Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Tumor Rahim / Uterus


Tumor Rahim / uterus pada umumnya dapet di bagi menjadi 2 yaitu Tumor
Jinak Rahim dan Tumor Ganas Rahim di temkan sebanyak 20-25% wanita yang
berusia diatas 35 tahun. Sedangkan Tumor Ganas Rahim di temukan terbanyak pada
usia muda antara 30 dan 60 tahun
Separuh penderita Tumor Rahim tidak memperlihatkan gejala, taoi bila di
temukan gejala –gejala biasanya bergantung pada lokasi ,ukuran dan perubahan pada
Tumor tersbut seperti pendarahan yang banyak karena permukaan rongga rahim yang
lebih luas dan adanya gangguan kontraksi rahim akibat massa tumor,penekanan pada
kantung kemih,ureter,rectum atau organ rongga panggul lainya sehingga
menimbulkan gejala sakit kalau kencing dan susah buang air besar.
Pengobatan atau penanganan Tumor Rahim yaitu bila tumor berukuran kecil dan
tidak membesar cukup di lakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan
sekali.Pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog.Tindakan
pembedahan dengan histeroktomi (pengangkatan kandungan ) jika tidak ada rencana
hanil lagi atau Miometomi (pengangkatan mioma/tumor saja) jika pada usia
reproduksi.

Berdasarkan jenisnya Tumor Rahim/Uterus dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu


1. Tumor Jinak Rahim
2. Tumor Ganas Rahim

1. Tumor Jinak Rahim


Tumor Jinak Rahim dapat di bagi menjadi mioma uteri ,Adenomiosis,dan
Endometriosis
a. Mioma Uteri
Merupakan tumor jinak otot rahim di sertai jaringan ikatnya sehinga dapat
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot

1
rahimnya dominan.Kejadian Mioma Uteri sukar di tetapkan karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi
Sebagian besar mioma uteri di temukaan pada masa reproduksi karena
adanya gangguan estrogen. Demikian juga mioma uteri tidak di jumpai
sebelum datang bulan (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah
mati haid (monopause). Bila pada masa monopause tumor yang berasal dari
mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar kemungkiman degenerasi
ganas menjadi sakroma uteri. Bila di jumpai pembesaran abdomen sebelum
menarche, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kista oparium dan
kemungkinan besar akan menjadi ganas.

1) Patologi Mioma Uteri


Berdasarkan teori genitoblast (sel net) meyer dan de snoo dan rangsangan
terus menerus tiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri
terjadi:
a) Berlapis seperti berambang
b) Lokalisasi berpariasi
(1) Sub serosa
(a) Dibawah lapisan peritonium
(b) Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan)
abdomen.
(2) Intra mural
(a) Dalam otot rahim dapat besar padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan)
(3) Sub mukosa
(a) Di bawah lapisan dalam rahim
(b) Memperluas permukaan ruang rahim
(c) Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
(4) Servikal mioma
(a) Tumbuh di daerah servik uteri

2
2) Gejala Klinis Mioma Uteri
a) Pendarahan abnormal, gangguan pendarahan yang terjadi umumnya
adalah hipermenore, menoragi dan dapat juga terjadi mertoragi.
Beberapa faktor penyebab pendarahan ini antara lain
(1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
(2) Permukaan endometrium yang lebih dari pada biasa
(3) Atropi endometrium diatas mioma submukosum
(4) Meometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
b) Rasa nyeri. Rasa nyeri bukan gejala yang khas tapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang di sertai nekrosis
tempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan di lahirkan, pola pertumbuhanya yang menyempitkanya kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenore.

c) Penekanan rahim yang membesar


Penekanan rahim karena mioma uteri dapat terjadi:
(1) Terasa berat di abdomen bawah
(2) Sukar miksi atau defekasi
d) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi:
(1) Kehamilan dapat mengalami keguguran
(2) Persalinan prematuritas
(3) Gangguan saat kehamilan
(4) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

3
3) Diagnostik
Diagnostik mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit,
walaupun kadang-kadang di buat salah. Terutama kehamilan kembar
tumor oparium, dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnostik.
Adakalanya mioma besar teraba seperti kepala janin sehingga kehamilan
tunggal di sangka kehamilan kembar. Atau mioma kecil di sangka bagian
kecil janin. Dalam persalinan moma lebih menonjol waktu ada his
sehingga mudah di kenal. Mioma yang lunak dan tidak menyebabkan
kelainan bentuk uterus sangat sulit untuk dibedakan dari uterus gravidus.
Bahkan pada laparatomi, waktu perut terbuka, kadang-kadang tidak
mungkin di buat diagnosa yang tepat.

