TINJAUAN TEORITIS
1. Epidermis
Tejadi penurunan sebesar 50% pada lapisan terutama dari Epidermis. Penurunan dan
penipisan titik temu antara epidermis dan dermis. Sobekan kulit sebagai akibat dari
aktivitas yang tidak berbahaya seperti pemindahan perban pada individu diatas seperti
tempat tidur. Luka memar lebih mudah terjadi sebagai akibat perubahan kulit yang di
hubungkan dengan umur. Jumlah Melanosit (pembentuk pigmen dan warna kulit)
menurun sejalan dengan umur, menyebabkan lansia kehilangan proteksi terhadap sinar
UV, warna kulit lebih pucat dan rambut beruban. Melanosit di produksi sebagai bagian
dari pigmentasi di karenakan perkembangan lentigines, yang juga di ketahui sebagai
“agespots” atau “liverspots”. Korelasi langsung antara paparan sinar matahari dan
perkembangan lentigines diketahui dan baru terlihat pada dekade ke – 6 kehidupan
terutama pada pergelangan dan tangan bagian dorsal.
2. Dermis
Pergantian sel akan melambat karena proses penuaan. Dengan terjadinya
penipisan lapisan dermis, kulit akan menjadi rapuh dan transparan. Pasokan darah ke
kulit juga berubah sejalan dengan bertambahnya usia. Pembuluh darah terutama
lingkaran kapiler akan menurun jumlah dan ukurannya. Perubahan vaskuler ini turut
menghambat penyembuhan luka yang umum terlihat pada pasien-pasien lansia. Selain
itu, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea juga akan menurun jumlah dan kapasitas
fungsionalnya sehingga kulit menjadi kering dan bersisik. Penurunan kadar hormone
androgen diperkirakan turut menyebabkan berkurangnya fungsi kelenjar sebasea.
Pertumbuhan rambut akan berkurang secara bertahap terutama rambut ditungkai
bawah dan darsum kaki. Penipisan rambut sering terjadi di kulit kepala, aksila dan pubis.
Fungsi lain yang dipengaruh oleh proses penuaan normal adalah fungsi barier, persepsi
sensorik dan termoregulasi.
3. Subkutan
Akibat pengurangan jumlah lemak dan jaringan subkutan dan retribusi lemak
pada abdomen dan paha. Jaringan di payudara juga berubah dan menjadi lebih banyak
granular dan atropik dalam bentuknya sebagai akibat dari kehilangan suplai lapisan dari
jaringan subkutan ini sehingga merupakan resiko terbesar dari hipotermi, skin shearing
dan trauma tumpul. Absorbsi pengobatan juga dipengaruhi dengan menurunnya jaringan
subkutan dan mengurangi suplai vaskular ke dermis. Hilangnya substansi elastis, kolagen
dan lemak subkutan dalam jaringan bawah kulit akan mengurangi daya perlindungan
serta pembantalan jaringan dan organ dibawahnya, serta menurunkan tonus otot.
Photooging atau kerusakan karena pajaran matahari berlebihan akan
menimbulkan efek yang sangat merugikan pada proses penuaan kulit normal. Pekerjaan
atau aktivitas diluar rumah yang dilakukan seumur hidup (seperti pekerja kontruksi,
pekerja pantai, atau orang yang senang berjemur) tanpa pemakaian tabir surya dapat
menimbulkan pengeriputan kulit yang menyolok, bertambahnya kehilangan elastilitas,
area area berpigmen mottle, atropi kutan dan lesi benigna atau maligna.
Singkatnya, kulit lansia akan mengalami banyak perubahan fisiologis yang
berkaitan dengan proses penuaan normal. Pajaran matahari yang berlebihan seumur
hidup, berbagai penyakit sistemik, nutrisi yang buruk dari pemakaian obat-obatan dapat
memperluas rentang masalah kulit dan mempercepat timbulnya masalah tersebut, yang
akibatnya adalah peningkatan kerentanan terhadap cidera dan penyakit yang tumpul.
