Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR DAN ASUHAN

KEPERAWATAN HIPOPARATIROID
DEFINISI
Hipoparatiroid
adalah defisiensi
kelenjar paratiroid
dengan tetani sebagai
gejala utama.
Hipoparatiroidisme
adalah kondisi dimana
tubuh tidak membuat
cukup hormon paratiroid
atau parathyroid
hormone (PTH).
KLASIFIKASI
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel
idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah.
Hipoparatiroid neonatal

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang


dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid.
Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia
 Simpel idiopatik hipoparatiroid

Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang


dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada
hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium,
jaringan lambung dan adrenal.
 Hipoparatiroid pascabedah

Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau


paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau
esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid,
biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar
paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior.
Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen.
ETIOLOGI
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara

pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid,antara

lain :

1). Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

a. Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi

b. Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)

2). Hipomagnesemia

3). Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif

4). Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)


MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh

kalsium serum yang rendah. Keluhan penderita ± 70 % adalah tetani.

Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.

Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal, dispagia,

potophobia, cardiac disritmia.

Gejala lain:

a)  Gangguan emosional: cemas, mudah marah, depresi .

b) Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit

kering dan permukaan kasar, kuku tipis.


Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa,
kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan
keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta
kaki.
Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai
steatore; rambut kering.
ANATOMI
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm,
yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar
paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat
cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid
yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial.
Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga
merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang
kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan
tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar
paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada
posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam
timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid
kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid.
PATOFISIOLOGI
Produksi hormon paratiroid (PTH) yang kurang akan
menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
Pembedahan dengan manipulasi leher dapat merusak
kelenjar paratiroid dan kejadian ini mungkin timbul
karena tindakan tersebut menyebabkan iskemia. Derajat
hipoparatiroidisme dapat bervariasi mulai dari
penurunan simpanan hormon paratiroid hingga gejala
tetani yang nyata. Hipomagnesemia dapat mencegah
sekresi hormon paratiroid pada pasien dengan
kehilangan magnesium yang kronis melalui traktus GI,
defisiensi gizi dan kehilangan magnesium melalui ginjal.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :

1. Aritmia jantung, gagal jantung


2 Katarak

3. Kalsifikasi ganglia basalis


4. Pertumbuhan yang terhenti, malformasi gigi, dan retardasi mental
5. Gejala parkinson

6. Hipotiroidisme 
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemberian peparat parathormon parenteral dapat
dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut
disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya
insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon,
maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada
hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan
parathormon memerlukan pemantauan akan adanya
perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosis hipoparatiroid, dokter akan melakukan wawancara
medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, antara lain:
Pemeriksaan darah, untuk menilai kadar kalsium, fosfor, magnesium,
serta hormon paratiroid dalam tubuh.
Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat kondisi detak jantung yang
dapat terganggu akibat rendahnya kadar kalsium.
Foto Rontgen dan tes kepadatan tulang (bone densitometry), untuk
melihat efek kalsium yang rendah pada tulang.
Pemeriksaan kondisi gigi pada anak-anak, untuk mendeteksi gangguan
atau keterlambatan dalam pertumbuhan gigi.
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOPARATIROID
PENGKAJIAN
Neurologis
Gejala :Paraestesia, kesemutan, tremor, peka rangsang, kejang, adanya
tanda Chvostek's/trousseou's, perubahan tingkat kesadaran.
 Muskoleskeletal
Gejala : kekakuan dan kelelahan
 Kardiovaskuler
Gejala : sianosis, palpitasi dan disritmia jantung
 Pernafasan
Gejala : suara serak, strdor, edema laring
 Gastrointestinal
Gejala : mual dan muntah
Integumen
Gejala : Kulit kering dan kuku keras/ kuku rapuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)  Pre Op
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme/edema laring
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
b)    Post Op
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
trauma pita suara akibat operasi parathyroid
 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya
insisi pembedahan dan pemasangan alat-alat medis
INTERVENSI DAN RASIONAL
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan spasme/edema laring
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan
tindakan
keperawatan jalan nafas klien efektif
Kriteria hasil : suara nafas bersih, tidak apnoe, sputum
dapat keluar dengan baik, tidak sesak, tidak batuk
Intervensi. Rasional.
Kaji kecepatan dan kedalaman perubahan pada pernapasan, adanya
pernafasan, catat penggunaan alat bantu ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
pernafasan saat klien bernafas

Beri posisi tdur semi fowler memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan
ekspansi paru.

