Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat
terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi (www.promosikesehatan.com).

Strain adalah hasil dari penggunaan otot atau struktur sambungan lain yang melebihi
kemampuan fungsional. Strain dapat terjadi pada suatu cedera (akut) atau dapat terjadi
karena efek komulatif dari penggunaan berlebihan yang berangsur-angsur sampai dengan
serangan mendadak. ( gerlach pless burrell,1996)

Strain adaalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan, atau
stress yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan
ke dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak dengan nyeri tekan local
pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. (Brunner & suddarth, 2001)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strain adalah
kerusakan pada jaringan otot yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung akibat
dari peregangangan atau penggunaan yang berlebihan.

Cedera strain terbagi menjadi derajat satu, dua dan tiga.


1. Strain derajat pertama, peregangan ringan dari otot/tendon menghasilkan ketegangan
pada saat dipalpitasi, memungkinkan ketegangan otot, tetapi tidak mengalami kehilangan
rentang gerak sendi ( ROM), edema, atau ekimosis. Penangannannya adalah mengukur
kenyamanan dengan tindakan pengompresan dingin secara intermitten pada 24 jam
pertama, kemudian pengompresan hangat, relaksan otot, analgesic ringan dan obat anti
imflamasi.
2. Strain derajat kedua, peregangan sedang atau sobekan pada otot atau tendon yang
mengasilkan spasme otot yang berat, nyeripada gerakan yang pasif, dan edema segera

1
setelah luka, diikuti dengan ekimosis. Penangannannya sama dengan strain derajat
pertama, kecuali pada penggunaan es digunakan secara intermediet selama lebih dari 48
jam, setelah kompres hangat dilakukan. Mobilitas dibatasi selama 4-6 minggu, kemudian
diikuti latihan yang bertahap. Tindakan pembedahan diperlukan pada kasus berat.
3. Strain derajat ketiga, peregangan berat dan penggerusan komplit dari tendon/ otot yang
menyebabkan spasme otot, ketegangan, edema, dan kehilangan pergerakan.
Penanganannya sama dengan derajat kedua.

Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada
bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan
terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan
pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.

B. ETIOLOGI
Sebagai penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan suatu gerak yang
melebihi jelajah sendi atau range of movement normalnya. Trauma langsung ke persendian
tulang, yang menyebabkan persendian bergeser ke posisi persendian yang tidak dapat
bergerak.

2
C. PATOFISIOLOGI

DAYA

TRAUMA
LANGSUNG TIDAK LANGSUNG
GGGG

BENTURAN OVER LOADING


CEDERA

Otot Tendon Saraf Pembuluh darah

Peningkatan Kerusakan
ketegangan Tertekan Terputus Tertutup PD

anastesi
Ruptur Bengkak/
Memar Nyeri Hematom Iskemik jar
perifer
Keterbatasan
Risti Mobilitas
Risti disfungsi Integritas fisik Kerusakan
Neurovaskuler kulit neurovaskuler
perifer

Reseptor Nyeri
Gangguan Nyeri Risti disfungsi
Rasa Neurovaskuler
Saraf Perifer Nyaman perifer
Nyeri
Medulla Spinalis
Kebocoran
Peningkatan histamine Vasodilatasi cairan dan
Otak & Bradikinin protein plasma
ke jaringan
Peningkatan
Zat kimia permeabilitas
Perangsang nyeri kapiler
Edema

3
D. TANDA DAN GEJALA
Memar, bengkak di sekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk perubahan
warna kulit. Terjadi haemarthrosis atau perdarahan sendi. Nyeri pada persendian tulang,
nyeri bila anggota badan digerakkan atau diberi beban, fungsi persendian terganggu, terjadi
kekakuan sendi, ketidakstabilan persendian tergantung jenis cederanya.