Pada kondisi prakanker, umumnya tidak ada gejala dan tak ada rasa nyeri.
Kanker ini dapat dideteksi dengan menggunakan Pap Smear. Bila kanker ini sudah
muncul, gejalanya dapat berupa :
 Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh
 Adanya perdarahan tidak normal. Ini terjadi hanya bila setelah sel-sel leher rahim
menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya
 pemberhentian darah lewat vagina
 Meningkatnya perdarahan selama menstruasi

4
 Terjadinya siklus diluar menstruasi dan setelah hubungan seks
 Nyeri selama berhubungan seks
 Kesulitan atau nyeri dalam perkemihan
 Terasa nyeri didaerah sekitar panggul
 Perdarahan pada masa pra atau paska menopause
 Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan
sebagainya

Gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh masalah kesehatan serius lainnya.
Jadi sebaiknya dianjurkan untuk mengunjungi dokter kandungan untuk
memastikannya. Pasalnya bisa jaid perdarahan tersebut akibat gangguan
keseimbangan hormon.

Persiapan sebelum melakukan tes ini tak berbeda dengan persiapan ketika
akan melakukan papsmear konvensional:

 Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina rileks, sehingga lendir
pada dinding leher rahim dapat terambil cukup dan tepat untuk pemeriksaan.
 Laporkan jika Anda menggunakan pil KB atau preparat hormon wanita.
 Sebaiknya tidak melakukan hubungan suami-istri 48 jam sebelum pengambilan
lendir leher rahim.
 Perhatikan adanya kelainan, terutama pada sekitar vagina, seperti gatal-gatal,
keputihan, dan sebagainya.
 Waktu yang paling baik bagi pengambilan lendir adalah dua minggu setelah haid
selesai (agar benar-benar bersih dari bercak darah).
 Jangan menggunakan pembasuh antiseptik atau sabun antiseptik di sekitar vagina
selama 72 jam sebelum pengambilan

MIOMA UTERI

5
Hasil Pemeriksaan: Kluhan Klinis:
 Teraba tumor  Ggn
bagian bawah menstuasi
 Tumor berasal dari  Keluhan
rahim pendesakan
 Terasa
kembung
dibagian
bawah
abdomen
HASIL PEMERIKSAAN

MIoma Uteri Kurang Mioma Uteri Di Atas Hamil 14


Dari hamil 14 Minggu Minggu
 Tanpa keluhan  Pendarahan
 Kebetulan  Tumor dengan pendesakan
 Menopause  Nyeri menstuasi
 Keluhan sekundar

4) Komplikasi
a) Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri
(1) Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon
estrogen yang meningkat dalam kehamilan
(2) Degenerasi merah dan degenerasi karnosa: tumor menjadi lebih
lunak, berubah bentuk dan warna merah. Bisa terjadi gangguan
sirkulasi sehingga bisa terjadi pendarahan.
(3) Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang
membesar atau setelah bayi lahir terjadi torsi (terplintir) pada

6
tangkai, menyebabkan gangguan sirkulasi nekrosis pada tumor,
wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada perut
(4) Mioma yang lokasinya di belakang, dapat terdesak kedalam kavum
douglasi dan terjadi inkaeserasi
b) Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
(1) Subfertil (agak mandul) sampai fértil (mandul) dan kadang-kadang
hanya punya satu anak
(2) Sering terjadi arbortus
(3) Terjadi kelaian letal janin dalam rahim
(4) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir
(5) Inersia uteri pada kala I dan kala II
(6) Atonia uteri setelah pasca persalinan: pendarahan banyak
(7) Kelainan letak plasenta
(8) Plasenta sukar lepas (retensio plasentae)

