Anda di halaman 1dari 10

HIPOTIROID

A. DEFINISI
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid-”end organ”, dengan akibat terjadinya
defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Hipotiroid adalah keadaan dimana kelenjar tiroid tidak atau kurang aktif, sehingga
T3 dan T4 rendah atau tidak mencukupi.
B. ETIOLOGI

Hipotiroid sebenarnya tidak jarang ditemukan, hampir 3 – 5 % orang bisa


mengalami hipotiroid. Wanita lebih sering ketimbang pria, dan makin banyak dengan
bertambahnya usia.

Beberapa penyakit yang sering dikaitkan dengan hipotiroid adalah :

1. Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini ditemukan oleh Dr. Hakaru Hashimoto pada tahun 1912, suatu
penyakit keturunan yang paling banyak menyebabkan hipotiroid di Amerika
Serikat. Penyakit ini disebabkan oleh proses autoimun (semacam alergi), tubuh
membentuk antibodi terhadap tiroid, kelenjar tiroid membesar dengan radang,
akibatnya kemampuan membentuk hormon tiroid menurun.

Pada pemeriksaan darah ditemukan adanya antibodi, anti TPO antibodi


(Thyroid Peroksidase) positif. Penyakit ini kerap ditemukan bersamaan dengan
diabetes dan anemia pernisiosa (kekurangan vitamin B12).

2. Tiroiditis setelah mengalami hipertiroid

Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala
hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan,
yang beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan
pulih kembali menjadi normotiroid.
3. Pasca bedah atau radiasi tiroid

Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radioaktif, atau setelah tindakan


bedah, jaringan tiroid menjadi tidak berfungsi atau terambil semua oleh operasi,
maka akan timbul gejala hipotiroid.

4. Penyakit hipofisis atau hipotalamus

Bila akibat sesuatu kelainan dimana kelenjar hipofisis atau hipotalamus tidak
dapat memberi tanda ke tiroid, maka produksi T3 dan T4 akan menurun, dan
hipotiroid terjadi. Hipotiroid akibat penyakit hipofisis dinamakan Hipotiroid
Sekunder; sedangkan hipotiroid akibat kelainan hipotalamus disebut Hipotiroid
Tertier.

5. Akibat obat

Obat-obatan anti tiroid (PTU, carbimazole, methimazole, thiamazole) bila


terus dipakai tanpa kontrol atau pengawasan kadar hormon tiroid darah, dapat
terjadi hipotiroid. Obat lain misalnya Lithium (obat penenang), amiodarone
(cordarone), dan cairan lugol, juga dapat menurunkan fungsi tiroid sehingga
timbul hipotiroid.

6. Kekurangan yodium yang berat.

Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang
tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan di sertai dengan TSH dan TRH
yang tinggi karena minimnya umpan balik.

Sebab-sebab hipotiroid :
a. Sebab-sebab bawaan (kongenital) :
 Disgenetik kelenjar tiroid: ektopik, agenesis, aplasi atau hipoplasi.
 Dishormonogenesis.
 Hypothalamic-pituitary hypothyroidism’.
 Bersifat sementara :
- Induksi obat-obatan.
- Antibodi maternal.

- Idiopatik.

 Ibu mendapat:
- Bahan goitrogen.

- Pengobatan yodium radio-aktif.

b. Sebab-sebab yang didapat (”acquired”):


 Tiroiditis limfositik menahun.
 Bahan-bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb).
 Tiroidektomi.
 Penyakit infiltratif (sistinosis, histiositosis-X).
 Defisiensi yodium (gondok endemik).
 “Euthyroid sick syndrome”.
 Hipopituitarisme

C. PATOFISIOLOGI

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
- Hipotalamus membuat ”thyrotropin releasing hormone (TRH)” yang merangsang

hipofisis anterior.
- Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (”thyroid stimulating hormone = TSH”)

yang merangsang kelenjar tiroid.


- Kelenjar tiroid mensintesis hormone tiroid (”triiodothyronin = T3 dan

tetraiodothyronin = T4 = thyroxin”) yang merangsang metabolisme jaringan yang


meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kekurangan hormon tiroid menyebabkan melambatnya fungsi tubuh. Gejalanya
ringan dan timbul secara bertahap, bisa disalahartikan sebagai depresi. Ekspresi wajah
menjadi tumpul, suara menjadi serak dan berbicara menjadi lambat, kelopak mata
menutup dan mata serta wajah menjadi bengkak. Banyak penderita yang mengalami
penambahan berat badan, sembelit dan tidak tahan terhadap cuaca dingin. Rambut
menjadi tipis, kasar dan kering; kulit menjadi kasar, kering, bersisik dan menebal.
Banyak penderita yang mengalami sindroma terowongan karpal. Denyut nadi bisa
melambat, telapak tangan dan telapak kaki tampak agak oranye (karotenemia) dan
alis mata bagian samping mulai rontok. Beberapa penderita, terutama yang berusia
lanjut, menjadi pelupa, bingung dan pikun.
Jika tidak diobati, pada akhirnya akan terjadi anemia dan gagal jantung. Keadaan
ini bisa berkembang menjadi stupor atau koma (koma miksedema). Keadaan ini bisa
berakibat fatal; pernafasan menjadi lambat, penderita mengalami kejang dan aliran
darah ke otak berkurang.
Koma miksedema bisa dipicu oleh:
- cuaca dingin

- infeksi

- trauma

- obat-obatan (misalnya obat penenang yang menekan fungsi otak).

Riwayat dan gejala pada neonatus dan bayi :


* Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.

* Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam pasca lahir.

* Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.

* Suara besar dan parau.

