Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makala yang berjudul “SEPSIS NEONATAL” tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
UPN “Veteran” Jakarta tahun ajaran 2006/2007. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan waktu yang kami miliki. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk makalah kami ini.
Selam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kajur PSIK, yaitu : Desak Nyoman Sithi,Skp.MARS
2. Dosen pembimbing yaitu Ibu Herlina dan Ibu Risti.
3. Teman – teman yang membantu penyusunan makalah ini
Dengan disusunnya makalah ini kami berharapkan dapat diterima dan berguna bagi
mahasiswa keperawatan dalam berhubungan dengan masyarakat.

Jakarta, 1 Maret 2007

Tim penyusun

DAFTAR ISI

1
BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------------------
A. Latar Belakang---------------------------------------------------------
B. Tujuan Penulisan-------------------------------------------------------
C. Ruang Lingkup---------------------------------------------------------
D. Sistematika Penulisan-------------------------------------------------
BAB II TINJAUAN TEORI-----------------------------------------------------
A. Definisi------------------------------------------------------------------
B. Etiologi------------------------------------------------------------------
C. Fisiologi-----------------------------------------------------------------
D. Patologi------------------------------------------------------------------
E. Manifestasi Klinik-----------------------------------------------------
F. Komplikasi--------------------------------------------------------------
G. Tumbuh Kembang Anak----------------------------------------------
H. Pemeriksaan Umum---------------------------------------------------
I. Pemeriksaan Penunjang-----------------------------------------------
J. Penatalaksanaan--------------------------------------------------------
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN--------------------------
A. Pengkajian---------------------------------------------------------------
B. Diagnosa Keperawatan------------------------------------------------
C. Rencana Keperawatan-------------------------------------------------
D. Evaluasi------------------------------------------------------------------
BAB IV PENUTUP---------------------------------------------------------------
A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------
B. Saran---------------------------------------------------------------------
DAPTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan fisiologik terjadi pada sepsis sebagai akibat pengaruh mikroorganisme di
dalam darah atau produk toksik yang dilepaskan dari infeksi setempat. Proses tersebut secara
umum berhubungan dengan kerja sisitem imun di kendalikan oleh berbagai hormone, sitokinin,
dan enzim. Disamping berbagai faktor resiko baik dari pejamu maupun lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon imun, Neanatus yang mempunyai struktur anatomi dan fisiologi yang
imatur menjadi salah satu resiko terjadinya infeksi berat seperti sepsis.
Infeksi sistemik pada masa neonatal cenderung menjadi berat bila dibandingkan dengan
anak yang lebih besar. Sepsis pada neonatus dapat terjadi segera (early anset) atau lambat
(lateonjet) kejadiannya sangat dipengaruhi oleh paparan organisme pada saat bayi lahir,
walaupun dapat juga disebabkan oleh kulaitas perawatan bayi baru lahir atau keadaan
lingkungan rumah, pada bayi premature, kemajuan teknologi di bidang perawatan telah dapat
menurunkan mortalisasi akibat prematuritasnya, tetapi masalah yang timbul dikemudian hari
masih menjadai masalah yang harus diselesaikan. Oleh sebab itu, walaupun movtalitas pada
umumnya terjadi pada 48 jam pertama perawatan, pada bayi premature sepsis dapat terjadi lebih
lambat.
Angka kejadian sepsis neonatal di Amerika bervariasi antara 1-8 per 1000 kelahriran
hidup sedangkan kejadian meningitis berkisar antara 1 diantara 4 kasus kepsis neonatal.
Penyebab terbanyak adalah bakteri Potagen Streptococus Jeup B & Escherichia coli. Penyebab
lain yang penting ialah enterokus, basil enteric Gram negatif (spesies Kiebsiella, Enterobacter,
Seratia) dan Listeria monocytogenes.
Kegagalan pemberian anti biotic dalam pengobatan sepsis behubungan erat dengan
respon inflamasi terhadap pengaruh mikroorganisme penyebab beserta produknya. penelitian
mengenai virulensi mikroorganisme penyebab, respon terhadap inflamasi terhadap
mikroorganisme beserta komponennya memberikan yang lebih baik mengenai potofisiologi
sepsis. pengetahuan mengenai mediator sebagai respon imun pejamu terhadap inflamasi
membuka strategi baru dalam pengobatan.
Klasifikasi mengenai terminologi merupakan hal penting dalam pemakaian patofisiologi
yang terjadi pada sepsis. Terminologi ini diadapsi dari pedoman sepsis pada orang dewasa. Pada

3
makalah ini akan dibahas mengenai pendekatan diagnosa dan pengembangan. pengobatan pada
sepsis neonatal.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan meliputi :
a. Tujuan Umum
yaitu meningkatkan pengetahuan tentang sepsis neonatorum
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sepsis neonatorum dan penyebabnya
pada anak-anak balita terkena sepsis neonatorum.
2) Mahasiswa mampu memahami apa arti sepsis neonatorum dan cara penanganan
penyakit ini.