5) Penanganan
a) Pada umunnya bersifat conservatif kecuali bila ada indikasi yang
mendesak seperti terjadi abdomen akut karena torsi pada tongkai
tumor
b) Pada distosia karena mioma dilakukan sekssio cesárea
c) Bila partus berjalan biasa mioma didiamkan selama masa nifas kecuali
ada indikasi
d) Operasi pengangkatan tumor secepatnya dilakukan setelah 3 bulan
pasca persalinan.
e) Mioma yang tidak begitu besar kadang-kadang dalam masa nifas akan
mengecil sendiri sehingga memerluka tindakan operatif.

7
b. Adenomiosis Uteri
Endometreosis adalah implantasi jeringan endometrium di luar kavum uteri.
1) Pembagian:
a) Endometriosis eksternal (endometriosis) adalah implantasi jeringan
endometrium di luar kavum uterus
b) Endometreosis internal (adenomiosis) adalah implantasi jaringan
endometrium didalam otot rahim.
Akibat inplantasi endometrium aktif dalam otot rahim terjadi perubahan
pada saat menstuasi atau aktifitasnya mengikuti perubahan hormonal. Pada
saat menstuasi endometrium mengalami proses menstuasi tetapi darah tidak
mempunyai saluran untuk keluar sehingga terjadi timbunan darah dan
menimbulkan rasa sakit.

2) Gejala Klinis
a) Menoragi: pendarahan banyak saat menstuasi
b) Dismenora: rasa sakit pada saat menstuasi
c) Dispareunia: rasa sakit pada saat hubungan seksual

3) Dasar Diagnosi Adenomiosis


Sebagai dasar diagnosis adenomiosis adalah gejala klinis yang
jelas, pembesaran rahim yang asimetris, dan konsistensi rahim padat.
Diagnosis pasti bila terdapat jeringan endometrium di dalam otot rahim
dengan pemeriksaan ahli PA.
Dengan mengetahui gejala klinis adenomiosis dan pemeriksaan
dijumpai pembesaran rahim asimetris, diharapkan melakukan konsultasi
merujuk penderita kedokter ahli kandungan atau merujuk ke rumah sakit.

c. Endometriosis
Merupakan implatasi jaringan endometrium di luar uterus yang dijumpai
pada umur relatif muda.
1) Lokasi sebaran endometrium:

8
a) Ovarium dalam kista coklat
b) Peritonium, sekitar uterus infertilitas
c) Sektum rektovaginalis
d) Umbilikus
e) Apendiks
f) Bekas luka: episiotomi, laparotomi.

2) Gejala Klinis Endometrium


Karena pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sehingga
terjadi siklus menstuasi. Rasa nyeri terjadi vaskularisasi yang meningkat
dan deskuamasi struma dan jaringan endometrium.
Gejala klinis endometriosis dalam bentuk:
a) Dismenorea: nyeri abdomen sesuai dengan waktu menstuasi, terjadi
rasa kemeng, terutama pada saat menstuasi
b) Disparunia: nyeri pada saat hubungan seksual
c) Nyeri pada saat defikasi: pada endometriosis dinding rektosigmoid
d) Perubahan menstuasi dalam bentuk polimenorea
e) Inpertilitas: gangguan tuba palopi sehingga tidak berpungsi sebagai
saluran ovum sepermatozoa dan tempat konsepsi; dan gangguan
mobilitas tuba saat melakukan penangkapan ovum karena perlekatan.

2. Tumor Ganas
Tumor ganas rahim dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Karsinoma serviks uterus (kangker leher rahim)
b. Karsinoma korpus uterus (kangker korpus rahim)

Pembagain tumor ganas yaitu:


a. Karsinoma Serviks Uterus (Kangker Leher Rahim)
Umumnya diderita oleh wanita dalam umur lanjut namun kadan-kadang
dijumpai pula pada wanita yang lebih muda. Biasanya penderita tidak