* Hernia umbilikalis.
* Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.

* Miksedema.

* Makroglosi.

* Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).

* Kulit kering, dingin, dan ”motling” (berbercak-bercak).

* Letargi.

* Sukar minum.

* Bradikardia (< 100/menit).

E. KOMPLIKASI
Koma miksidema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemi, hipoventiasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Anamnesis :
 Apakah berasal dari daerah gondok endemiK.
 Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?
 Adakah keluarga yang struma?
 Perkembangan anak.
b. Laboratorium :
 Darah, air kemih, tinja, kolesterol serum.
 T3, T4, TSH.
c. Radiologis :
 USG atau CT scan tiroid.
 Tiroid scintigrafi.
 Umur tulang (bone age).
 X-foto tengkorak .

Diagnosis hipotiroid dapat dilakukan :


a. In utero : Pemeriksaan USG (ada tidaknya goiter).
b. Post natal : Uji tapis tiroid pada bayi baru lahir (setelah hari ketiga)

G. PENGOBATAN
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon
tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Dalam keadaan darurat (misalnya
koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariai, oleh karena
itu dilakukan pengkajin terhadap hal-hal yang menggali sebanyak mungkin
informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga
b. Kebiasaan hidup sehari-hari, seperti :
- Pola makan

- Pola tidur

- Pola aktivuitas

c. Tempat tinggan klien sekarang dan pad waktu balita


d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada sistem tubuh :
- Sistem pulmonari

- Sistem pencernaan

- Sistem kardiovaskuler

- Sistem muskuloskeletal

- Sistem neurogik

- Sistem reproduk

- Metabolik

- Emosi/psikologis

e. Pemeriksaan fisik mencakup


- Pemeriksaan secara umum, amati wajah terhadap adanya edema sekitar

mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong erta roman wajah kasar.
Lidah tanpa menelan dan gerak-gerak klien sangat lambat. Postur tubuh
kecil dan pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin pucat
- Nadi lambat dan suhu tubuh menurun

- Pembesarab jantung

- Disritmia dan hipotensi

- Parestesia dan reflek tendon menurun

f. Pengkajian psikologis, kaki bagaimana konsep diri klien mencakup relima


componen konsep diri
g. Pemeriksaan penunjang TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan
terjadi peningkatan TSH serum, edangkan pada yang sekunder kadar TSH
dapat menurun atau normal)
2. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan yang dapat dijumpai pada klien dengan hipotirodisme
antara lain:
1) Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sehingga
akibat dari bradikardi; arteiosklerosis arteri koronaria.
2) Pola nafas yang tidak efektif b.d penurunan tenaga atau kelelahan,
ekspansi paru yang menurun, obesitas dan inactivitas.
3) Gangguan proses pikir b.d edema jeringan cerebral dan retensi air.

Diagnosa tambahan antara lain:


1) Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
kebutuhan metabolismo; nafsu makan yang menurun.
2) Hipotermi b.d laja metabolismo yang menurun.
3) Konstipasi b.d penurunan motilitas usus.
4) Gangguan intergritas kulit b.d nutrisi yang buruk dan hipotermia
5) Disfungsi sexsual b.d depresi.
6) Gangguan pola sexsual b.d sfek penyakit kelelahan dan obesitas.
7) Ganggaun mobilitas fisik b.d kelelahan, penurunan kekuatan motorik,
depresi, obesitas dan nyeri otot.
8) Perubahan citra diri b.d perubahan penampilan fisik.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


1) * Diagnosa keperawatan:
Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sehingga
akibat dari bradikardi; arteiosklerosis arteri koronaria
* Tujuan:
Fungís kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan
darah, irama jantung dalam batas noral.
* Interpensi Keperawatan
 Pantau tekanan darah, denyaut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik
jantung seperti hipotensi, penurunan haluan urin dan perubahan
status mental.
 Anjurkan klienuntuk memberitahu perawat segera bila klien
mengalami nyeri dada, karena pada klien dengan hipotoriaidesme
kronik dapat berkembang arterios klerosis ateri koronaria.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala.
Obat yang sering digunakan adalah levtyroxine sodium. Observasi
dengan ketae adanya nyeri dada dan sispnoe.
 Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta
tanda-tanda yang harus diwaspadai bila terjadi hipertiroidisme akibat
pengguanaan obat yang berlebihan.

2) * Diagnosa Keperawatan:
Pola nafas yang tidak efektif b.d penurunan tenaga atau kelelahan,
ekspansi paru yang menurun, obesitas dan inactivitas.
* Tujuan:
Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.
* Intervensi Keperawatan
 Amati dan catat irama serta kedalaman pernapasan
 Askultasi bunyi pernapasan dan catat secara seksama
 Bila klien mengalami kesulitan pernapasan yang berat, kolaborasi
dngan dokter kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernafas
seperti ventilator.
 Hindari penggunaan obat sadatif karena dapat menekan pusat
pernapasan.
 Bantu klien beraktivitas
 Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.

3) * Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir b.d edema jeringan cerebral dan retensi air.
* Tujuan:
Proses berfikir klien ketingkat yang optimal.
* Intervensi Keperawatan
 Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat
seperti:
 Latargi
 Tidak ada perhatian
 Kesulitan berkomunikasi
 Mengantuk
 Orentasikan klien kembali dengan lingkungan baik terhadap orang,
tempat dan waktu. Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu
2 – 3 minggu pengobatan sehingga mengorintasikan kembali klien
terhadap lingkungn nyata sangat diperlukan.
 Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan
perilaku klien dengan mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa
dengan pengobatan yang teratur gejala-gejalanya akan berkurang

Anda mungkin juga menyukai