DOSEN PEMBIMBING
Ns. Rumentalia Sulistini, S. Kep., M. Kep
DISUSUN OLEH
Chandra Jefrianja
Alqna Miftasyah
Putri Sri Utami
Ratri Arseno
B. Etiologi
Banyak kasus koma miksidema di latar belakangi karena Hipotiroidisme berat,
pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan
gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar
HormonTiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating
Hormon (TSH) dan Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi
akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik
dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah
menyebabkan laju metabolisme basal turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama
pada penderita hipotiroidisme, antara lain :
1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan saluran pencernaan.
7. Hypotermia.
8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.
C. Patofisiologi
Gangguan pada kelenjar tiroid menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid,
sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh. Yang berakibat :
Produksi ATP dan ADP menurun terjadi kelelahan (intoleransi aktifitas).
Gangguan fungsi pernafasan, terjadi depresi ventilasi (hipoventiasi).
Produksi kalor (panas) turun terjadi hipotermia.
Gangguan fungsi gastroentestinal, terjadi peristaltik usus menurun sehingga
absorbsi cairan meningkat terjadi konstipasi.
Karena terjadi hipoventilasi suplai 02 ke jaringan berkurang demikian juga
dengan otak sehingga terjadi perubahan pola kognitif terjadi perubahan proses
pikir.
Kebanyakan pasien dengan koma myxedema memiliki riwayat hipotiroidisme.
Sangat jarang, masalah tidak disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar tiroid untuk
membuat hormon tiroid, tetapi lebih disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis atau
hipotalamus memberikan sinyal kepada kelenjar tiroid untuk melakukan fungsi
normal. Dalam situasi ini, kelenjar tiroid normal, tetapi tidak menerima sinyal dari
kelenjar pituitari atau hipothalamus untuk membuat hormon tiroid yang mampu
memproduksi.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Ketika pasien mengalami koma miksedema berikut adalah tanda-tanda yang
diperlihatkan :
1. Suhu tubuh biasanya rendah (hipotermi), suhu inti mungkin serendah 26,6o C.
2. Gangguan mental yang parah termasuk halusinasi, disorientasi, kejang, dan akhirnya
koma.
3. Pembengkakan yang signifikan (edema) diseluruh tubuh dengan mata bengkak dan
penebalan lidah
4. Rambut jarang, kering, dan hilangnya pertiga bagian luar alis
5. Kesulitan bernafas
6. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru dan jantung (efusi pleura dan efusi
pericardium).
7. Kerja jantung melambat dan terjadi gangguan pemompaan darah..
8. Saluran pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan kadang-kadang menjadi lumpuh,
sehingga mengharuskan operasi.
9. Peningkatan cairan dalam tubuh sebagai contoh penurunan kadar natrium karena
pengenceran yang disebabkan oleh tubuh mempertahankan air.
F. Penatalakasanaan
Perawatan mungkin termasuk dapat membantu pasien untuk bernapas dan pemanasan
mereka untuk menaikkan suhu tubuh normal. Sering kali, antibiotik dimulai sampai
dapat dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi lagi.
Metode penggantian hormon tiroid pada pasien dengan koma miksedema adalah
kontroversial. Banyak pendekatan yang berbeda digunakan. Secara umum, penggantian
awal dilakukan dengan infus intravena, karena sistem usus mungkin tidak menyerap
baik.
Sementara hipotiroidisme umum tanpa miksedema biasanya dirawat dengan
penggantian T4 (hormon yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh kelenjar tiroid), dalam
kasus miksedema koma, manajemen berbeda. Kelenjar tiroid juga memproduksi
sejumlah kecil hormon lain, T3. Ini adalah metabolisme lebih aktif dari dua hormon.
Pada pasien yang baik, T4 diubah menjadi T3 di aliran darah. Namun, pasien dengan
koma miksedema sering merasakan sakit sehingga konversi ini terganggu. Akibatnya,
banyak dokter memilih untuk mengobati pasien dengan T3 awalnya dan mulai terapi T4
juga.
Karena terapi T4 dapat mengambil satu bulan atau lebih untuk bekerja, biasanya ada
tumpang tindih dari dua hormon. Perawatan diambil untuk menghindari kelainan irama
jantung (aritmia) dan stres pada jantung, yang dapat disebabkan oleh mengganti hormon
tiroid terlalu cepat, terutama pada pasien usia lanjut.
Sementara gangguan tiroid ringan dapat dikelola oleh dokter perawatan primer,
miksedema koma umumnya dikelola oleh seorang spesialis tiroid (endokrinologi) karena
pengobatan dapat rumit dan kritis.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena
itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
Sistem pulmonari
Sistem pencernaan
Sistem kardiovaslkuler
Sistem muskuloskeletal
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
Sistem reproduksi
Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin
dan pucat.
Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
Perbesaran jantung
Disritmia dan hipotensi
Parastesia dan reflek tendon menurun
Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial
dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga
mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari.
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot
pernafasan.
b. Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja peristaltik usus.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.
e. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.
3. Intervensi keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot
pernafasan.
Tujuan : setelah 1×24 jam pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : RR= 24x/menit, tidak sesak nafas
Intervensi :
Berikan oksigen
Rasional : oksigen membantu untuk pemenuhan kebutuhan
oksigen.
Berikan posisi semi fowler
Rasional : posisi semifowler membantu dalam pengaliran oksigen.
Anjurkan pasien untuk bedrest
Rasional : bedrest dianjurkan untuk meminimalkan penggunaan
oksigen dalam tubuh.
Pantau RR klien
Rasional : pemantauan bertujuan untuk mengetahui
perkembanagan nafas klien.
Emdin M, Pratali L, Iervasi G. Abolished vagal tone associated with thyrotoxicosis triggers
prinzmetal variant angina and paroxysmal atrial fibrillation. Ann Intern Med.
2000;132(8):679.