E. PENATALAKSANAAN
Terapi yang harus dilakukan adalah rest atau istirahat, ice atau mendinginkan area cedera,
compression atau balut bagian yang cedera, elevasi atau meninggikan, dan membebaskan
dari beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang 48 jam setelah cedera, gerakkan persendian
tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7
sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat). Jika
dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.
Es mengurangi nyeri dan pembengkakan melalui beberapa cara. Daerah yang mengalami
cedera mengalami pembengkakan karena cairan merembes dari dalam pembuluh darah.
Dengan menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka dingin akan mengurangi
kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi jumlah cairan dan pembengkakan
di daerah yang terkena. Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena bisa
mengurangi nyeri dan kejang otot. Dingin juga akan mengurangi kerusakan jaringan karena
proses seluler yang lambat.
Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan. Jika suhu sangat
rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan memberikan reaksi sebaliknya, yaitu
menyebabkan melebarkan pembuluh darah. Kulit tampak merah, teraba hangat dan gatal,
juga bisa terluka. Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah dilakukan
pengompresan dan akan berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit setelah es diangkat.

4
Pijat tidak hanya menghilangkan ketegangan otot
Siapapun dan apapun pekerjaannya anda pasti pernah mengalami saat-saat yang penuh
stress dan melelahkan. Stress mental dan fisik dapat timbul dari beban kegiatan fisik maupun
kegiatan mental, dan juga suasana kejiwaan. Stress pada otot tentu saja sangat terasa tidak
nyaman dan pijat adalah salah satu terapi terbaik yang dapat mengatasinya. Sebenarnya pijat
tidak hanya bertujuan mengendurkan otot yang tegang, tetapi juga membawa manfaat lain
seperti:
a. Mengurangi rasa kaku pada otot
b. Mengurangi rasa sakit dan nyeri pada otot dan persendian
c. Mempercepat penyembuhan persendian yang sakit/bengkak
d. Meningkatkan kinerja otot saat berolahraga
e. Melancarkan aliran darah dan cairan getah bening
f. Memperbaiki postur tubuh
g. Mengurangi ketegangan mental
h. Menciptakan mood (suasana hati) positip, dan lain-lain.

Jangan diurut
Apabila terjadi cedera otot, sering kali ditemukan kasus-kasus ini ditangani dengan
pengurutan. Padahal, tidak selalu harus demikian. Orang yang mengalami cedera, bisa saja
ada pembuluh darah pada jaringan otot yang robek sehingga timbul perdarahan. Sebaiknya,
dalam kasus ini bagian yang cedera jangan diurut atau diberi param karena cedera justru akan
semakin parah.
Pengurutan hanya akan menimbulkan inflamasi yang pada akhirnya malah menjadi
bengkak karena pembuluh darah yang robek makin melebar dan biasanya menjadi lama
sembuhnya. Padahal, jika dikompres dengan es, pembuluh darah yang pecah pun tidak
semakin pecah, justru bisa makin kuat karena terjadi pembekuan. Bila cedera otot ini sudah
cukup berat maka tindakan dokter adalah memberikan gips, karena biasanya cedera sudah
mengarah pada keretakan tulang dan sendi.

5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
1. CT scan
2. MRI
3. Artroskopi
4. Elektromiografi
5. Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.

G. PENCEGAHAN
Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang
sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu
melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang
tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan
jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai
berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian
perlengkapan olahraga yang sesuai.

LAMPIRAN

Gambar

6
7
Ketegangan otot

8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Dasar-dasar pengkajian:
1. Aktivitas/istirahat
Tanda: keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2. Sirkulasi
Tanda:
a. Takikardi (respon stres, hipovolemia).
b. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensori, kebas/kesemutan (parstesis)
Tanda: spasme otot.
4. Nyeri/ketidak nyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cedera.
Tanda: spasme otot.
5. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ganguan rasa nyaman nyeri b.d bengkak pada daerah ekstremitas.
2. Keterbatasan mobilitas fisik b.d daerah yang nyeri.
3. Resti terhadap disfungsi nerovaskular perifer b.d bengkak.
4. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d bengkak

C. INTERVENSI DAN RASIONAL


Dx: 1
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi
(rujuk ke dokter; trauma).

