Pain (nyeri), Paleness (kepucatan),
Paresthesia (kesemutan), Pulselessness (denyut nadi hilang) dan Paralysis
(lumpuh).Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari Fontaine, 1992:
1. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
2. Stadium II : terjadi klaudikasio (rasa sakit yang disebabkan oleh aliran darah
terlalu sedikit yang bersifat intermiten).
3. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
4. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Tanda dan Gejala
Smeltzer dan Bare (2001: 1220)
Sedangkan tanda dan gejala lainnya adalah sebagai berikut:
a. Sering kesemutan
b. Nyeri kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa berkurang
d. Kerusakan jaringan (nekrosis)
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis
f. Tibialis (neuralgia tibialis posterior) adalah nyeri di pergelangan kaki dan jari
kaki yang disebabkan oleh penekanan atau kerusakan pada saraf yang menuju ke
tumit dan telapak kaki.
g. Aneurisma arteri poplitea adalah tonjolan abnormal yang muncul pada dinding
arteri pada daerah dibelakang sendi lutut yang dapat menimbulkan masalah
gumpalan darah dan menutup aliran darah sepenuhnya.
h. Kaki menjadi atrofi
i. Dingin dan kuku menebal
j. Kulit kering
Klasifikasi
Tabel Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner
Grade Deskripsi

