Anda di halaman 1dari 32

PROGRAM PELAYANAN PUSKESMAS

“KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)”

Disusun Oleh :

1. Putri Onuli Hitler Sihombing


2. Dimas Prasetio
3. Rosne Oktania Putri Saragih
4. Abrianti Sanakkat

Dosen Pembimbing :

Ns. Hasian Leniwita M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Program Pelayanan
Puskesmas Kesehatan Ibu dan Anak” ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk menginformasikan seputar program puskesmas yakni
kesehatan ibu dan anak

Terima kasih penulis sampaikan kepada Adventus MLB, M.Kes selaku koordinator mata
ajar perkesmas serta Ns.Hasian Leniwita, M.Kep selaku dosen pembimbing praktik klinik
perkesmas yang telah membimbing dan memberikan pembelajaran demi terselesainya makalah
ini. Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang membangun.

Jakarta, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat..................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................7
2.1 Puskesmas..................................................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Puskesmas..........................................................................................................7
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas.............................................................................................8
2.1.3 Program Pokok Puskesmas :................................................................................................9
2.2 Program Puskesmas Pelayanan KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak).......................................10
2.2.1 Tujuan Program KIA.........................................................................................................10
2.2.2 Pengelolahan program KIA...............................................................................................11
2.2.3 Pelayanan Kesehatan ibu dan anak (KIA)..........................................................................12
2.2.4 Status Gizi Ibu Hamil.........................................................................................................22
2.2.5 Stunting..............................................................................................................................26
2.3 SAP...........................................................................................................................................28
BAB III PENUTUP................................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................29
REFERENSI............................................................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya diwilayah kerjanya. (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta, dimana dibicarakan upaya pengorganisasian
system pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada
waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP,
dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak berhubungan. Melalui
Rekerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama
kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi dinas kesehatan
kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan wajib puskesmas yang disebut
juga sebagai basic six meliputi usaha promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Disamping itu upaya perbaikan gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan. Indikator
derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak program kesehatan
adalah Infant Mortality Rate, Maternal Mortality Rate, dan Birth Rate yang semuanya
terintegrasi dalam ruang lingkup kegiatan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
(Sulaeman, 2011).
Sejak diperkenalkannya Puskesmas pada tahun 1969, Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematiaan Bayi (AKB) sudah berhasil diturunkan secara perlahan. AKI berhasil
diturunkan dari 318 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 pr 100.000
kelahiran hidup tahun 2007. AKI tersebut masih tertinggi di wilayah Asia Tenggara.

4
Besarnya AKI tersebut menggambarkan masih rendahnya tingkat kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat, status gizi dan status kesehatan ibu, cakupan dan kualitas pelayanan 2 untuk
ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas serta kondisi kesehatan lingkungan (Sulaeman,
2011).
Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak
keluarga berencana serta anak remaja, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit dan upaya pengobatan. Melalui program dan kegiatannya,
puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia,
khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Program kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas utama pembangunan
kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi
ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan dasar
dan pelayanan rujukan primer ( sistriani, 2014 ).
Status kesehatan yang masih rendah merupakan salah satu masalah kesehatan yang
terjadi di Indonesia saar ini, ditandai dengan angka kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Upaya
memperbaiki kesehatan Ibu telah menjadi prioritas utama dari pemerintah. AKI juga
mengindikasi kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada
puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Untuk diperlukan pengelolaan program
kesehatan ibu dan anak ayng bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak setinggi-
tingginya ( Peraturan Presiden RI,2012).