9
menjadi hamil, jira ditemukan umumnya pada multigravida yang pernah
melahirkan empat kali atau lebih.
1) Pengaruh kangker rahim pada reproduksi
1. Kemandulan
2. Arbortus
3. Menghambat pertumbuhan janin
4. Kelainan pada persalinan
5. Pendarahan dan infeksi
2) Gambaran klinis karsinoma serviks
a) Mungkin tidak bertanda atau bergejala
b) Pendarahan dari vagina antar haid
c) Pendarahan pada senggama
d) Pemeriksaan sitologi mencurigakan

3) Diagnosis karsinoma servik uterus


Tumor yang sudah lanjut mudahdi kenal. Lain halnya dengan tomor
stadium dini, lebih-lebih tumor yang memasuki jaringan di bawah
epitel.Beberapa pemeriksaan sitologi vaginal merupakan pemeriksaan
rutin pada setiap wanita hamil, yang kemudian di lanjutkan dengan
pemeriksaan Biopsi apabila di peroleh hasil yang mecurigakan.
Diagnosis karsinoma in sito dalam kehamilan sangat sulit karena dalam
kehamilan dapat tejadi perubahan-perubahan pada efitel serviks,yang
secara mikroskopis hampir tidak dapat di bedakan dari tumor tesebut.
Untuk membuat diagnosis yang pasti perlu dilakukan pemeriksaan yang
teliti berulang kali. Kadang-kadang kepastian baru diperoleh setelah bayi
lahir. Perubahan yang disebabkan oleh pengaruh estrogen dalam
kehamilan sifatnya reversibel, sedangkan karsinoma in situ adalah
setelah bayi lahir

10
4) Penanganan
Tindakan bergantung pada umur, paritas,tua kehamilan dan stadium
kangker. Terapi pada prinsipnya terdiri atas pembedahan, radioteapi, dan
kemoterapi. Histerektomi radikal dapat dilakukan secara abdominal atau
vaginal.

b. Karsinoma Korpus Uterus (Kangker Korpus Rahim)


Ditemukan paling banyak pada usia 65 tahun keatas, sedangkan dibawah
umur 40 tahun jarang dilhat. Penyebaran karsinoma korvus uterus umumnya
lambat dan melalui permukaan uterus kejaringan sekitarnya, sedangkan
kelenjar lemfe regional, yaitu kelenjar limfe panametrium, kelenjar iliaka
dan prasakrum biasanya baru terinvasi pada tingkat lanjut.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah pendarahan abnormalpada
uterus. Diagnosa pasti ditegakan berdasarkan pemeriksaan histopatologik
jaringan endo metrium yang diperoleh dengan kuret atau biopsi.

1) Penanganan:
Terapi karsinoma korvus uterus dalam kehamilan sama seperti pada tanda
pital yang tidak hamil yaitu hiteroktomi dengan atau tanpa penyinaran
sebelum dan sesudahnya.
Pengobatan karsinoma korvus uterus bergantung pada tingkat klinik
apakah disusulkan pembedahan, radioterapi atau teraapi hormonal. Hasil
terapi karsinoma uterus bergantung pada tingkat penyebaran dan tingkat
keganasan. Untuk kekambuhan penyakit sesudah pengobatan biasanya
diberikan hormon yaitu estrogen.

11
Diagnosis dan Terapi
Deteksi dini kanker leher rahim sangat diperlukan agar bisa disembuhkan.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pap smear dan biopsi untuk mendeteksi
kanker leher rahim, sel-sel abnormal dan luka prakanker di leher rahim.
Direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali bagi
wanita usia diatas 21 tahun, atau bagi mereka yang sudah melakukan hubungan
seks. Bagi wanita yang berusia diatas 30 tahun dan telah melakukan pap smear
selama 3 kali berturut-turut dan hasilnya normal dapat melakukan tes ini setiap
dua atau tiga tahun sekali. Setelah tes dilakukan dan hasil pemeriksaan diketahui,
segera konsultasikan dengan dokter Anda

Pengobatan
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi
seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika
perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan
pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami
perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.

Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher
rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah:
1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus
beserta leher rahimnya.

Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat


dilakukan secara internal maupun eksternal.