0 Tidak ada lesi, kemungkinan deformitas kaki atau selulitis

1 Ulserasi superfisial
2 Ulserasi dalam meliputi persendian, tendon atau tulang
3 Ulserasi dalam dengan pembentukan abses, osteomyelitis, infeksi
pada persendian
4 Nekrotik terbatas pada kaki depan atau tumit
5 Nekrotik pada seluruh bagian kaki
Komplikasi
Penelitian Hariani (2006) didapatkan  ulkus diabetik memungkinkan
masuknya bakteri serta menimbulkan infeksi luka, apabila ulkus
diabetik yang tidak terawat dan tertangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut pada penderita ulkus diabetik,
diantaranya amputasi anggota gerak, terjadi infeksi tulang dan sepsis.
Melihat data yang dijumpai pada hasil penelitian maka resiko pasien
yang mengalami ulkus diabetik semakin besar dengan kondisi pasien.
Kondisi banyaknya pasien yang mengalami ulkus diabetik perlu
mendapatkan perhatian perawat agar tidak terjadi komplikasi
Penyembuhan
1. Fase inflamasi (0-3 hari)
2. Pada fase ini terdapat proses hemostatsis akibat adanya injuri. Pada proses
hemostasis terjadi proses koagulasi, pembentukan kloting fibrin, dan pelepasan
growth faktor. Pada fase ini neutropil dan makrofag menuju dasar luka. Kedua sel
tersebut merupakan bagian terpenting dalam tahap inflamasi. Setelah hari ke-3
neytropil hilang karen proses apoptosis dan dilanjutkan oleh makrofag. Makrofag
memproduksi tissue inhibitor matrik metalloprotein (TIMPs)
3. Fase proliferasi (4-21)
4. Selama fase ini integritas vaskular diperbaiki, cekungan insisi diisi dengan
jaringan konektif dan permukaan luka sudah dilapisi epitel baru. Pada minggu ke-
3 setelah injuri, kekuatan penyembuhan luka hanya 20% dari kulit rapat.
5. Fase maturasi/remodelling (21 hari-1 tahun)
6. Pada fase ini terjadi fase penghancuran matrik dan pembentukan matrix.
Pembentukan kolagen semakin kuat sampai dengan 80% dibandingkan dengan
jaringan yang tidak luka.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas
2. Penilaian kemungkinan isufisiensi vaskuler
3. Kemungkinan neuropati perifer
4. Pemeriksan lab (darah, metabolik, Pemeriksaan lab vaskuler
noninvansif)
5. Pemeriksaan Radiologis (Pemeriksaan foto polos, Computed
Tomographic (CT)) scan atau MRI
Penatalaksanaan Ulkus
kaki Diabetik
Fryberg. Et al. (2006) menyatakan tujuan utama penatalaksanaan ulkus kaki diabetik
adalah mencapai penutupan luka secepat mungkin. Menyelesaikan ulkus kaki dan
menurunkan kejadian berulang dapat menurunkan kemungkinan amputasi pada
ekstremitas bagian bawah pasien DM.
1. Bryant dan Nix (2007) menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik studi penting
sekali dilakukan pada pasien yang mengalami ulkus kaki. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui secara spesifik abnormalitas anatomik maupun
fungsional dari vaskuler
2. Pengkajian gaya hidup/ faktor psikososial. Merokok , alkohol, penyalahgunaan
obat, kebiasaan makan, obesitas, malnutrisi, dan tingkat mobilisasi dan aktifitas.
Selain itu depresi dan penyakit mental juga dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan. Manajemen jaringan/tindakan dasar ulkus. Tujuan dari debredimen adalah
membuang jaringan mati atau jaringan yang tidak penting (delmas, 2006)
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1. Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes melitus dan apakah
sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
2. Apakah pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg
3. Apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti pankreatitis, neoplasma, trauma/
panreatectomy, penyakit infeksi seperti kongenital rubella, infeksi citomegalovirus, serta
sindrom genetik diabetes seperti sindrom Down
4. Penggunaan obat-obatan atau zat kimia seperti glukokor tikoid, hormon tiroid, dilantin,
nicotinic acid.
5. Hipertensi lebih dari140/90 mmHg atau hiperlipidemia, kolesterol atau trigkiserida lebih
dari 150 mg/dl.
6. Perubahan pola makan, minum dan eliminasi urin.
7. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit DM
8. Apakah riwayat luka yang lama sembuh.
9. Penggunaan obat DM sebelumnya
Asuhan Keperawatan
b. Keluhan utama pasien saat ini
1. Nutrisi : peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau
peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.
2. Eliminasi : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
berkemih, diare.
3. Neurosensori : nyeri kepala, parasthesia, kesemutan pada
ekstremitas, penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
4. Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina,
luka gangreng.
5. Muskuluskeletal : kelemahan dan keletihan
6. Fungsi seksual : ketidak mampuan ereksi (impoten), regiditas,
penurunan libio, kesulitan orgasme pada wanita.
Asuhan Keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan integumen :
1. Kulit kering dan kasar 3. Sistem persarafan
2. Gatal-gatal pada kulit dan sekitar alat 1. Menurunnya kesadaran
kelamin 2. Kehilangan memori, iritabilitas
3. Luka gangren 3. Paresthesi pada jari-jari tangan dan
2. Muskuloskeletal kaki
4. Kelemahan otot 4. Neuropati pada eksteremitas
5. Nyeri tulang 5. Penurunan sensasi dengan
6. Kelainan bentuk tulang pemeriksaan monofilamen
7. Adanya kesemutan, paresthesia dan 6. Penurunan reflek tendon dalam
kram eksremintas
8. Osteomilitis
d. Test diagnostik
1. Pemeriksaan darah
1. Pemeriksaan gula darah meningkat
2. Peningkatan HgbA1c
3. Kolesterol dan trigliserida meningkat
4. Sistem pernapasan 4. Pemeriksaan albumin
1. Napas bau keton 5. Pemeriksaan darah urea nitrogen (BUN) dan kreatinin
2. Perubahan pola napas 6. Pemeriksaan elektrolit
5. Sistem 2. Pemeriksaan urin
kardiovaskuler 7. Glukosa urine meningkat
3. Hipotensiatau 8. Pemeriksaan keton dan albumin urin
3. Rontgen foto
hipertensi 9. Rongen dada untuk menentukan adanya kelainan paru- paru
4. Takhikardia, palpitasi 4. Pemeriksaan angiografi, monofilamen, dopler pada luka
5. Kultur jaringan pada luka gangren
6. Pemeriksaan organ lain yang mungkin terkait dengan
komplikasi DM seperti pemeriksaan mata, saraf, jantung dll.
Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan degan tidak adekuatnya produksi insulin
2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
hiperglikemia dan poliuria
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati
sensori perifer, defisit fungsi motoring, neuropati otonomik
4. Resiko tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan
baru terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan
tetang diabetes dan pengobatannya
Intervensi
Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan degan
tidak adekuatnya produksi insulin
Tujuanya : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Pasien menungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan baik
b. Berat badan pasien dalam rentang ideal
c. Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, indeks massa Tubuh (BMI).
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Nilai Hb dalam batas normal
f. Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi
Data yang mungkin muncul
1. Mual dan tidak nafsu makan
2. Intake kalori kurang dari kebutuhan tubuh
3. BB 10-20% dibawah BB ideal
4. Hiperglikemia
5. Hb kurang dari normal
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien 1. Menentukan kebutuhan nutrisi pasien
2. Timbang BB pasien dan lakukan secara berkala 3 hari sekali atau sesuai 2. BB indikator status nutrisi pasien. Dapat menentukan bassal
indikasi massa indeks dan merencanakan terapi nutrisi