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Puskesmas
2. Apa itu Program Pelayanan Puskesmas KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak)
3. Apa itu Nutrisi Pada Ibu Hamil
4. Apa itu Stunting
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mahasiswa Perawat Memahami apa itu Puskesmas
2. Mahasiswa Perawat Memahami apa itu Program Pelayanan Puskesmas KIA ( Kesehatan
Ibu dan Anak)
3. Mahasiswa Perawat Memahami apa itu Nutrisi Pada Ibu Hamil
4. Mahasiswa Perawat Memahami apa itu Stunting

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Azrul Azwar (1996), pengertian puskesmas yaitu suatu unit pelaksaan
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang
berkisinambungan pada suatu masyarakat yang bertemoat tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.
Puskesmas ( Pusat Kesehatan Masyarakat ) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok, Depkes RI (2004). Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis
dinas menyelenggarakan pembangunan kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja ( Effendi, 2009).
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sebagai Unit pelaksana Teknis (UPT) Kabupaten/kota Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak dari pembangunan kesehatan.
b. Pembangunan kesehatan adalah merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pembanguan Kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang bermutu.

7
c. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten/Kota. Sedangkan
Puskesmas bertanggungjwab hanya untuk sebagaian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai
kemampuannya.
d. Standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.Tetapi apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja
dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa,kelurahan,atau RW) , masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Puskesmas


Tujuan Puskesmas : Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (Permenkes No. 75 Tahun 2014):
a. Memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
c. Hidup dalam lingkungan sehat.
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat

Fungsi Puskesmas : Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, fungsi puskesmas adalah,

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat


dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan
sektor lain terkait.

8
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan
berbasis masyarakat.
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
2.1.3 Program Pokok Puskesmas :
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok pelayanan
kesehatan di Puskesmas yaitu :
a. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitative) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
b. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yangdiarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melaluikegiatan
penyuluhan (induvidu dan kelompok maupun masyarakat)
c. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB
diPuskesmas yang ditubuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS(Pasangan
usia Subur) untuk ber KB dan pelayanan ibu hamil dan bersalin dan nifas serta
pelayanan bayi dan balita.
d. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
pnyakit menular/infeksi ( misalnya TB, DBD, Kusta dll).
e. Kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.

9
f. Perbaikan Gizi Masyarakt yaitu program pelayanan kesehatan. Perbaikan gizi
masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penaggulangan kurang energi protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih dan
pemberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga/masyarkat.

Dalam pelayanan puskesmas memiliki beberapa asas yakni salah satunya adalah
menjalankan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu masalah
kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan
kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit. Rujukan kesehatan adalah berkaitan
dengan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit sedangkan Rujukan Medik adalah
rujukan pelayanan kesehatan yang terutama meliputi upaya penyembuhan dan
pemulihan. Dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang pedoman
Program Jaminan Kesehatan pada BAB IV pelayanan kesehatan yaitu setiap peserta
memiliki hak dan mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu setiap peserta memiliki hak
mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud puseksmas.

2.2 Program Puskesmas Pelayanan KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak)


KIA merupakan upaya kesehatan Ibu dan Anak di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Dalam KIA keluarga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi
kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang
paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga
terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi sehingga
dewasa,karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutama ibunya. (Asfryati, 2003)
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan
sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup

10
pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak
2.2.1 Tujuan Program KIA
a. Tujuan Umum
Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
b. Tujuan Khusus program KIA adalah :
a) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
b) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
c) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
d) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2.2.2 Pengelolahan program KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
a. Peningkatan pelayanan antenatal (ANC) sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.

11
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
c. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas
kesehatan.
d. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas
kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
e. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neoanatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesaui standar di semua
fasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2.2.3 Pelayanan Kesehatan ibu dan anak (KIA)


a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan
antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Standar “10T” untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan (T1)
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat ANC ini dilakukan
untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil. Hal ini sangat penting dilakukan
untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
dengan keadaan rongga panggul.