12
Resiko untuk terserang kanker:

Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko


terhadap kanker leher rahim. Sel-sel leher rahim mungkin mengalami perubahan
sehingga sangat diperlukan melakukan Pap smear test secara teratur (baik yang
telah ataupun yang belum pernah mendapatkan Pap smear test). Demikian juga
bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker leher rahim
sangat besar.Dijumpainya Human Papilloma Virus (HPV) sering diduga sebagai
penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
Memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau memulai aktifitas seksual
pada usia yang sangat muda juga memperbesar resiko kemungkinan mendapat
kanker leher rahim.Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher
rahim. Yang pertama, jika anda pernah melakukan hubungan seksual anda harus
melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan
sampai anda berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan
untuk melakukan Pap smear test lebih sering. Hal yang ke dua adalah melaporkan
adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama
setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik
melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi
jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat
memperkecil resiko tersebut, mudah-mudahan kita dijauhkan dari kejadian kanker
leher rahim ini. Semoga. Dapatkah anda membayangkan, bagaimanakah perasaan
anda jika mengetahui hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda memberikan hasil
abnormal? Tentulah anda akan merasa kuatir dan cemas, manakala anda
mendapati bahwa hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda abnormal. Tetapi janganlah
terlalu cemas dahulu, karena tidak semua penampakan sel-sel yang abnormal
tersebut berarti kanker. Memang 'Pap Smear' dapat mendeteksi kelainan-kelainan
perubahan sel-sel leher rahim secara dini. Paradigma yang harus diingat adalah
semakin awal ditemukannya kelainan-kelainan pada pemeriksaan 'Pap Smear',
maka akan semakin mudah pula diatasi masalahnya
Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim

13
anda ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang
berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan
'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya
penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah:

1. Unsatisfactory 'Pap Smear'

Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher
rahims anda dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang
komprehensive kepada dokter anda. Jika kasus ini menimpa anda sebaiknya anda
datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh
dokter anda.

2. Jika ada infeksi atau inflamasi

Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan


terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahims mengalami
suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita
deteksi melalui pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun kita tidak merasakan keluhan-
keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya
bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri,
atau karena jamur'. Konsultasikan dengan dokter anda mengenai masalah ini
beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan kapan anda harus menjalani
'Pap Smear' lagi.

3. Atypia atau Minor Atypia

Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear'
terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahims, tetapi sangat minor dan
penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai
'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan
adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk
membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini,

14
dokter anda mungkin akan merekomendasikan anda untuk menjalani pemeriksaan
lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali
menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi anda untuk melakukan 'Pap
Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada
pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil
pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka anda mungkin disarankan untuk
menjalani kolposkopi.

15
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan sistem reproduksi meliputi pengumpulan data dan
diagnosa keperawatan.

B. Pengumpulan Data
Biodata klien: terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.

C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Menceritakan kapan klien mengalami trauma yang menyebabkan klien dirawat
dirumah sakit.
2. Riwayat kesehatan terdahulu
Mengkaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat atau penyakit
tertentu yang akan mempengaruhi terhadap kondisi klien sekarang.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada didalam keluarga yang mempunyai penyakit keturunan atau
penyakit yang sama.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Mengkaji mengenai konsep diri dan hubungan atau interaksi klien baik anggota
keluarga maupun lingkungan dan kaji tentang agama dan kepribadian, keyakinan,
harapan serta semangat yang terkandung didalam diri klien.
5. Pola aktivitas sehari-hari
Meliputi nutrisi, eliminasi buang air kecil dan buang air besar, pola personal
hygiene, olahraga atau aktivitas gerak dan istirahat.