3. Ukur body massa indeks pasien 3. Kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan juga oleh BMI

4. Identifikasi faktor faktor yang mempenggaruhi status nutrisi pasien 4. Banyak faktor yang mempengaruhi status nutrisi sehingga perlu
diketahui penyebab kurang nutrisi dan merencanakan pemenuhan
nutrisi

5. Monitoring gula darah pasien secara periodik sesuai indikasi. 5. Perubahan kadar gula darah Dapat terjadi setiap saat serta dapat
menentukan perencanaan kebutuhan kalori

6. Monitor nilai laboratorium yang terkait dengan status nutrisi seperti albumin 6. Penurunan albumin indikasi penurunan protein penurunan Hb
Hb transfering, elektrolit. indikasi penurunan eritrosit darah penurunan transfering indikasi
penurunan serum protein kadar otasium dan sodium menurun pada
malnutrisi.
2. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan
poliuria
Tujuan : pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
a. Pola BAK normal
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c. Konsentrasi urine normal
d. BB pasien stabil atau tidak ada penurunan BB
e. Intake cairan 1500-3000 ml per hari
f. Kadar gula darah rentang toleransi
Data yang mungkin muncul :
1. Pasien sering BAK
2. Pasien sering haus dan minum
3. Konsentrasi urine meningkat
4. Penurunan BB
5. Kulit kering, tugor kulit kurang
6. Kadar gula darah meningkat
7. Penurunan tekanan darah
8. Peningkatan nadi
Intervensi Rasional
1. Kaji pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor 1. Menentukan status cairan tubuh
kulit pasien
2. Timbang BB pasien setiap hari 2. Penurunan BB mudah sekali terjadi pada pasien
dengan kehilangan cairan
3. Monitor intake dan output cairan pasien 3. Menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan
tubuh.
4. Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah yang cukup (1500- 4. Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
3000 ml)
5. Monitoring tanda vital 5. Kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan
darah, sinus, takikardia dapat terjadi pada
hipovolemia
6. Monitor keadaan albumin dan elektrolit 6. Penurunan albumin indikasi penurunan protein,
penurunan Hb indikasi penurunan transfering
indikasi penurunan serum protein. Kadar potasium
dan sodium menurun pada malnutrisi.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer,
defisit fungsi motoring, neuropati otonomik
Tujuan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
a. Keadaan jaringan kulit utuh
b. Neuropati tidak ada
c. Tidak terjadi luka atau ulkus diabetikus.
d. Vaskularisasi perifer baik
e. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
f. Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh
g. Keadaan kaki utuh
Data yang mungkin muncul
1. Neuropati perifer
2. Vaskularisasi perifer kurang
3. Gangguan fungsi motokrik
4. Adanya tanda kaki charcot
Intervensi Rasional
1. Kaji penampilan atau kedadaan dan kebersihan kaki pasien 1. Kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami gangguan
integritas kulit pada pasien DM

2. Kaji keadaan kuku pasien 2. Pasien DM sering mengalami gangguan imunitas sehingga
infeksi jamur mudah terjadi, termasuk pada kuku.