12
Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada saat melakukan kunjungan
ANC. Ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko dari kelebihan berat badan
pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko komplikasi selama hamil dan
saat persalinan seperti tekanan darah tinggi saat hamil (hipertensi gestasional),
(diabetes gestasional) bayi besar, dan kelahiran cesar adapun ibu hamil dengan
berat badan kurang selama kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir
prematur (kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), oleh karena itu usahakan berat badan berada pada kisaran normal
selama kehamilan (Mandriwati, 2011).
2) Ukur Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan kunjungan dengan
normal 120/80 mmHg. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah tekanan
darah normal atau tidak, tekanan darah yang tinggi yang mencapai 180/100
mmHg dapat membuat ibu mengalami keracunan kehamilan, baik ringan
maupun berat bahkan sampai kejangkejang atau preeklamsi/ eklamasi.
Sementara tekanan darah yang rendah juga menyebabkan pusing dan lemah
(Mandriwati, 2011).
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali diawal kunjungan ANC
ini dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu hamil (skrining KEK) dengan
normal 23 cm, jika didapati kurang dari 23,5 cm cm maka perlu perhatian
khusus tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil kurang gizi maka
daya tahan tubuh untuk melawan kuman akan melemah dan mudah sakit
maupun infeksi, keadaan ini tidak baik bagi pertumbuhan janin yang
dikandungnya dan juga dapat menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada
proses persalinan yang akan memicu terjadinya perdarahan (Mandriwati, 2011).
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (T4)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat usia kehamilan
masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat ukur capiler, dan bisa juga
menggunakan pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui usia kehamilan dan

13
tafsiran berat badan janin dan agar terhindar dari resiko persalinan lewat waktu
yang berakibat pada gawat janin (Mandriwati, 2009).
5) Pengukuran Presentasi Janin dan Detak Jantung (DJJ) (T5)
Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir trimester III untuk
menentukan pada bagian terbawah janin kepala , atau kepala janin belum masuk
panggul berarti ada kelainan letak panggul sempit atau ada masalah lain.
Pengukuran detak jantung janin dilakukan menggunakan stetoskop monoaural
atau doppler sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin
khususnya denyut jantung janin dalam rahim dengan detak jantung janin yang
normal nya 120x / menit dilakukan pada ibu hamil pada akhir minggu ke 20
(Mandriwati, 2011).
6) Melakukan Skrining TT dan Pemberian TT ( Tetanus Toksoid ) (T6)
Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sedangkan
pengertian imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus, (Idanati Rukna, 2005)
Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid Tetanus yang telah
dimurnikan yang terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfas. Thimerosal
0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung
potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT dipergunakan untuk pencegahan tetanus
pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk
pencegahan tetanus, (Idanati Rukna, 2005).

 Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu hamil jumlah vaksin


yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu sudah mendapatkan imunisasi TT,
secara idealnya WUS (Wanita Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 5 kali (long life) mulai dari TT1 sampai TT5.
 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

14
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi
tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan)
dengan dosis 0,5 cc.

Dengan selang waktu meliputi :

Antigen Interval Lama Perlindungan


perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
antenatal
pertama
TT2 4 minggu setelah 3 Tahun 80%
TT1
TT3 6 bulan setelah 5 tahun 95%
TT2
TT4 1 tahun setelah 10 tahun 99%
TT3
TT5 1 tahun setelah 25 tahun/ seumur 99%
TT4 hidup

Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan


dapat membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit Tetanus
khususnya bagi bayi yang baru lahir.

 Cara pemberian :

15
Imunisasi TT disuntikan secara intramuscular atau sub kutan dalam dengan
dosis pemberian 0,5 ml Pemberian imunisasi 5 dosis melalui program
imunisasi dasar dan bulan imnisasi anak sekolah (BIAS)
 Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) :
1) Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus
neonatorum.
2) Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan terjadinya
tetanus apabila terluka pada saat persalinan.
3) Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan penting dalam mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal tetanus
neonatorum (Depkes RI, 2004).
 Tujuan Pemberian Imunisasi Tetanus toksoid
Adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan
infeksi dengan vaksin yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum yang disebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang menyerang sistem saraf pusat dan
melidungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2010).