C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini akan membahas teori tentang sepsis neonatorum . Adapun yang kami
bahas dalam makalah ini menjelaskan tentang sepsis neonatorum pada usia balita dan asuhan
keperawatan tentang sepsis neonatorum.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
F. Tujuan Penulisan
G. Ruang Lingkup
H. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


K. Definisi
L. Etiologi
M. Fisiologi
N. Patologi
O. Manifestasi Klinik

4
P. Komplikasi
Q. Tumbuh Kembang Anak
R. Pemeriksaan Umum
S. Pemeriksaan Penunjang
T. Penatalaksanaan

BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


E. Pengkajian
F. Diagnosa Keperawatan
G. Rencana Keperawatan
H. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran
DAPTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sepsis
Sepsis Neonatus, Sepsis Neonatorum dan septicemia neonatus merupakan sitilah yang
telah digunakan untuk menggambarkan respon sistematik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.
Di mana yang maksud bayi di sini adalah bayai yang baru berusia 0 sampai 28 hari. Ada
pembahasan yang cukup banyak mengenai definisi sepsis yang tepat dalam kepustakaan
keperawatan akvitis. Hal ini merupakan akibat dari ledakan informasi mengenai patogenesis
sepsis dan ketersediannya zat baru untuk terapi potensial misalnya antibody non klonal terhadap
endatoksin dan faktor nekrosis tumor (TNF) yang dapat mengobati sepsis yang mematikan pada
binatang percobaan untuk mengevaluasi dan memanfaatkan cara terapi bari ini secara tepat,
“Sepsis” memerlukan definisi yang lebih cepat. Meskipun demikian, konsep sepsis sebagai
sendrom yang disebabkan oleh akibat infeksi metabolic dan hemodinamik terasa masuk akal dan
penting dimasa mendatang, definisi sepsis pada bayi baru lahir dan anak yang akan menjadi lebih
tepat. Saat ini, criteria sepsis neonatus harus mencakup adanya infeksi pada bayi baru lahir yang
menderita penyakit sistemik serius yang tidak ada penjelasan non-infeksi dan patofisiologis
abnormalnya. Akhirnya, infeksi dengan atau tanpa sepsis dapat memicu secara bersamaan
dengan penyakit non-infeksius pada bayi barulahir dan anak.
Pemahaman mengenai terminology merupakan hal yang penting untuk dapat mengerti
patofisiologi terjadinya sepsis. Respon pejamu terhadap bakteriiemia dengan endotoksemia atau
eksotoksemia, bila tidak terdeteksi dan diobati sejak awal akan mengakibatkan perjalanan
menjadi berat yaitu sepsis dengan gejala pokok takipneu, takikardia, hiper atau hipotermia,
neotropenia atau neutrofilia. Hal ini akan menyebabkan perubahan perfusi organ dengan
manifestasi perubahan status mental, oliguria dan hipaksemia, Kumpulan gejala ini disebut
sepsis. Bila kejadian tersebut terjadi syok yang refrakter dan kegagalan multiorgan.

B. Etiologi

6
 Bakteri, vinus, jamur dan protozoa (jarang) dapat menyebabkan sepsis pada neonatus
 Penyebab yang paling sering pada sepsis mula-mula adalah Streptokkus group B (SGB)
dan bakteri enteric yang di dapat dari kelamin Ibu.
 Sepsis mengenai akhir dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simpleks (HSV), entero
virus dan E. loli KI.
 Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, candida dan Stafilokokus koagulase
negatif (CONS) , merupakan petogen yang paling umum pada sepsis mulai akhir.

C. Fisiologi
 Pada bayi baru lahir sepsis kini belum ditentukan, namun harus sesuai dengan pengaruh
sistemik mediator endogen satu atau lebih sistem organ.
 Pengaruh sepsis pnerminia pada fungsi respirasi harus melampui kerusakan local pada
paru-paru.
 Perubahan fisiologi yang terjadi pada sepsis merupakan akibat rangsangan mikroba
dalam sirkulasi atau oleh sebab produk taksisk bakteri potogen yang dilakukan dari
tempat infeksi.
 Sistem imun baik humoral maupun selular akan berusaha mempertahankan
keseimbangan fisiologi pejamu.
 Sistem retikuloendoterial dan fagosit akan mengeliminasi mikroba melalui proses
opsenisasi oleh komplemen dan antibody.
 Faktor serum yang berfungsi sebagai detoksifikasi, hidrolia dan neotralisasi akan turut
menghancurkan mikroda penyebab
 Hormon. sitokimia dan enzim merupakan komplek komponen parakrin dan otokrin yang
sangat penting dalam pengaturan fisiologi tubuh.

D. Patologi

Infeksi Bakteri

7
Endorfin Komponen dinding sel Aktivasi Komplemen

Makrofag CSA

Tissue Factor
Sitokinin Aktivitas PMN
Aktivitas Aktivitas Pengeluaran PAF dan
koagulasi dan Kalikrein-Kinin Asam Arakhidorik
Fibrinolisis Substral Taksik

C3a
Pengeluaran histamin
Pembahasan Kapiler
Vasodilatasi Syok Kerusakan endotel
Kerusakan endotel