Masalah kulit adalah hal yang umum terjadi pada lansia.
Dalam kondisi yang normal, produk panas dari metabolisme akan diimbangi oleh
kehilangan panas dan suhu internal tubuh akan dipertahankan agar tetap konstan.
Kecepatan hilangnya panas terutama tergantung pada suhu permukaan kulit yang
ditentukan oleh aliran darah kulit. Aliran darah lewat pembuluh darah kulit ini terutama
dikendalikan oleh sistem saraf simpatik. Peningkatan aliran darah kedalam kulit akan
menyebabkan lebih banyak panas yang dialirkan di kulit yang meningkatkan laju
kehilangan panas dari tubuh. Di lain pihak, penurunan aliran darah kulit akan
menurunkan suhu tubuh dan membantu menyimpan panas untuk tubuh. Jika suhu tubuh
mulai menurun, seperti yang terjadi pada awal dingin, pembuluh darah kulit akan
mengalami kontriksi sehingga kehilangan panas dari tubuh berkurang.
Pengeluaran keringat merupakan proses lain yang digunakan tubuh untuk
mengatur laju kehilangan panas. Pengeluaran keringat atau perspirasi tidak akan terjadi
sebelum suhu internal tubuh melampaui 37°C tanpa tergantung dengan suhu kulit
(Scheuplein ,1991). Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat
dapat mencapai 1 lier/jam. Dalam keadaan tertentu, misalnya pada stress emosional,
respirasi dapat terjadi secara reflek yang tiga ada hubungannya dengan keharusan untuk
menghilangkan panas dari tubuh.
2. Data Objektif
a. Kulit
1) Warna
a) Sianosis : bibir, area sirkumoral, membrane mukosa, daun telinga, dasar kuku
b) Ikterik : sclera
c) Pucat : konjungtiva, kuku
d) Distribusi pigmentasi : bintik-bintik : mola
2) Tugor
3) Elastis
4) Keutuhan
5) Kemerahan
6) Kelembapan
7) Kebersihan
8) Edema
9) Bau
10) Sisi pungsi jarum
11) Gigitan serangga
12) Scabies
13) Jerawat, kalus, tanduk
14) Eksudat
15) Lapisan urenik : janggut, alis
16) Sklerema
17) Striae
18) Area penekanan diatas tonjolan tulang
19) Ulkus dekubitus
b. Kuku : kebersihan, kondisi jaringan sekitarnya, jari dan ibu jari, bentuk sendok
cekung
c. Rambut : distribusi dan konfigurasi, tekstur, warna, kuantitas, parasit, alopesia
d. Lesi
(1) Makula (<5mm) : Datar, perubahan warna
(2) Papula (<5mm) : Meningkat, perubahan warna
(3) Bercak / patch (>mm) : Datar, perubahan warna, bersisik
(4) Ekssantena : makula, papular
(5) Vesikel : lepuh, eksudat, purulen
(6) Bula : lepuh besar , flaksid, tegang
(7) Plak : menebal, papula menyatu, meningkat
(8) Tumor (>5cm) : padat, dapt bergerak
(9) Kista : setengah padat, terisi cairan, tidak terselubung, eksudat serosa atau
purulenta
(10) Krusta : eksudat kering
(11) Sisik : serpihan dari epidermis yang mati
(12) Urtikaria : bengkak, panas , bertambah, gatal, sementara
(13) Kutil : bertambah , warna
(14) Mola : tidak teratur, datar atau meninggi, berlebihan/pigmen bercampur
(15) Komedo : hitam / putih
(16) Lesi papula : kecil, kears atau ulserasi
(17) Abrasi kulit : robekan
(18) Ulkus :nekrosis
(19) Sikatrik : jaringan parut
(20) Keloid : pembentukan jaringan berlebihan sekitar lesi atau jaringan parut
(21) Peteki : kecil, merah terang , datar
(22) Lipoma : gumpalan lemak subkuteneus