Untuk imunisasi TT WUS ( Wanita Usia Subur :

a) Jika memiliki kartu TT berikan dosis sesuai dengan jadwal pemberian TT


nsional.
b) Jika tidak memiliki kartu TT tanyakan apakah ia pernah mendapatkan dosis
TT di masa lalu
c) Jika tidak berikan dosis pertama TT dan anjurkan kembali sesuai jadwal
pemberian TT nasional
d) Jika ya berapa banyak dosis yang telah diterima sebelumnya dan berikan
dosis brikutnya secara berurutan

16
e) Jika ia tidak bidsa mengingat atau tidak tahu sebaiknya berikan dosis kedua
kepadanya dan anjurkan untuk datang lagi untuk menerima dosis
berikutnya.

Pertanyaan skrining :

a) Tanyakan umur WUS


b) Pendidikan SD,lulus smapai kelas 6
c) Apakah mendapat imunisasi atau suntikan di waktu SD ? waktu kelas berapa
dan berapa kali
d) Pernah mendapatkan imunisasi? Berapa kali ? dan beapa jarak
pemberiannya?
e) Sudah hamil berapa kali?
f) Apakah saa hamil mendapatkan imunisasi ? berapa kali ? dan berapa jarak
pemberian dengan imunisasi sebelumnya?

Sensitivitas vaksin : Vaksin TT merupakan vaksin yang sensitive terhadap


pembekuan sebaiknya disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius.

7) Pemberian Tablet Fe (T7)

Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah dibutuhkan oleh ibu
hamil guna mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama
kehamilan.Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan
pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-turut selama 90
hari selama masa kehamilan, sebaiknya memasuki bulan kelima kehamilan.
TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan
0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk yang mengandung vitamin C
untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI, 2010).

8) Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus) (T8)


Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal buruk yang bisa
mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk skrining/mendeteksi jika terdapat
kelainan yang perlu dilakukan lebih lanjut berikut bentuk pemeriksaannya :

17
a) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil
tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untukmempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebutmenderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena
kondisianemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalamkandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu
hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuriamerupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu
hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes
Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan
sekali pada trimester ketiga terutama ada akhir trimester ketiga.
e) Pemeriksaan darah malaria Semua ibu hamil di daerah endemis malaria
dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan
darah malaria apabila ada indikasi.
f) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan
risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV
pada Ibu hamil disertai dengan konseling sebelum dan sesudah tes serta
menanda tangani informed consent.

18
h) PemeriksaanBTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang
menderita batuk berdahaklebih dari 2 minggu (dicurigai menderita
Tuberkulosis) sebagai upayapenapisan infeksi TB
9) Tatalaksana atau Penanganan Khusus (T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar kewenangan tenaga kesehatan.Kasus kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10) Temu Wicara ( konseling ) (T10)
Menurut Depkes (2013) Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal meliputi : a. Kesehatan ibu hamil, dengan beristirahat yang
cukup selama kehamilanya (sekitar 9-10 jam per har) dan tidak bekerja berat. b.
Prilaku hidup bersih dan sehat, dengan menjaga kebersihan badan selama
kehamilanya misalnya mencucu tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari
menggukakan sabun dan menjaga personal hygiene agar tetap bersih dan
terhindar dari suasana lembab serta melakukan olah raga ringan. c. Peran
suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan dengan memberi
dukungan mental serta menyiapkan biaya persalinan dan kebutuhan bayi lainya
serta transportasi rujukan dan donor darah.
Frekuensi pelayanan antenatal ada lah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada
trimester kedua, dan minimal 2 kali pada trimester ketiga

b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di
lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan ibu nifas

19
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu:
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari).
3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42
hari).

Pelayanan yang diberikan adalah:

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.


b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin
A pertama.
f) Pelayanan KB pasca salin Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat.
d. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus
yaitu:
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam
setelah lahir.

20
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

e. Pelayanan kesehatan bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi meliputi:
1) Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2) Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4) Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak
anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan
tersebut meliputi:
1) Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
2) Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3) Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).