Kegagalan Multiogan

Bayi baru lahir 0 sampai 28


D. Patoflow
hari

Berat badan lahir rendah


Resti terjadinya hipertermia 8
Streptokokus grup B dan
Cairanb.d dehidrasi
tubuh berkurang Di dapat SEPSIS
dari kelamin
bakteri enterik
Ibu Resti
System
terjadinya
imun infeksi
menurun b.d
Suhu
Komponen
Reaksi
tubuhsistemik
meningkat
dinding sel Peningkatan leukosit
penurunan system imun
E. Manifestasi Klinik
Tanda awal terbatas satu sistem, seperti apnea, takipnea dengan retraksi, atau takikardia.
Namun pemeriksaan laboratorium dan klinis secara menyeluruh biasanya akan menggungkapkan

9
kelainan lainnya. Bayi yang terjangka sepsis seharusnya diperiksa untuk mengetahui penyakit
sistem multiorgan. Asidosis metabalik sering terjadi. Hipoksemia dan retensi karbodioksida
dapat dikaitkan dengan sindrom distress pernapasan congenital dan dewan (RDS) atau
pneumonia.
Banyak bayi lahir yang terinfeksi tidak memiliki kelainan fisiologi sistematik yang serius.
Banyak bayi dengan pneumonia dan bayi dengan NEC stadium II tidak menderita sepsis,
sebaiknya NEC stadium III biasanya disertai oleh gejala sistematik sepsis dan infeksi saluran
kencing (UTI) akibat uropati obstruktif, dapat mempunyai kelainan hemertologis dan hepatitis
yang serupa dengan sepsis. Setiap bayi harus dievaluasi kembali sepanjang waktu untuk
menentukan apakah perubahan fisiologis akibat infeksi telah mencapi tingkat sedang hingga
berat yang konstiten dengan sepsis.
Manifestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda serebral dan trombosist gagal napas sebagai
akibat sindrom distress respirasi didapat (ARDS), hipertensi pulmonal, gagal jantung, gagal
ginjal, penyakit hepatoseluler dengan hiperbilirunemia dan peningkatan enzim, waktu protumbin
(prothrombin time (PT) dan waktu tromboplastin Persia (partai thromboplastine time (PTT))
yang memanjang, syok septic, perdarahan adrenal disertai insufisensi adrenal, kegagalan
sumsum tulang (thrombosittopenia, netropenia, anemia) dan kogulasi intravascular desiminata
(disseminated intravascular coagulation (DIC)).
Pada orang dewasa istirahat sindrom respon radang sistemik (SIRS) digunakan untuk
menggambarkan sindrom kliniks yang ditandai oleh 2 atau lebih hal berikut :
(1). Demam atau hipotermin
(2). Takikardia
(3). Kelainan dan darah putih (leukosit) atau peningkatan frekuensi bentuk-bentuk imatur.

F. Komplikasi Sepsis

10
Kelaian pada bayi dapat terjadi karena trauma lahir akibat tindakan atau cara persalinan
atau kerana gangguan fisiologis peraslinan itu sendiri, misalnya letak bayi, kelainan dengan
ekstrasi vakum atau cunam.
Kelainan yang terjadi pada ekstrasi vakum biasanya ditumbuhkan oleh tarikan atau tahanan
dinding jalan lahir terhadap kepala bayi, indikasi penggunaan alat tersebut di sertai pengalaman
dalam pemakaian alat, merupakan factor tambahan yang mempengaruhi keadaan bayi baru lahir.
Kelainan yang mungkin timbul terdiri dari:
1. Kelainan Periper
Kaput suksedaneum. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran sepontan dan nghilang
dalam 2-4 hari sete4lah lahir.
Hematoma sefal yang merupakan perdarahan subperiosteal aakibat kerusakan jaringan
periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir atau cunan. Kelainan ini agak lama (1-3
bulan) dan bila gangguan luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia.
Perdarahan subaponeurosis yaitu perdarahan yang di temukan pada jaringan longgar yang di
lalui vena emisari. Tanda pertahanan ini ialah pembengkakan kepala yang asimatis, batas
pembengkakan yang tidak jeelas, kadang-kadang terlihat bentuk muka aneh, pada daerah
pembengkakan terdapat “piting oedema”. Kelainan ini dapat menyebabkan anemia, renjatan,
dan hiperbibilirubinemia.
2. Kelainan Sentral Atau Sumsum Saraf Pusat
Iritasi serebral yang terjadi kerana edema atau hyperemia. Pada beberapa bagian otak. Gejala
yang mungkin tampak ialah bayi sangat mudah terangsang, “high pitched cry”, fotofobia.
Pada keadaan yang berat, bayi mungkin merintih, kuduk akut di sertai kejang. Dengan
perawatan yang cermat gejala mungkin hilang setelah beberapa hari. Perdarahan atau
gangguan sirkulasi otak. Perdarahan dapat di sebabkan oleh trauma atau hipoksia. Bayi
mungkin memperlihatkan gejala neurologist seperti kesadaran menurun, muntah, kejang dan
lain-lain.
3. Gangguan Lain
a. Afsiksia Neonatorum
Timbulnya tergantung dari keadan bayi saat persalinan dan indikasi penggunaan alat
dalam persalinan. Frekwensi terjadinya asfikasia berkisar antara 10-20%.
b. Perdarahan Retina

11
Perdarahan ini berhubungan erat dengan asfikasia atau peninggian tekanan intrakarnial
pada bayi. Kelainan bersifat sementara dan dapat menghilang dengan sendirinya.
c. Gangguan Periper Lain
Misalnya laserasi kulit, fraktura tulang tengkorak, perdarahan subkonjungtiva mungkin
terdapat pada beberapa bayi. Gangguan biasanya bersipat sementara, cecuali bila terdapat
komplikasi lain.