9
Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan
jaringan yang cedera.
2. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan. Perhatikan karakteristik, termasuk
intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda
vital dan perilaku/emosi).
Rasional: mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas
dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
3. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan nyeri.
4. Dorong klien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera. Rasional:
membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk
mneghilangkan pengalaman kecelakaan.
5. Jelaskan prosedur sebelum memulai.
Rasional: memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktifitas juga
berpartisipasi dalam mengontrol ketidak nyamanan.
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional: memperhatikan kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi pada jaringan.
7. Berikan alternative tindakan kenyamanan. Contoh: pijatan punggung, perubahan
posisi).
8. Selidiki adanya keluhan nyeri tiba-tiba/tidak biasa, lokasi progresif/buruk tidak hilang
dengan analgesik.
Rasional: dapat menandakan komplikasi. Contoh: infeksi, iskemia jaringan, sindrom
kompartemen.
9. Kolaborasi berikan obat anti nyeri
a. Asetilsalisilat (Aspirin)
Rasional : ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilistas. ASA harus dipakai secara
regular untuk mendukung kadar dalam darah teraupetik. Riset mengindikasikan
ASA memiliki “indeks toksisitas” yang paling rendah dari NSAID lain yang
diresepkan.

10
b. NSAID lainnya mis: Ibuprofen (motrin); naproksen (naprosin); sulindak (clinoril);
piroksikam (feldene); Fenoprofen (nalfon).
Rasional : dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respon dari aspirin,
atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.

Dx: 2
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi terhadap imobilitas.
Rasional: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan.
2. Dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik/rekreasi, pertahankan rangsangan
lingkungan. Contoh: radio, tv, koran, barang milik pribadi/lukisan, jam, kalender.
Rasional: memberi kesempatan untuk mengeluarkam energi, memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri.

Dx : 3
1. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada strain.
Rasional: kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih menunjukan
gangguan arterial, sianosal diduga ada gangguan vena.
2. Pantau TTV, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum/kulit dingin/perubahan
mental.
Rasional: ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
3. Dorong klien untuk secara rutin latihan jari/sendi distal cedera. Ambulasi segera
mungkin.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya
pada ekstremitas bawah.
4. Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan dan
pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan dibandingkan dengan yang
tidak cedera. Perhatikan penampilan/luasnya.

11
Rasional: peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
pembengkakan jaringan/edema umum tetapi dapat menunjukan perdarahan.
Catatan: peningkatan 1 inchi pada paha orang dewasa dapat sama dengan
akumulasi 1 unit darah.
5. Berikan kompres es sekitar strain sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan edema/pembentukan hematoma, yang dapat mengganggu
sirkulasi.

Dx: 4
1. Mandiri
a. Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau
kegemukan / kurus
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik dan
gangguan status nutrisi
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan
c. Ubah posisi sering ditempat tidur atau kursi, bantu latihan rentang gerak pasif
atau aktif
Rasional : memperbaiki sirkulasi / menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban / ekskresi
Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
e. Periksa sepatu atau sandal kesempitan dan ubah sesuai kebutuhan
Rasional : edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kali
f. Hindari obat intramuskuler
Rasional : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat
dan predisposisi untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
2. Kolaborasi
Berikan tekanan alternative atau kasur, kulit domba, perlindungan siku atau tumit.
Rasional : menurunkan tekanan pada kulit dapat memperbaiki sirkulasi kulit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC. Jakarta

Burrell, gerlach pless,1996. Adult nursing. USA. library of congress

Corwin, elizabeth J, 2000. “Buku Saku Patofisiologi”. EGC. Jakarta.

Doengoes E. Marilyn, 2000. ”Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan


Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. Edisi 3. EGC. Jakarta

FK.UI. 2001. ”Kapita Selekta Kedokteran”. Jilid 2. Edisi ke-3. Media Aesculaplus.

www.promosikesehatan.com/tips.php, Kamis, 15 November 2007, jam 18.25 pm.

http://health.yahoo.com/health/Diseases and Conditions/Disease Feed Data/Leg Pain, Sabtu, 17


november 2007, jam 17.45 pm.

13

Anda mungkin juga menyukai