21
4) Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
5) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga kesehatan yang
dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter spesialis anak,
dokter, bidan, perawat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti
petugas gizi.
f. Pelayanan kesehatan anak balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk
dasardasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan
pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi
sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat
dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya
adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak,
malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan

22
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi
pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi:
1) Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3) Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4) Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5) Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
2.2.4 Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan
selama hamil, kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan
dengan berat badan normal. Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Adriani dan Bambang,
2016).
1 Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Asupan gizi ibu hamil merupakan faktor penting, baik untuk pemenuhan nutrisi
ibu hamil maupun pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungannya.
Saat hamil, tubuh akan mengalami banyak perubahan fisik dan hormon. Pada

23
kondisi ini, mungkin saja nafsu makan ibu akan menurun karena mengalami mual
dan muntah setiap hari. Akan tetapi, bukan berarti ibu hamil jadi tidak makan sama
sekal, agar bayi terlahir sehat, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang
bergizi lengkap.
Berikut ini adalah daftar kandungan nutrisi yang penting untuk diutamakan di
masa kehamilan:
Makronutrien
Makronutrien merupakan nutrisi yang mengandung kalori atau energi, seperti
karbohidrat, protein, dan lemak.
 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi ibu hamil.
Konsumsilah karbohidrat kompleks yang juga mengandung serat, agar
terhindar dari sembelit. Contoh karbohidrat kompleks adalah nasi merah, roti
gandum, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah,
misalnya jagung dan durian.
 Protein
Protein berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel atau
jaringan, termasuk sel otak janin. Selain itu, protein juga membantu
pertumbuhan jaringan payudara pada ibu hamil, serta meningkatkan suplai
darah dalam tubuh.Kebutuhan asupan protein untuk ibu hamil adalah sekitar
75–100 gram atau 2–3 porsi sumber protein per hari. Adapun sumber protein
yang baik untuk ibu hamil meliputi daging sapi tanpa lemak, ikan, daging
ayam, daging domba, tahu, dan hati sapi
 Lemak
Saat hamil, Bumil juga dianjurkan untuk mengonsumsi lemak. Namun, pilihlah
sumber lemak baik atau lemak tak jenuh, seperti kacang-kacangan, alpukat,
minyak zaitun, serta ikan salmon. Lemak baik yang mengandung omega-3
berperan penting untuk mendukung pertumbuhan otak dan mata bayi sebelum
lahir serta perkembangan kognitif dan penglihatan anak sesudah kelahiran.
Selain itu, lemak juga membantu pertumbuhan plasenta dan jaringan lainnya,
serta menurunkan risiko terjadinya kelahiran prematur dan baby blues.

24
Mikronutrien

Mikronutrien merupakan komponen makanan yang meliputi vitamin dan mineral.


Kalsium Tak hanya menguatkan tulang dan gigi ibu, kalsium juga berguna untuk
membangun tulang dan gigi janin. Selain itu, kalsium berperan dalam membantu
tubuh mengatur cairan, membantu kerja fungsi saraf dan kontraksi otot.Selama
hamil, membutuhkan kalsium sekitar 1000 miligram. Ibu hamil bisa memperoleh
kalsium dari susu, keju, yoghurt, ikan sarden atau salmon, dan bayam.

 Asam Folat
Asam folat berperan penting dalam mengurangi risiko cacat lahir, termasuk
cacat pembentukan tabung saraf pada janin yang memengaruhi otak serta saraf
tulang belakangnya. Contohnya adalah spina bifida dan anencephaly.Kebutuhan
asam folat harian di masa kehamilan adalah 600–800 mikrogram. Sumber asam
folat di antaranya adalah sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, hati sapi, buah
jeruk, stroberi, lemon, mangga, dan tomat.
 Zat besi
Zat besi memiliki fungsi untuk meningkatkan volume darah dan
mencegah anemia. Asupan harian yang ideal di masa kehamilan adalah 27
miligram, namun biasanya dokter juga akan memberikan suplemen besi yang
perlu diminum setiap hari.Adapun sumber zat besi bisa yang bisa Anda
konsumsi, yaitu lobak, sayuran hijau seperti bayam, selada, kubis, biji-bijian,
roti, sereal, oatmeal, daging sapi dan sea food.