G. Tumbuh Kembang Anak


Peristiwa Perkembangan
Minggu Peristiwa Perkembangan
I Fertulisasi dan Implantasi muki musa embrional
II Endorem dan elektoderm munal (embiro bilaminar)
III Masa henti menstruasi pertama : mesoderm munal (embiro trilaminar); somit
mulai dibentuk
IV Fusi neural fold embrio ke dalam bentuk seperti manusia tunas lengan dan kaki
muncul, panjang kepala (korona) sampai pantat 4-5 mm.

Kemudian pola-pola Perilaku selama umur tahun pertama.


Masa Neonatis (4 Minggu Pertama)
Tiarap : Tiarap dalam sikap Fleksi : memutar kepala dari sisi ke sisi : kepala melengkung
pada sampai verntral.
Terlentang : Biasanya fleksi dan sedikit kaku
Visual : dapat memfiksasi muka atau cahaya pada gans penglihatan : gerakan mata “mata
boneka” (doll’s eye ) pada pemutaran tubuh.
Refleks : Respon moraaktif ; reflek melangkah dan menempatkan refleks memgang aktif
Sosial : Penglihatan memilih pada muka manusia
Pada 4 Minggu
Tiarap : Kali lebih ekstensi, mempertahankan dagu keatas, memutar kepala menangkat
kepala sebentar sebindang dengan tubuh pada suspensi ventral.
Terlentang : Postur tonus leher menonjol, lentur dan releks; kepala tertinggal dibelakang

12
pada penarikan untuk posisi duduk.
Visual : Mengamati orang ; mengikuti gerakan objek
Sosial : Gerakan tubuh seirama dengan suara orang lain pada kontak sosial, mulai
tersenyum.

H. Pemeriksaan Umum
Kultur (luka, sputum, urine, darah) : mengindikasikan organisme penyebab sepsis.
Sensitivikasi menetukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur kateter /
intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika tidak diketahui cara
masukkannya.
SDP : Ht mungkin pada status hipovolemik karena iemokonsentrasi Leukopenia
(penurunan SDP) terjadi sebelumnya, diikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000-30.000)
dengan peningkatan pita ( berpindah ke kiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
Elektrolit serum : Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
Pemeriksaan pembekuan :
Trombosit : Penurunan kadar (trombositopenia) dapat terjadi karena agregasi
trombosit.
PT/PPT : Mungkin memanjang mengindikasikan kaogulopati yang diasosiasikan
dengan islemia hati / sirkulasi toksin / status syok.
Laktar serum : Meningkatkan dalam asidosis metabolic disfungsi hati, syok
Glukosa serum : Hiperlikemia yang terjadi menunjukkan glukoneogenesis dan
gliogenolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam metabolisme.
BUN / Kr : Peningkatan kadar diasosiasi dengan dehidrasi, ketidakseimbangan/
kegagalan ginjal, dan disfungsi / kegagalan hati.
GDA :Alkolosis respiraori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap lanjut,
hipoksemia, asidosis respiratorik, dan asidosis metabolic terjadi karena kegagalan mekanisme
kompensasi.

13
Urinalisasi : Adanya SDP/bakteri penyebab infeksi. seringkalai muncul protein dan SDM.
Sinar x: Film abdominal dandada bagian bawah yang mengindikasikan udara bebas di
dalam abdomen dapat menunjukkan infeksi karena perforasi abdomen/organ pelvis.
EKG : Dapat menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang ST dan gelombang T,
dan distrimia yang menyerupai infark miokard.

I. Pemeriksaan Penunjang
Bila sindrom kliniks mengarah ke sepsis, perlu di lakukan epaluasi sepsis secar
menyeluruh. Hal ini termasuk biyakan darah, pungsi lumbal, analisis dan kultur urin, serta foto
dada.
Onset Onset dini Onset lambat Nosokomial
< 5 hari > 4 hari 5 hari sampai dengan
dipulangkan
Faktor resiko Kolonisasi kuman, Jarang Prematuritas intervensi
obstetri amnionitis, medis, reseksi perut.
prematuritas
Gejala klinis Gawat napas Demam, SSP, gejala Apnea, bradikardi,
pneumonia, syok fokal latergi, instabilitas
Meningitis 30 % 75 % 10-20 %
Keterlibatan Jarang Pyelonefritis, Pneumonia,
sistem lain osteomyelitis, arthritis pyelonefritis,
septic, selulitis endoftalmitis,flebitis,
infeksi kulit
Kuman Streptokokus group Streptokokus group B, S. epidermidis,
patogen B, klebsiela, listeria, E. coli, lesteria, herpes S. auresus,
enterokokus, simpleks C. albidans, klebsiela,
H. influenza, pseudomonas,
S. pneumoniae E. coli herpes simpleks,
serratia
Terapi kausal Ampisilin dan Ampisilin, dan Tergantung kuman
gentamisin gentamsin nosomomial di
ruangan; vankomisin /
nafsilin dan

14
gentaemisin.

Infeksi herpes simpleks, enterrovirus, dan sitomegalpvirus dapat muncul sebagai sepsis onset
lambat dengan kulit negatif dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis bakteri berat.

