TINJAUAN TEORITIS
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/08/serba-serbi-sinusitis
Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang
terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk
memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan.
Sinus frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang
pipi. Sementara itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di
belakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris.
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=1022
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernapasan atas. Jika
ostium kedalam saluran nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat.namun demikain
dengan drainase tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh
turbinasi yang mengalami hipertropi, taji, atau polips, maka sinusitis akan menetap
sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut.
C. Etiologi
Penyebabnya dapat virus, bakteri atau jamur. Menurut Glukaman, kuman penyebab
sinusitis akut tersering adalah Streptokokus pneumonia dan Haemopilus insfluenzae yang
ditemukan pada 70% kasus. Pada sinusitis kronik dapat disebabkan oleh polusi bahan
kimia, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabkan sillia rusak, sehingga terjadi
perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah terjadinya infeksi. Terjadi
edema konka yang mengganggu drainase sekret, sehingga sillia rusak, dan seterusnya.
Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik.
D.
E. Manifestasi Klinis
1. Sinusitis Akut
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas terutama
(pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari 7 hari.
Gejala subjektif terbagi atas gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala
local, yaitu hidung tersumbat,ingus kental yang terkadang berbau dan mengalir ke
nasofaring (post nasl drip), halitosis,sakit kepala yang lebih berat pad pagi hari, nyeri
didaerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Pada sinusitis
maksila, nyeri terasa dibawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alvelolus, hingga
terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Pada sinusitis etmoid, nyeri
dipanggal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola mata dan
belakangnya, terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis. Pada sinusitis frontal,
nyeri terlokalisasi di daerah dahi atau diseluruh kepala. Pada sinusitis stefoid, rasa nyeri
di verteks, oksipital, retro orbital,dan di stefoid.
Gejala objektif, tampak pembengkakan di daerah muka. Pada sinusitis maksila
terlihatdi pipi dan mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata
atas, pada sinusitis etmiod jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopianterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis
maksila, frontal, dan etmoid anterior tampak mukopus di meatus medius. Pada etmoid
posterior dan pada stefoid, tampak nanah keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
Pada anak dengan demam tinggi (>39⁰C), ingus purulen, dan sebelumnya menderita
infeksi saluran napas atas, patut dicurigai adanya sinusitis akut, terutama jika tampak
edema periorbital yang ringan. Khusus anak-anak, gejala batuk lebih hebat di siang hari
tetapi terasa angat mengganggu pada malam hari, kadang disertai serangan mengi.
Keluhan sinusitis akut pada anak kurang spesifik dibandingkan dewasa. Anak sering
tidak mengeluh sakit kepala dan nyeri muka. Biasanya yang terlibat hanya sinus makdsila
dan etmoid.
2. Sinusitis Subakut
Sama seperti sinusitis akut, hanya tanda-tanda radang akutnya sudah reda.
Pada rinoskopi anterior tampak secret purulen di meatus medius atau superior. Pada
rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring.
3. Sinusitis Kronik
Gejala subjektif bervariasi dai ringan sampai berat,seperti:
a. Gejala hidung dan nasofaring, berupa skret di hidung dan nasofaring. Sekret di
nasofaring secara terus-menerus akan menyebabkan batuk kronik.
b. Gejala faring, berupa ras tidak nyaman di tenggorokan.
c. Gejala telinga, berupa gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba eustachius.
d. Nyeri kepala, biasanya pada pagi hari dan berkurang di siang hari. Mungkin
akibat penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus, serta stasis vena pada
malam hari.
e. Gejala mata, akibat penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.
f. Gejala saluran napas,berupa batuk dan kadang komplikasi di paru.
g. Gejala saluran cerna, dapat terjadi gastroenteritisakibat mukopus yang tertelan.
Hasil pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan
di muka. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret ketal purulen dari meatus
medinus atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di
nasofaring atau turun ke tenggorok.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinusitis Akut
Transiluminasi adalah pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya diragukan.
Terutama berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan pad wanita hamil, untuk
menghindari bahaya radiasi.
Pemeriksaan foto rontgen yang dibuat, yaitu posisi Waters, posteroanterior (PA), dan
lateral. Dengan posisi ini maka sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan
mukosa dan gambaran air fluid level.
Dapat dilakukan kultur kuman dan uji resisitensi dari sekret rongga hidung.
2. Sinusitis Subakut
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang skit tampak suram dan gelap.
3. Sinusitis Kronik
Pemeriksaan mikrobiologik biasanya menunjukkan infeksi campuran bermacam-
macam bakteri, kuman anaerob atau lebih sering ditemukan campuran dengan aerob.
Untuk membantu menegakkan diagnosisi dapat dilakukan pemeriksaan transiluminasi
untuk sinus maksila dan sinus frontal, radiologi, pungsi sinus maksila, sinuskopi sinus
maksila, pemeriksaan histopatologi,nasoendoskopi meatus medius dan meatus
superior. Tomografi computer diindikasikan untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak
membaik degan terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi preoperative, dan jika ad
dugaan keganasaan. Magnetic resonance imaging (MRI) lebih baik daripada
tomografi computer dalam resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk
membedakan sinusitis baik untk membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan
perluasan intrakranialnya, namun resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya
mahal.