2 Kebutuhan Vitamin Ibu Hamil yang Harus Dipenuhi


 Asupan vitamin selama hamil juga perlu dilengkapi untuk mendukung
kesehatan ibu hamil dan bayi di kandungannya.  Adapun vitamin yang
diperlukan di masa kehamilan meliputi:
 Vitamin A, untuk kesehatan kulit dan mata, serta pertumbuhan tulang. Vitamin
ini bisa diperoleh dari wortel, sayuran hijau, dan umbi-umbian

25
 Vitamin C, untuk kesehatan gigi, gusi, tulang, serta membantu penyerapan zat
besi. Vitamin ini bisa diperoleh dari buah jeruk, brokoli, tomat.
 Vitamin B6, untuk pembentukan sel darah merah serta untuk efektivitas manfaat
protein, lemak, dan karbohidrat. Vitamin ini bisa didapat dari sereal, biji-bijian
utuh seperti gandum, dan buah pisang
 Vitamin B12, untuk pembentukan sel darah merah dan menjaga kesehatan
sistem saraf. Vitamin ini bisa diperoleh dari daging, ikan, dan susu
 Vitamin D, untuk kesehatan tulang dan gigi, serta membantu penyerapan
kalsium. Vitamin ini bisa diperoleh dari jamur susu, sereal, dan roti
3 Tips Memenuhi Gizi Ibu Hamil
 Ketahui dan penuhi kebutuhan kalori setiap harinya
 Makan pagi setiap hari. Jika tidak nafsu makan karena mual, perut perih,
atau morning sickness, cobalah makan sedikit-sedikit tapi lebih sering.
 Konsumsilah makanan yang bergizi
 Makanlah makanan berserat tinggi dan perbanyak asupan cairan dari air putih
atau jus buah, serta rajin berolahraga untuk mencegah konstipasi. Konstipasi
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut yang bisa membuat tidak
nafsu makan.
 Hindari makanan pedas dan berlemak, terlebih jika menderita penyakit maag.
 Hindari mengonsumsi minuman beralkohol, kafein, minuman bersoda,
dan ikan dengan kandungan merkuri tinggi.
 Hindari mengonsumsi banyak makanan cepat saji atau junk food yang tinggi
kalori, lemak, dan gula.

Asupan nutrisi merupakan hal yang sangat penting dalam kehamilan. Jika
kebutuhan gizi ibu hamil tidak tercukupi, maka berat badan ibu dan janin akan
susah bertambah. Kondisi ini bisa menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan
ibu maupun janin.

Oleh karena itu, gizi ibu hamil harus selalu diperhatikan. Dokter biasanya akan
memberikan beberapa suplemen untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral. Namun, ibu hamil juga harus memenuhi kebutuhan gizi dari makanan

26
yang di konsumsi sehari-hari. Selain itu, periksakan kandungan secara rutin, agar
kesehatan ibu dan janin bisa selalu terpantau. Jangan ragu untuk berkonsultasi
dengan dokter terkait gizi ibu hamil.