J. Penatalaksanaan
Bila seorang bayi telah dicurigai menderita sepsi harus segera diberikan antibiotic tanpa
menunggu hasil biakan, oleh karena perjalanan sepsis neonatal sangat cepat menjadi berat dan
fatal. Prinsip pemilihan antibiotic pada pengobatan pada pengobatan awal, harus berdasarkan
pada pola mikroorganisme penyebab pada sepsis onset dini antibiotic harus mencakup bakteri
kokus Gram positif terutama Streptococus group B dan basil entrik gram negatif. sedangkan bila
sepsis terjadi setelah 4 hari pertama lahir, antibiotic harus dapat mencakup infeksi yang berasal
dari rumah sakit (infeksi nasokimia) seperti S. vreus. S. epidermidis, basil enteri gram negatif
seperti psies Pseudomonas. Pada umumnya sterpcocus group B masih efektif terhadap antibiotic
golongan penisilin atau safalos[orin. Sehingga pilihan untuk infeksi bakteri Gram negatif,
golongan aminoglikosida seperti kanamisin, gentamisin, nexlmisin dan amikasin masih efektif
terhadap E Coli, Enterobacter, Klebsiella, dan spesles Proteus.
Mengingat mikro organisme penyebab pada meningitis neonatal umumnya sama dengan
mikroorganisme penyebab sepsis, maka pemilihan antibiotic pun sama. perlu mendapat perhatian
untuk meningitis neonatal yang disebabakan oleh basil enteric Gram negatif. Eradikasi bakteri
sering kali terjadi lambat dan mudah terjadi komplikasi seperti obsess otak atau ventrikkulitas.
Bakteri kadangkala masih sulit teradikasi dari cairan serebropinalis walaupun kadar bakteri sidal
sudah tercapai. Oleh karena itu pada meningitis neonatal pemberian antibiotic lebih lama dari
pada sepsis neonatal. Pemberian antibiotic intraventikuler pada saat ini tidak dianjurkan lagi oleh
karena secara uji klik tidak ada perbedaan antara pemberian antibiotic intraventrikular akan
menyebabkan reaksi inflamsi yang berlebihan.
Disamping pengobatan antibiotic tetapi suportif sangat diperlukan. Pemberian cairan
yang mencukupi kebutuhan, memperbaiki keseimbangan asam basa dan elekkrolit memperbaiki
oksigenisi, bila perlu dipertimbangkan tranfusi tukar, pemberian kuman, immunoglobulin atau
komponen darah berdasarkan patofisiologi, Japari HJ2 membuat tatalaksanaa mutahir pada
sepsis neonatal sepertitabel 3 dibawah ini :

15
Mediator / tempat Kerja Obat Mekanisme Kerja
Endotoksin (LPS) Autibodi antibody monoclonal Bakterisidal
Efek epsonik
Neutralisasi ikatan lipid A
TNF BPI (Bactericidal permeability Mengaktifkan kerja LPS
increasing protein) Kompotitif terhada LPS receptor
Analogus lipid A hontoksik binding mengikat dan meng-non
Antibody monoclonal aktifkan sitokin
Soluble mondklonal tetapi Mengikat TNF-a bebas mempengaruhi
respons TNF-a ikaran reseptor TNF-a
IL- 1 Soluble IL 1 receptor IL-1 Meningkat IL-1 bebas
reseptor antagonis Mempengaruhi ikatan receptor IL-1
menghambat produksi dan mengurangi
dampak proinflamasi sitokinia dan
enzim.
Makrofag, PMN-a sel Glukokortikoid Menghambat produksi TNF- a
mast dan kaskade enzim menekanaktifitas PMN, dan
makuafag, PMN, Pnroxyphylline memperbaiki siskulasi.
evitrosit
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Catatan perenatal mengenai daktor-faktor rsiko yang diasosialisasi dengan infeksi dan
tanda-tanda dan gejala-gejala yang memberi kesan infeksi diperiksa kembali. Vagina maternal
atau infeksi pada perineal mungkin ditularkan secara langsung pada bayi selama mewati saluran
kelahiram. Riwayat psikososial dan riwayat penularan penyakit kelamin (sexually transmitted
deases : STD s) dapat secara kuat menandakan kemungkinan huruan immunodefiency virus
(HIV), hepatitis B, atau infeksi (MV).
Kejadian perinatal juga diperiksa kembali pecahnya membaran yang premature
(premature of membrane = PROM) mungkin disebabkan oleh infeksi maternal atau intraverin.
Infeksi yang meningkat dapat timbul setelah pecahnya membaranyang lama, persalinan yang