(23) Nodul (5 m sampai 5 cm)
(24) Fisura
(25) Telangiektasia
(26) Erosi
3. Riwayat Keluarga dan Penyakit Penyerta
a. Alergi
b. Peajanan terhadap alergen eksternal : kosmetik, sabut, obat, tanaman, kimia
c. Pemanjanan terhadap aiergen internal obat – obatan dan makanan
d. Riwayat perjalanan
e. Pemajanan terhadap penyakit
f. Respon terhadap matahari
4. Obat – obatan yang digunakan saat ini
g. Obat injeksi
h. Obat yang diresepkan
i. Obat keras
j. Krim, losien , salep
k. Aktivitas keberhasilan
l. Aktivitas seksual
5. Bantuan diagnostik
a. Diagnosa yang menyebabkan penyakit
b. Kultur kulit dan lesi
c. Mikroskop elektron
d. Diskopi
e. Imunofluresen
f. Prep lupus eritmantosus
g. Biopsi, sitologi
h. Kultur darah
i. Potongan kulit ; tes kalium hidroksida (KOH) terhadap jamur
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ULKUS DEKUBITUS ( PRESSURE ULCER )
3. Gejala klinis
Ulkus dekubitus kebanyakan menyebabkan nyeri adn gatal-gatal, tetapi jika
terdapat gangguan pada indera perasa, ulkus yang dalampun tidak menimbulkan nyeri.
Lokasinya biasanya pada daerah ekstremitas dan bokong. Ulkus terdapat jaringan yang
nekrotik dan sekelilingnya terdapat daerah eritematosa.
Ulkus dekubitus dikelompokkan ke dalam beberapa stadium :
Stadium 1 : Ulkus belum terbentuk seutuhnya
Stadium 2 : Kulit merah dan membengkak, seringkali disertai oleh
pembentukan lepuhan, lapisan kulit paling atas mulai mati
Stadium 3 : Ulkus mulai timbul di kulit, menyusup ke lapisan kulit yag lebih
dalam
Stadium 4 : Ulkus menembus kulit dan lemak, sampai ke otot
Stadium 5 : Terjadi kerusakan otot
Stadium 6 : Merupakan stadium ulkus yang paling dalam, dimana terjadi
kerusakan tulang dan kadang terjadi infeksi tulang
Jika kulit terluka dan mulai robek maka akan timbul masalah baru, yaitu
infeksi. Infeksi memperlambat penyembuhan ulkus yang dangkal dan bisa
berakibat fatal terhadap ulkus yang lebih dalam.
- lokasinya pada daerah ekstremitas dan bokong
- ulkus terdapat jaringan yang nekrotik dan sekelilingnya terdapat daerah
eritematosa
4. Pengobatan
Mengobati ulkus dekubitus lebih sulit daripada mencegahnya. Pada stadium awal,
ulkus biasanya membaik dengan sendirinya setelah tekanan dihilangkan. Mengkonsumsi
protein dan kalori tambahan bisa mempercepat penyembuhan. Memobilisasi daerah yang
luka juga dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Jika kulit terluka sebaiknya ditutup dengan perban. Agar tidak melekat pada luka,
gunakan perban yang dilapisi teflon atau mengandung bahan yang menyerupai gelatin,
yang bisa membantu pertumbuhan kulit yang baru.
Jika luka mengalami infeksi atau mengeluarkan nanah, sebaiknya dibersihakan
dengan sabun atau gunakan cairan desinfektan (misalnya povidon-iodin).
Kadang dokter membuang bagian kulit yang mati (nekrotik) dengan bantuan pisau
bedah (debridement).
Ulkus yang dalam sulit untuk diobati. Kadang perlu dilakukan pencangkikan kulit
sehat pada daerah yang mengalani kerusakan. Tetapi pencangkokan ini tidak selalu dapat
dilakukan, terutama pada usia lanjut yang menderita malnutrisi.
Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Jika tulang di bawahnya terinfeksi
(osteomielitis) diberikan antibiotik jangka panjang karena osteomielitis sulit
disembuhkan dan bisa menyebar melalui aliran darah, selain itu tindakan yang biasa
dilakukan yaitu dengan kompres.
5. Pencegahan
Ulkus dekubitus menyebabkan nyeri dan bisa berakibat fatal. Ulkus juga
menyebabkan masa perawatan di rumah sakit menjadi lebih panjang dan menghabiskan biaya
lebih banyak
Untuk mencegah terbentuknya ulkus, bisa dilakukan beberapa tindakan berikut :
1. Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam sekali
untuk mengurangi tekanan
2. Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahan yang lembut
(misalnya bantal, bantalan busa)
3. Mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi yang seimbang
4. Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.
5. Jika pasien harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur
khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara.
b Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan imobilisasi
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur mekanik
3) Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan malnutrisi
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penanganan dan perawatan di rumah
c Tujuan Dan Kriteria Hasil
1) Pasien mengungkapkan pemahaman tentang prosedur yang dibutuhkan untuk
mencegah kerusakan jaringan.
2) Berpartisipasi dalam tindaka/aktivitas
3) Pasien menunjukkan warna, integritas, serta suhu kulit/jaringan yang normal
4) Berpartisipasi dalam perencanaan makan
5) Mendemonstrasikan kekemampuan perawatan luka tekan dirumah.
d Intervensi Keperawatan
1) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan imobilisasi
a) Tindakan pencegahan
(1).Pertahankan integritas kulit dengan jalan mempertahankan kebersihan dan
kekeringan kulit
(2).Lakukan perawatan kulit setiap hari
(3).Mandikan dengan sabun ringan dan air hangat, hilangkan bedak dan salep
(4).Basuh kulit dan keringkan secara keseluruhan
(5).Gunakan lotion pada kedua kaki, siku dan punggung serta masase
perlahan dan bersihkan
b) Ubah posisi pasien setiap 2 jam: miringkan telentang, miring kiri
c) Kaji dan pantau temoat penekanan setiap 4 jam
d) Bantu dan ajarkan pasien untuk ubah posisi dengan perlahan setiap 15 sampai
30 menit untuk menghindari penekanan dan kelemahan
e) Pertahankan kebersihan, kenyamanan tempat tidur dengan linen dalam
keadaan licin
f) Berikan gosok punggung dan masase pada tulang-tulang yang menonjol
dengan emolin lembut, hindari alkohol
g) Cegah dan hilangkan penekanan dan gesekan dengan menempelkan bantal
diantara area penekanan (lutut, pergelangan kaki)
h) Cegah penekanan dengan pengubahan penekanan matras, penggunaan matras
busa atau udara, matras mengapung, bantalan silika, alat bantu siku dan lutut
untuk mengurangi gesekan
i) Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak pasif atau aktif pada semua
ekstremitas setiap 4 jam
j) Tingkatkan aktivitas jika diindikasikan: bantu pasien turun dari tempat tidur
dan duduk di kursi, hindari duduk lebih dari 30 menit
k) Pertahankan kepala tempat tidur pada posisi 45 derajat atau kurang
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
a) Kaji kulit dan identifikasi tahap perkembangan ulkus
b) Kaji ulkus terhadap ukuran, lokasi, warna, bau serta jumlah dan tipe cairan.
c) Evaluasi ulkus terhadap infeksi dan kultur jika dibutuhkan.
d) Berikan perawatn luka sesuai dengan standar perawatan rumah sakit.
e) Jika pemulihan tidak terjadi, siapkan debridemen sesuai indikasi
e Evaluasi
1) Pasien mengungkapkan pemahaman tentang prosedur yang dibutuhkan untuk
mencegah kerusakan jaringan.
2) Pasien mampu mendemonstrasikan perawatn terhadap luka takan di rumah.