16
6. Pemeriksaan fisik
Melakukan pengkajian melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi sistem tubuh sehingga akan ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Keadaan umum, sistem penglihatan, sistem pendengaran, sistem wicara,
sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem
pencernaan, sistem integumen, sistem musculoskeletal, sistem kekebalan
tubuh dan system reproduksi.
b. Didalam sistem reproduksi didapatkan bahwa adanya benda asing seperti
daging yang menggumbal.
7. Data penunjang
Studi laboratorium adalah pemeriksaan laboratorium darah untuk mengetahui
kadar hemoglobin.
8. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan hemoroid secara teoritis adalah sebagai berikut:
a. Resiko tidak efektfnya jalan nafas b.d efek anatesi
b. Resiko devisit volume cairan b.d pendarahan
c. Resiko cedera b.d posisi yang tidak tepat selama pembedahan
d. Hiportemi b.d efek anatesi
9. Perencanaan
a. Resiko tidak efektifnya jalan nafas b.d efek anatesi
Tujuanya: bersihan jalan nafas efektif.
Dengan kreteria hasil:
1) Frekwensi dan kedalaman nafas dalam batas normal
2) Pengurangan kapasitas vital, apnu, sianosis, dan pernafasan yang gaduh
Rencana tindakan:
1) Berkolaborasi dengan dokter anatesi dalam pemasangan ETT
2) Berkolaborasi dengan dokter anatesi dalam pemasangan ventilator dalam
menentukan pemberian obat anatesi
3) Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya mur-mur, mengi, crow,
dan/atau keheningan setelah intubasi.

17
4) Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu
pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping
hidung, warna kulit, dan aliran udara.
5) Pantau tanda-tanda vital secara terus-menerus.
6) Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekeuatan
pernapasan dan jenis pembedahan.
7) Observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot-otot pernapasan setelah
pemberian obat-obat relaksasi otot selama intraoperatif.
8) Lakukan tindakan pengisapan lendir jika diperlukan.

b. Resiko defisit volume cairan b.d pendarahan


Tujuan: Keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat
Dengan keteria hasil:
1) Tanda-tanda vital yang stabil
2) Palpasi denyut nadi dengn kualitas yang baik
3) Turgor kulit normal
4) Membrane mukosa lembab
5) Pengeluaran urin individu yang sesuai
Rencana keperawatan:
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan
intraoperasi.
2) Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang
dilakukan
3) Pantau tanda-tanda vital
4) Periksa pembalut, alat drain pada interval regular. Kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan.
5) Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
6) Kolaborasi dengan dokter anatesi dalam pemberian cairan parenteral,
produksi darah dan /atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan
kecepatan IV jika diperlukan.

18
c. Resiko cedera b.d posisi yang tidak tepat selama pembedahan
Tujuan: pasien tidak mengalami cedera.
Dengan kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu.
2) Meningkatnya keamanan pasien.
Rencana keperawatan:
1) Posisikan pasien sesuai dengan jenis kebutuhan pasien.
2) Lepaskan gigi palsu atau kawat gigi sesuai protocol praoperasi.
3) Singkirkan alat buatan pada praoperasi atau setelah induksi, tergantung
pada perubahan sensori/persepsi dan ketidakseimbangan mobilitas.
4) Lepaskan perhiasan pada masa praoperasi
5) Periksa identitas pasien dan jadwalkan prosedur operasi dengan
membandingkan grafik pasien, pita lengan dan jadwal pembedahan.
Pastikan secara verbal nama, peosedur dan dokter yang tepat.
6) Antisipasi gerakan, jalur dan selang yang tidak berhubungan selama
melakukan pemindahan dan mengamankan atau mendukung mereka pada
posisi yang tepat.
7) Amankan pasien pada meja operasi dengan sabuk pengaman pada paha
sesuai kebutuhan, menjelaskan perlunya respren
8) Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi yang dibutuhkan sesuai
prosedur operasi dan kebutuhan spesipik pasien
9) Kolaborasi dengan ahli anatesi dan /atau dokter bedah dalam perubahan
posisi sesuai kebutuhan

10. Evaluasi

Evaluasi yang didapatkan berdasarkan diagnosa diatas adlah sebagai berikut:

Diagnosa resiko tidak efektifnya jalan napas berhubungan dengan efek

anstesi pada waktu perioperatif didapatkan hasil jalan napas adekuat dan tidak

terjadi obstruksi jalan napas. Diagnosa resiko deficit volume cairan berhubungan

19
dengan pendarahan didapatkan hasil klien tidak mengalami pendarahan. Diagnosa

resiko cedera berhubungan dengan posisi yang tidak tepat pada selama

pembedahan didapatkan hasil pasien tidak mengalami cedera.

20

Anda mungkin juga menyukai