16
lama atau monitoring intraterin fetus. Resusitas yang membutuhkan lutubasi dan penyedotan
yang dalam dapat menyebabkan infeksi. Usia kandungan bayi baru lahir maturitas berat lahir,
jenis kelamin, semuanya mempengaruhi timbulnya infeksi sepsis timbul sekitar dua kali labih
sering dan menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi pada bayi pria dari pada wanita. Bayi
baru lahir dikaji abses kulitnya, bentuk-bentuk, selulit, dan indikasi lain dari infeksi.
selama periode postinatal waktu permulaan adanya benda-benda yang dicurigai di catat
permulaan penyakit dalam 48 jam pertama lebih umum diasosiaikan dengan faktor-faktor
kecenferungan prenatal atau preinatal penyakit yang diperoleh pada atau setelah kelahiran.
Faktor-faktor klinis paling awal dari sepsis pada neonatus dikavaterisasikan oleh
kurangnya spesititas. Tanda-tanda yang tidak spesifik termasuk lerhargy, pemberi makan yang
buruk, penvapaian berat banda yang buruk atau iritabilitas. Atau perawat orang tua dapat dicatat
secara singkat bahwa bayi tidak dapat melakukannya sebaik sebelumnya diagnosis yang berbeda
mungkin sulit dilakukan tanda-tanda sepsis mirip dengan tanda-tanda masalah pada neonatus
yang tidak spesifik Informasi, tambahan dan laboratorium dan klinis dan budaya yang serasi
melengkapi penjabrab penemuan.
Keterlibatan primer atau kedua dari setiap organ menambah tanda klinis. Hipothermia
sama umunya dengan hiperthermin (panas) sebagi dari infeksi mungkin diketahui adanya
tachpenen atau apnea, cyanosis, tachyradia atau bredy cardia dan hipoteksi. Tanda-tanda yang
terinfeksi bahkan tanpa meningitis. Tanda-tanda lain mungkin muntah, disertai abdominal, diare,
jaundice, kepucatan, atau petechia. Necrotiung anterocolitis dapat berkembang jaundice terjadi
dalam 24 jam pertama dan tidak adanya penyakit hemolitis. pendarahan mungkin merupakan
tanda yang diasosisikan dengan sepsis yang mungkin didahului atau disertai oleh infeksi local.
seperti omphalilitas atau radang selaput mata atau oleh abses kulit.
penelitian laboratorium dilakukan contoh-contoh untuk kultur aermasuk contoh darah
sisa dali umbilik nasofaring atau aroafaring, saluran telinga kulit , cairan cerebrospinal (CFS)
ginjal dan urin. Level bilirobin yang mengikat secara langsung (gabungan )mungkin ditemukan,
khususnya jika infeksi mikroorganisme beragram negatif. Jumlah sel darah merah yang lengkap
dengan perbedaan dibentuk untuk menentukan kehadiran anemia, peningkatan jumlah sel darah
merah putih atau penurunan jumlah sel darah merah (tanda amnious) protein C. relative mungkin
atau mungkin juga tidak meningkat.

17
Pengkajian yang cermat (missal infuse cairan varenteral) berlanjut dan setelah
pengobatan. Byi barul;ahir terus dikaji kelamin seperti cerminya. sebelum adanya antibiotic , 90
% bayi baru lahir dengan sepsis meninggal dunia. Tetapi antibuotik menurunkan mortalizer
antara 13o – 45o tergantung pada organisme penyebab.
Kelainan pada septicermin termasuk meningitis , pyarthrosis dan schokk seperi
Meningitas Kelainan yang umum, mungkin dibuktikan oleh pembengkokan fontanelle anterior.
Antibiotik yang sistemik tidak dapat berdifusi ke dalam CFS. Infusi obat bayi intrathecal dalam
ruangan subaracchoid) seperti polyunxin mungkin dilakukan.
Yeatthrosis yang mungkin menyerang sendi biasanya berlokasi dipaha. Terbatansnya
pergerakan sendi merupakan salah satu tanda dari kondisinya.
Shock septic disebabkan oleh pelepasan racun kedalam aliran darah. Tanda paling utama
adalh rutunnya tekanan darah tanda-tanda lainya respinis dan denyut nadi yang cepat dan tidak
teratur (secara umum mirip dengan septicemia

18
B. Diagnosa Keperawatan

No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Resiko terjadinya Setelah dilakukan dindakan  berikan isolasi/ pantua penguunjug  isolasi luka/linen dan mencuci
infeksi b.d keperawatan 2 x 24 jam infeksi sesuai indikasi adalah yang dilakukan untuk
Penurunan sistem dapat teratasi dengan criteria  cuci tangan sebelum dan sesudah menghindari luka, sementara isolasi
imun hasil melakukan aktivitas walaupun / pembatasan penggunjung
DS: -----  Pasien akan menggunakan sarung tangan sten dibutuhkan untuk melindungi
DO : menunjukkan  dorong penggantian posisi sering pasien monosupresi menggurangi
 Ibu pasien pennyembuhan seiring napas dalam / batuk kontraminasi silang.
mengatakan perjalanan waktu.  dorong pasien untuk menutup mulut  berihkan paru yang baik mencegah
bayi pucat  Bebas darisekresi dan hidung dengan tisu pada waktu pneumoala
 Ibu pasien purulen/drainase atau batuk / bersin  mencegah penyebaran infeksi
mengatakan eritma dan afebris.  batasi penggunaan alat / prosedur melalui droplet udara.
bayi kulit invasit jika memungkinkan  Mengurangi jumlah lokasiyang
bayi dingin  lakukan inspeksi terhadap luka/sisi dapat menjadi tempat masuk
dan lembab alat invasive setiap hari, berikan organisme.
perhatian utama terhadap jalur  Mencatat tanda-tanda
hiperlimentasi. inflamsi/infeksi local, perubahan
 gunakan teknik steril pada waktu pada karakter drainase luka atau
penggantian balutan/penghisapan sputum dan urine. Dapat
lokasi perawatan mis: jalur invasive, memberikan gejala untuk masukan
kaleterurinarius portal, tipe infeksi organisme,
 gunakan sarung tangan/pakaian pada demikian juga identifikasi awal dari
waktu merawat luka yang terbuka resiko sekunder
/antipasti dari kontak langsung dengan  Mencegah masuknya bakteri,
sekresi ataupun elastrasi mengurangi resiko infeksi
 buang balutan/bahan yang kotor nosokomial.
dalam kantong ganda.  Mencegah penyebaran infeksi /
 pantau kecenderungan suhu kontraminasi silang
 amati adanya menggigil dan  Mengurangi kontraminasi / area
diatereisi kotor ; membatasi penyebaran
 memantau tanda-tanda organisme melalui udara.
penyimpangan kondisi / kegagalan  Demam (38,5o C – 45o C)
untuk membaik selama masa terapi disebabkan oleh efek-efek dari
 infeksi rongga mulut terhadap plak enditoksin pada hipatalamus dan
putih (sariawan) endortrin yang melepaskan pirogen.
 Menggigil sering kali mendahului
memuncaknya suhu pada adanya
infeksi umum.
 Dapat menunjukkan ketidaktepatan
/ ketidakadekuatan tetapi antibiotic
atau pertumbuhan berlebihan dari
organisme resisten / opertunistik
 Depresi sistem imum dan
penggunaan dari antibiotic dapat
menignkatkan resiko sekunder
terutama ragi.
2. Resiko tingginya Setelah dilakukan dindakan  Pant  Su
terjadi Hipertermia keperawatan 2 x 24 jam au suhu pasien : perhatikan hu 38, 9o C – 41,1o C menunjukkan
b.d Dehidrasi Hipertermia dapat teratasi menggigil / diaforesis proses penyakit infeksius akut
DS: ----- dengan criteria hasil  Pant  Su
DO : 1. Mendemonstrasi au suhu lingkungan , batasi / hu ruangan / jumlah selimut harus
 Ibu pasien kan suhu dalam batas tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
mengatakan normal (bebas dari indikasi. mendekati normal
bibir bayi kedinginan setelah  Beri  Da
pecah- dilakukan tindakan kan kompres mandi hangat, hindari pat membantu mengurangi demam
pecah. keperawatan 2 x 24 jam penggunaan alcohol  Di
 Ibu pasien hipertermin dapat diatasi  Beri gunakan untuk mengurangi demam
mengatakan dengan criteria hasil : kan antipiretik mss : ASA (spirin), dengan aksi sentralnya pada
bayi diare 2. Tidak asetominofen (Thylenol) hipotalamus, meskipun demam
 Ibu pasien mengalami komplikasi yang  Beri mungkin dapat berguna dalam
mengatakan berhubungan kan selimut pendingin. membatasi pertumbuhan organisme
bayi muntah. dan meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi
 Di
gunakan untuk mengurangi demam
umumnya lebih besar dari 39,5o C –
40o C pada waktu terjadi
kerusakan / gangguan pada otak.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan dimulai dengan mengembangkan standar tindakan preventif pada ruang
anak adan protokaol untuk dengan dan pengobatan infeksi. Penemuan pengkajian individu
digunkan untuk mencanakan perawat bagi setiap anak-orang tua dan keluarga didorong untuk
berpartisipasi dalam perencanaan tujuang termasuk hal-hal berikut :
1. Bayi tetap bebas dari sepsis
2. Tanda-tanda awal sepsis pada bayi baru lahir dikenali dan dilakukan terapi yang
sesuai
3. Jika terapi perlu dilakukan bayi baru lahir tidak menderita kelainan yang
membahayakan
4. Orang tua mulai mengadakan ikatan dan kasih saying dengan bayi baru lahir
5. Orang tua menjaga kepercayaan kepada diri sendiri
6. Anggota staf membuat hubungan perawat dengan orang tua untuk manaruh
kepercayaan mereka dan untk mendorong yang positif aktif dan terus menerus dari keluarga
dengan anggota risten perawat kesehatan.