Dorong menelan bila pasien mampu mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan
resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila
epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi
bermakna dan nyeri terjadi.

Kolaborasi : Pemberian oksigen sesuai fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau
dengan peogram melembabkan udara yang lewat.Tambahan
kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa
dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret
melalui stoma.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam klien dapat beraktifitas secara
bertahap
Kriteria Hasil:
Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi
dan personal hygiene secara mandiri
 Klien dapat melaksanakan aktifitas hariannya seperti
semula
Intervensi Rasional
Kaji tingkat ketidakmampuan klien Menentukan luasan toleransi

Bantu aktifitas yang tidak dapat Membantu pasien dalam pemenuhan ADL
dilakukan sendiri (mandi, makan,
minum, kebersihan diri/lingkungan dan
eliminasi)

Secara bertahap libatkan klien dalam Penuhi kebutuhan pasien tanpa


pemenuhan kebutuhan sehari-hari menyebabkan kelelahan
sesuai dengan kondisinya

Buat jadwal istirahat/ aktifitas klien Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan
 b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan trauma pita
suara akibat operasi parathyroid
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien dapat berkomunikasi verbal secara bertahap
Kriteria Hasil:
a. Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan kebutuhannya
dengan tulisan atau bahasa isarat.
b. Klien dapat memahami apa yang dijelaskan oleh perawat
c. Kebutuhan klien dapat terpenuhi
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital, contoh frekuensi Takikardi dapat tejadi karena nyeri, cemas,
jantung, TD hiposekmia, dan menurunnya curah jantung
Catat warna kulit dan Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung
adanya/kualitas nadi turun, membuat kulit pucat atau warna abu-
abu dan menurunnya kekuatan nadi perifer
Auskultasi bunyi napas dan bunyi S3, S4 atau krekels terjadi dengan
jantung. Dengarkan murmur dekompensasi jantung atau beberapa obat
Berikan periode istirahat adekuat. Penghematan energy, menurunkan kerja
Bantu dalam/melakukan aktivitas jantung
parawatan diri, sesuai indikasi
Mempertahankan tirah baring pada Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan
posisi nyaman selama episode akut menurunkan kerja miokard dan resiko
kompensasi
d. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
adanya luka pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam klien terhindar dari infeksi
Kriteria Hasil:
Suhu tubuh normal
Hasil pemeriksaan leukosit pada batas normalLuka
bersih dan kering, tidak menunjukkan tanda-tanda
nfeksi
Intervensi Rasional

Efektif berarti menurunkan


penyebaran/tambahan infeksi
Tunjukkan/dorong teknik mencuci
tangan yang baik

observasi tanda-tanda vital, observasi Demam dapat terjadi karena infeks dan/atau
adanya peningkatan suhu dehidrasi

Batasi pengunjung untuk mencegah Mencegah infeksi silang terhadap pengunjung


infeks silang
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam
tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kamampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan dengan cara menialai sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk memahami
respon terhadap intevensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
KESIMPULAN
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat
diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan
pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total
tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat
(acquired)
Hipomagnesemia
Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
Resistensi terhadap hormone paratiroid
(pseudohipoparatiroidisme)
REFERENSI
https://www.scribd.com/doc/246662036/HipoParatir
oid
https://www.academia.edu/29719659/HIPOPARATIR
OIDISME
Black and Jane, 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai