Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMA MIKSEDEMA

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Rumentalia Sulistini, S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH
Chandra Jefrianja
Alqna Miftasyah
Putri Sri Utami
Ratri Arseno

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN
2017
A. Definisi
Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon
tiroid dalam darah berkurang. Hormon tiroid dalam darah berkurang karena kurang
aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau hormon tiroid yang
dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa. Krisis miksedema berarti
kekurangan/kekrisisan hormon tiroid dalam darah.
Miksedema merupakan bentuk hipotiroid terberat, pasien menjadi letargi dan bisa
berlanjut pada keadaan stupor atau Koma Miksedema (John A. Boswick, 1988).
Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma (Elizabeth J. Corwin, 2009).

B. Etiologi
Banyak kasus koma miksidema di latar belakangi karena Hipotiroidisme berat,
pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan
gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar
HormonTiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating
Hormon (TSH) dan Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi
akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik
dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah
menyebabkan laju metabolisme basal turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama
pada penderita hipotiroidisme, antara lain :
1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan saluran pencernaan.
7. Hypotermia.
8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.

C. Patofisiologi
Gangguan pada kelenjar tiroid menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid,
sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh. Yang berakibat :
 Produksi ATP dan ADP menurun terjadi kelelahan (intoleransi aktifitas).
 Gangguan fungsi pernafasan, terjadi depresi ventilasi (hipoventiasi).
 Produksi kalor (panas) turun terjadi hipotermia.
 Gangguan fungsi gastroentestinal, terjadi peristaltik usus menurun sehingga
absorbsi cairan meningkat terjadi konstipasi.
 Karena terjadi hipoventilasi suplai 02 ke jaringan berkurang demikian juga
dengan otak sehingga terjadi perubahan pola kognitif terjadi perubahan proses
pikir.
Kebanyakan pasien dengan koma myxedema memiliki riwayat hipotiroidisme.
Sangat jarang, masalah tidak disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar tiroid untuk
membuat hormon tiroid, tetapi lebih disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis atau
hipotalamus memberikan sinyal kepada kelenjar tiroid untuk melakukan fungsi
normal. Dalam situasi ini, kelenjar tiroid normal, tetapi tidak menerima sinyal dari
kelenjar pituitari atau hipothalamus untuk membuat hormon tiroid yang mampu
memproduksi.
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Ketika pasien mengalami koma miksedema berikut adalah tanda-tanda yang
diperlihatkan :
1. Suhu tubuh biasanya rendah (hipotermi), suhu inti mungkin serendah 26,6o C.
2. Gangguan mental yang parah termasuk halusinasi, disorientasi, kejang, dan akhirnya
koma.
3. Pembengkakan yang signifikan (edema) diseluruh tubuh dengan mata bengkak dan
penebalan lidah
4. Rambut jarang, kering, dan hilangnya pertiga bagian luar alis
5. Kesulitan bernafas
6. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru dan jantung (efusi pleura dan efusi
pericardium).
7. Kerja jantung melambat dan terjadi gangguan pemompaan darah..
8. Saluran pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan kadang-kadang menjadi lumpuh,
sehingga mengharuskan operasi.
9. Peningkatan cairan dalam tubuh sebagai contoh penurunan kadar natrium karena
pengenceran yang disebabkan oleh tubuh mempertahankan air.

F. Penatalakasanaan
Perawatan mungkin termasuk dapat membantu pasien untuk bernapas dan pemanasan
mereka untuk menaikkan suhu tubuh normal. Sering kali, antibiotik dimulai sampai
dapat dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi lagi.
Metode penggantian hormon tiroid pada pasien dengan koma miksedema adalah
kontroversial. Banyak pendekatan yang berbeda digunakan. Secara umum, penggantian
awal dilakukan dengan infus intravena, karena sistem usus mungkin tidak menyerap
baik.
Sementara hipotiroidisme umum tanpa miksedema biasanya dirawat dengan
penggantian T4 (hormon yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh kelenjar tiroid), dalam
kasus miksedema koma, manajemen berbeda. Kelenjar tiroid juga memproduksi
sejumlah kecil hormon lain, T3. Ini adalah metabolisme lebih aktif dari dua hormon.
Pada pasien yang baik, T4 diubah menjadi T3 di aliran darah. Namun, pasien dengan
koma miksedema sering merasakan sakit sehingga konversi ini terganggu. Akibatnya,
banyak dokter memilih untuk mengobati pasien dengan T3 awalnya dan mulai terapi T4
juga.
Karena terapi T4 dapat mengambil satu bulan atau lebih untuk bekerja, biasanya ada
tumpang tindih dari dua hormon. Perawatan diambil untuk menghindari kelainan irama
jantung (aritmia) dan stres pada jantung, yang dapat disebabkan oleh mengganti hormon
tiroid terlalu cepat, terutama pada pasien usia lanjut.
Sementara gangguan tiroid ringan dapat dikelola oleh dokter perawatan primer,
miksedema koma umumnya dikelola oleh seorang spesialis tiroid (endokrinologi) karena
pengobatan dapat rumit dan kritis.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena
itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
 Pola makan
 Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
 Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
 Sistem pulmonari
 Sistem pencernaan
 Sistem kardiovaslkuler
 Sistem muskuloskeletal
 Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
 Sistem reproduksi
 Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup
 Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin
dan pucat.
 Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
 Perbesaran jantung
 Disritmia dan hipotensi
 Parastesia dan reflek tendon menurun
 Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial
dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga
mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari.

2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot
pernafasan.
b. Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja peristaltik usus.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.
e. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.

3. Intervensi keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot
pernafasan.
Tujuan : setelah 1×24 jam pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : RR= 24x/menit, tidak sesak nafas
Intervensi :
 Berikan oksigen
Rasional : oksigen membantu untuk pemenuhan kebutuhan
oksigen.
 Berikan posisi semi fowler
Rasional : posisi semifowler membantu dalam pengaliran oksigen.
 Anjurkan pasien untuk bedrest
Rasional : bedrest dianjurkan untuk meminimalkan penggunaan
oksigen dalam tubuh.
 Pantau RR klien
Rasional : pemantauan bertujuan untuk mengetahui
perkembanagan nafas klien.

b. Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.


Tujuan : setelah 1×24 jam suhu meningkat
Kriteria hasil : suhu 37oc, akral HKM
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut atau baju tebal.
Rasional : selimut atau baju tebal bertujuan untuk mengurangi
penguapan suhu tubuh.
 Anjurkan pasien untuk menghindari pendingin
Rasional : menghindari pendingin agar pasien lebih nyaman dan
suhu tidak menurun.
 Berikan suhu ruang yang hangat
Rasional : agar pasien nyaman dan suhu ruangan tidak
mempengaruhi suhu tubuh pasien.
 Pantau suhu tubuh pasien
Rasional : pemantauan suhu tubuh untuk meminimalkan suhu
pasien agar tidak turun.

c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas GI.


Tujuan : setelah 2×24 jam pasien tidak mengalami konstipasi.
Kriteria hasil : BAB lancar , konsistensi lunak.
Intervensi :
 Kolaborasi pemberian obat laksatif
Rasional : laksatif mempermudah BAB.
 Berikan health education untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung air dan lunak.
Rasional : menjaga pola diet pasien
 Pantau gerakan peristaltic usus dan GI.
Rasional : mengetahui perkembangan GI pasien

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.


Tujuan : setelah 2×24 jam partisipasi pasien meningkat untuk memenuhi
kebutuhannya.
Kriteria hasil : pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
Intervensi :
 Jadwalkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi sesuai dengan
kondisi
Rasional : istirahat untuk menurunkan penggunaan energi
 Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan ketika pasien sedang
lemah dan lelah.
Rasional : meringankan tingkat aktifitas pasien
e. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay
oksigen
Tujuan : setelah 2×24 jam kebutuhan oksigen serebral terpenuhi
Kriteria hasil : peningkatan GCS
Intervensi :
 Berikan oksigen
Rasional : membantu pasien untuk mendapatkan kebutuhan
oksigen.
 Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak
bersifat mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi
pasien terhadap stres.
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi
kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit.
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab
perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif
dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
 Evaluasi status kesadaran.
Rasional : untuk memantau tingkat kesadaran pasien.
Daftar pustaka

Yeung SJ, Habra M, Chiu C. Graves disease. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/234233-print.

Sharma PK, Barr L, Rubin A. Complications of thyroid surgery. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/946738-print.

Prof.Dr.M.W.Haznam, Endokrinologi, 1991

Jiang Y, Hutchinson KA, Bartelloni P, Manthous A. Thyroid storm presenting as multiple


organ dysfunction syndrome. Chest. 2000;118:877-9.

Emdin M, Pratali L, Iervasi G. Abolished vagal tone associated with thyrotoxicosis triggers
prinzmetal variant angina and paroxysmal atrial fibrillation. Ann Intern Med.
2000;132(8):679.

Sheng W, Hung C, Chen Y, et al. Antithyroid-drug-induced agranulocytosis complicated by


life-threatening infections. Q J Med. 1999;92:455-61.

Harrison’s, Principles Of Internal Medicines 12th Edition, 1991

Anda mungkin juga menyukai