D. Evaluasi
Pemerintah dapat menjamin bahwa berjalan dengan efektif jalan tujuan perawatan
tercapai
 Bayi baru lahir tetap bebas dari sepsis
 Tnda-tanda bayi baru lahir dikenali dengan tepat
 Jika diperlukan terapi bayi tidak menderita kelainan yang membahayakan
 Orant tua mulai mengadakan ikatan dan kasih saying dengan bayinya dan memelihara
rasa harga diri.
 Anggota membuat hubungan perawatan dengan orang tua untuk memelihara kepercayaan
mereka an mendorong interaksi keluarga secara menurun, aktif, positif, dengan anggota
sistem perawat kesehatan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan makalah yang berjudul sepsis neonatal di atas dapat kami tarik simpulkan
di mana sepses itu sendiri berarti sebuah sitilah yang telah digunakan untuk menggambarkan
respon sistematik terhadap infeksi pada bayi baru lahir, di mana umur bayi yang di maksud di
sini adalah bayi yang berumur 0 sampai 28 hari.
Penyakit ini biasanya di sebab kan oleh Bakteri, vinus, jamur dan protozoa (jarang). Misalnya,
penyebab yang paling sering pada sepsis mula-mula adalah Streptokkus group B (SGB) dan
bakteri enteric yang di dapat dari kelamin Ibu.
Banyak bayi lahir yang terinfeksi tidak memiliki kelainan fisiologi sistematik yang serius. Setiap
bayi harus dievaluasi kembali sepanjang waktu untuk menentukan apakah perubahan fisiologis
akibat infeksi telah mencapi tingkat sedang hingga berat yang konstiten dengan sepsis.
Manifestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda serebral dan trombosist gagal napas sebagai akibat
sindrom distress respirasi didapat, hipertensi pulmonal, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit
hepatoseluler dengan hiperbilirunemia dan peningkatan enzim, waktu protumbin dan waktu
tromboplastin Persia yang memanjang, syok septic, perdarahan adrenal disertai insufisensi
adrenal, kegagalan sumsum tulang dan kogulasi intravascular desiminata.
Bila seorang bayi telah dicurigai menderita sepsi harus segera diberikan antibiotic tanpa
menunggu hasil biakan, oleh karena perjalanan sepsis neonatal sangat cepat menjadi berat dan
fatal.

B. Saran
1) Diharapklan perawat mengerti akan kondisi pasien dan mampu menumbuhkan semangat
pasien atau keluarganya dalam menghadapi penyakitnya.
2) Perawat juga berkewajiban untuk menjelaskan secara terperinci kepada keluarga pasien
akan perjalanan penyakit yang diderita oleh pasien.
3) Menyarankan bagi dokter dan perawat untuk lebih meningkatkan diri dalam kemampuan
menjalin komunikasi dengan pasien serta bersikap empatik dan simpatik.
4) Untuk keluarga pasien agar bias menjaga hygiene pasien dan menjaga agar tidak terjadi
komplikasi yang parah.
5) Bagi orang tua pasien agar selalu memberikan semangat dan dukungan guna menghindari
stress sehingga pengobatan dapat dilakukan dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

 Wong Donal L, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta, 2003,EGC.


 Ismail Sofyan, Pedoman Mutahir Bayi Prematur, Jakarta,1997, EGC.

 Bobak Irema M, Perawatan Maternitas dan Ginekologi, Bandung, 1998,

EGC.
 Schwarts M. Williem, Pedoman Klinis Pediatrik, Jakarta, 2003, EGC.

 Suprobaita Arif Masjoer, Kapitel Selektal Kedokteran, Jakarta, 2000, EGC.


LAMPIRAN
SIRS dapat merupakan akibat dan trauma, syok hemoragik atau sebab-sebab iskemia lain,
pankreatis atau jejas immunologis. Bila hal ini merupakan akibat dari infeksi keadaan ini juga
disebut sepsis. Kriteria ini belum ditegakkan pada bayi dan anak-anak dan tidak mungkin dapat
diterapkan pada bayi baru lahir.
Kesimpulan
 Umum : panas, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum, la\etargi, sklerem
 Saluran lema : distenis abdomen, anorreksia, muntah, diare, hepatomegali.
 Saluran napas : apnu, dispnu, takipnu, napas cuping hidung, merintih, sianosis
 Sistem koordiorascular : pucat, sianosis, kutis, marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardia,
bradikardia.
 Sistem saraf Pusat : Iritabilitas, fremor, kejang, hiporefleksia, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membenjol, high-pitched cry.
 Hematologi : ikterus, splenomogoli, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Manifestasi Klinik Sepsis Neonatal

Gejala Kilik %
Hipertemia 51
Hipotermial 5
Distres pernapasan 33
Apne 22
Sianosis 24
Iktens 35
Hepatomegali 33
Letargi 23
Mudah terangsang 16
(irritable)
Ksulitan munim 28

DIAGNOSA
Perbedaan dignosa bayi baru lahir dengan orang tua

BAYI BARU LAHIR ORANG TUA/ KELUARGA


 Beresiko tinggi untuk mengalami  Kekawatiran,
infeksi hubungan dengan ketakutan atau anntispasi kesedihan
- Kebutuhan akan resusitas berhubungan dengan
atau terapi penyedot. - ketidak pastian tentang
- Kebutuhan akan perkiraan anak
keteterumbilikus yang menetap  beresiko
nutrisi parential total (total parential tinggi untuk mengalami menjadi orang
mutrition= TPN) cairan perenteral. tua berhubungan dengan
- Monitoring intruterin setus - perpisahan orang tua dan
secara electric anak
- Berjenis kelamin pria - perasaan tidak cukup dalam
 Ketidakpastian thermoregulasi merawat anak
berhubungan dengan - ketidakmampuan menyusui
- Infeksi  ketidakberda
 Integritas jaringan yang masuk yaan atau distress berhubungan dengan
berhubungan dengan - kejadian perinatal
- Kebutuhan akan atau kondisi bayi baru lahir
tindakan dukungan yang multiple  rasa khawatir
(seperti monitoring biometis, TPN berhubugan dengan
terapi penyedotan) - kondisi bayi baru
 Saksi berhubungan dengan lahir, tindakan dan manajemennya.
- Kebutuhan akan tindakan pendukung
yang multiple

Anda mungkin juga menyukai