3. Kaji integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya ulserasi 3. Autonomik neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit
dermatitis mudah pecah serta terjadi infeksi

4. Kaji keadaan dan bentuk kaki apakah ada bentuk kaki charcot, cacat adanya 4. Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan atropi
pembentukan kalus. sehingga terjadi perubahan bentuk kaki.

5. Kaji status sirkulasi vaskular kaki dengan palpasi, pulsasi ultrasound dopter 5. Pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis sehingga
terjadi penurunan suplai darah ke kaki

6. Kaji adanya edema 6. Keadaan edema mempermudah terjadinya luka.


4. Resiko tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar
DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tetang diabetes dan
pengobatannya
Tujuan : pasien dapat memperlihatkan kemampuan untuk mempertahankan gula darah
dalam rentang toleransi dan dapat memunjukkan pengetahuan tentang perawatan diri pada
pasien DM.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala DM
b. Pasien memahami penyebab dan perjalanan penyakit DM
c. Pasien memahami kriteria penyakit DM
d. Pasien memahami risiko atau komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien DM
e. Pasien memahami cara pengukuran gula darah
f. Pasien mengerti terapi yang diberikan
g. Pasien memahami perawatan pasien dengan DM
Data yang mungkin muncul
1. Pasien pertama kali DM
2. Pasiien mengatakan tidak mengetahui penyakit DM, pengobatan dan perawatannya
3. Pasien mengalami komplikasi penyakit DM
Intervensi Rasional
1. Kaji latar belakang pendidikan pasien dan pengetahuan pasien tentang 1. Memahami dan mengukur kemampuan apa saja yang
penyakit DM harus disampaikan kepada pasien

2. Kaji faktor resiko penyakit DM yang dialami pasien 2. Informasi awal yang penting untuk perencanaan intervensi
lebih lanjut

3. Kaji komplikasi yang mungkin timbul pada pasien DM seperti 3. Informasi adanya komplikasi pada pasien DM merupakan
hipertensi, penyakit jantung, ginjal, stroke, gangguan penglihatan dan indikator pasien mengalami DM pada masa yang lama
gangguan seksual

4. Kaji adanya neuropati sensorik, neuropati motorik dan otonom 4. Mengetahui resiko terjadinya luka diabetik

5. Eksplorasi pengetahuan pasien tanda dan gejala DM , penyebab, 5. Menggali kemampuan pasien dalam mengenai tanda dan
pengobatan, cara pengukuran gula darah gejala, pengobatan dan cara pengukuran gula darah

6. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM, 6. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien
penyebab,pengobatan, cara pengukuran gula darah.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk  membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
 
EVALUASI
KEPERAWATAN
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Penilaian  dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.
Kesimpulan
1. Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang
mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit
ini timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh
kita dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Paling sedikit terdapat tiga
bentuk diabetes mellitus: tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional.
2. Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering makan,
dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntukan
insulin, pendidikan dan kepatuhan terhadap diet, dan program olahraga. Diabetes
mellitus dapat terjadi komplikasi akut. Macam-macam komplikasi akut, yaitu
ketoasidosis diabetes, efek somogyi, dan fenomena fajar.
3. Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau destruksi ke
jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM) akibat
abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Harus memperhatikan
yang berhubungan dengan luka, warna, ukuran,bentuk, keparahan dll.
Referensi
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:
EGC
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk
Paramedis. Bandung:
Brunner & Suddarth: 2010, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC
https://www.youtube.com/watch?v=XfyGv-xwjll

Anda mungkin juga menyukai