2.2.5 Stunting
Salah satu penyebab dari ketidaktepatan nutrisi ibu selama kehamilan dapat
menyebabkan masalah pada tumbuh kembang anak, yakni stunting/ anak terlalu pendek
untuk usianya. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, kondisi
stunting baru terlihat setelah bayi berusia 2 tahun . Stunting menunjukkan kekurangan
gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan
anak. Tidak hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak dampak buruk untuk anak
(Meva Nareza, 2020)
Pada tahun 2019, survei membuktikan sekitar 30 persen balita Indonesia
mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek
pendidikan hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan
oleh dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan
anak.
Penyebab Anak Mengalami Stunting
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan
anak balita mengalami stunting. Ada banyak sekali hal-hal yang dapat memicu
terjadinya gizi buruk ini. 
1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam
keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan
nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu
yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, bayi
membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping

27
ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.
2. Infeksi berulang atau kronis
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang
dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih
untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang
cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung
dengan stunting.
3. Sanitasi yang buruk
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak.
Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai
kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan
infeksi cacing usus (cacingan).
4. Terbatasnya layanan kesehatan
Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan
kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil
yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan
mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya.

Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak

Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa. Dalam jangka
pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak,
metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik. Sekilas, proporsi tubuh
anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari

28
anak-anak seusianya. Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat
menyebabkan berbagai macam masalah, di antaranya:

 Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa


maksimal.
 Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
 Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit jantung,
stroke, dan kanker.

Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini sangat
penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci dari
pencegahan stunting. Berikut hal-hal yang harus diingat untuk mencegah stunting:

 Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama


hamil dan selama menyusui.
 Memberikan nutrisi yang baik kepada anak, seperti memberikan ASI eksklusif
dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usi
 Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak setelah
lahir.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum makan,
serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.

2.3 SAP
Terlampir

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
29
Menurut Azrul Azwar (1996), pengertian puskesmas yaitu suatu unit pelaksaan fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang berkisinambungan pada
suatu masyarakat yang bertemoat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas memiliki 6 program pokok, salah satunya adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Dimana pelayanan pada KIA terdiri atas pelayanan antenatal (timbang BB ukur TB, Ukur
TD, pengukuran LILA, pengukuran TFU, pengukuran presentasi janan dan detak jantung,
skring TT dan pemberian TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium, tatalaksana da
penanganan khusus, temu wicara/konseling (10 T)), pertolongan persalinan, pelayanan
kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonates, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan
kesehatan anak balita, pelayanan KB berkualitas.
Pada ibu hamil harus memerhatikan kesehatan nya, salah satunya dengan menjaga nutrisi
selama kehamilan karena kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi
ibu selama hamil. (Adriani dan Bambang, 2016).
Salah satu penyebab dari ketidaktepatan nutrisi ibu selama kehamilan dapat menyebabkan
masalah pada tumbuh kembang anak, yakni stunting/ anak terlalu pendek untuk usianya.
Dimana dapat menyebabkan dampak buruk pada anak, seperti kecerdasan dibawah rata-rata,
sistem imun tidak baik, dan lebih beresiko terkenan penyakit. Maka dari itu perlu
mengantisipasi sejak dini, salah atunya dengan memperoleh nutrisi yang tepat. Sehingga
program puskesmas mengenai Kesehatan pada Ibu dan Anak (KIA) dapat berhasil dan
berjalan dengan optimal.

REFERENSI

https://www.academia.edu/12159389/MAKALAH_KIA_TUGAS

diunduh pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 09:10

30
https://www.academia.edu/8570083/Tugas_makalah_KIA_simon

diunduh pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 09:20

https://id.scribd.com/doc/106423360/Makalah-Kia-Dan-Kb

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 10:10

https://www.academia.edu/10858236/TENTANG_KESEHATAN_IBU_DAN_ANAK_KIA_

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 12:05

https://www.academia.edu/8570083/Tugas_makalah_KIA_simon?auto=download

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 12:30

https://www.academia.edu/33780157/Makalah_Evapro_KIA_Panimbang

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 12:35

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-
Komunitas_SC.pdf

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 16:20

https://www.alodokter.com/kebutuhan-nutrisi-gizi-ibu-hamil-yang-harus-dipenuhi

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 17:00

http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/832/1/Skripsi%20%20PDF.pdf

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 17:20

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51495/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

diunduh pada tanggal 21 Januari 2020, pukul 21:20

LAMPIRAN

31
32

Anda mungkin juga menyukai