G. Komplikasi
Denagn penemuan antibiotaik, komplikasi sinusitis menurun dengan nyata. Biasanya
terjadi pada sinusitis akut dan kronik dengan eksaserbasi akut.
Osteomielitis dan abses superiostal paling sering pada sinusitis frontal dan sering pad
anak-anak. Pada sinusitis maksila dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan orbita terjadi akibat sinusitis paranasal yang berdekatan dengan orbita. Yang
paling sering sinusitis etmoid. Penyebaran melalui tromboflebitis atau perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul adalah edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita, dan
thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi berupa kelainan intracranial, seperti meningitis, abses otak, dan
thrombosis sinus kavernosusdapat timbul.
Juga kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis, yang disebut sebagai
sinobronkitis. Dapat juga timbul asma bronchial.
Bila terdapat tanda-tanda komplikasi ini, maka pasien harus dirujuk dengan segera.
Tanda bahaya lain adalah gejala sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid akut yang berat.
Bila akut sinusitis tidak reda dengan pengabatan, terutama bila seranga timbul
masalah lain yang mendasarinya maka sebaiknya pasien juga dirujuk, karena mungkin
diperlukan tindakan pembedahan.
H. Penatalaksanaan
1. Sinusitis Akut
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampaim semua gejala hilang. Jenis amoksisilin, ampisilin, eritromisin,
seflakor monohidrat, asetil sefuroksim, trimetropim sulfametoksazol, amoksilin-asam
klavulanat, dan klaritroisin telah terbukti secara klinis. Jika dalam 48-72 jam tidak
ada perbaikan klinis, digantio dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta
lactase, yaitu amoksilin atau ampisilin dikombinasi dengan asam klavulanat.
Pemberian antihistamin pada sinus akut tidak dianjurkan, karena merupakan penyakit
infeksi dan dapat menyebabkan sekret menjadi kental damn menghambat drainase
sinus.
Bila perlu diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri : mukolitik untuk
mengencerkan secret, meningkatkan kerja saliva dan merangsang pemecahan fibrin.
Dapat dilakukan irigasi nasal dengan Nacl untuk membantu pemindahan sekret kental
dari sinus ke rongga hidung. Jarang dikerjakan pada anak kecuali jika terapi antibiotik
tidak berhasil atau terancam komplikasi sinusitis.
2. Sinusitis Subakut
Mula-mula di berikan terapi medikamentosa berupa antibiotik yang berspektrum luas,
atau yang sesuai dengan resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga obat simtomasis
berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar drainase, selama 5-
10 hari, karena bila terlalu lama dapat menyebabkan rinitis medikamentosa. Dapat
pula diberikan analgesic, antihistaman, dan mukolitik.
Bila perlu dapat dilakukan diatermi dengan sinar gelombang pendek sebanyak 5-6
kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Jaka belum
membaik dilakukan pencucian sinus. Tindakan intranasal lain yang mungkin perlu
dilakukan agar drainase sekret lancar berdasarkan kelainan yang ada pada pasien
adalah operasi koreksi septum, pengangkatan polip adan konkotomi total atau parsial.
3. Sinusitis Kronik
Terpi medikamentosa memiliki peran yang sangat terbatas karena umumnya
disebabkan obstruksi yang persisten. Diberikan terapi obat-obat simtomasis atau
antibiotic selama 2-4 minggu untuk mengatasi infeksi. Antibiotik yang dipilih
mencakup anaerob seperti penisilin V. Klindamisin atau augmentin merupakan
pilihan yang tepat bila penisilin tidak efektif. Steroid nasal topical seperti
beklometosa berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi.
Untuk membantu memperbaiki drainase dan pembersihan secret, dapat dilakukan
fungsi atau antrostomi dan irigasi untuk sinusitis maksila, sedangkan sedangkan
untuk sinusitis etmaid ftontal dan sphenoid adapat dilakukan pencucian Proetz.
Dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5atau 6 kali tidak ada perbaikan dan
klinis masih tetap banyak secret purulen, berarti mukosa sinus sudah ireversibel
sehingga perlu dilakukan operasi radikal. Sinuskopi juga dapat dipakai untuk
mengetahui apakah telah terjadi perubahan mukosa sinus.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hidung dan sinus diperiksa dengan menginfeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan
rutin, cukup digunakan sumber cahaya yang sederhana seperti pena cahaya. Pemeriksaan
yang lebih menyeluru diperlukan spekuluim hidung.
Hidung eksternal diinspeksi terhadap lesi, asimetri, atau inflamasi. Pasien kemudian
diintruksikan untuk mendongakkan kepala kebelakang sementara pemeriksa dengan
perlahan mendorong ujung hidung ke atas untuk memeriksa struktur internal hidung.
Mukosa diinspeksi terhadap warna, pembengkakan, eksudat atau perdarahan. Mukosa
hidung normalnya lebih merah dibandingkan mukosa mulut tetapi dapat tampak sdiduga
bila mukosa tampak pucat dan bengkak.
Septum diinspeksi terhadap deviasi, perforasi, atau perdarahan. Deviasi dalam
tingkatan tertentu diperkirkan terjadi pada kebanyakan orang. Perubahan letak kartilago
actual baik kesisi kiri atau kanan hidung dapat menyebabkan obstuksi hidung, tetapi
deviasi ini biasanya asimptomatis.
Dengan kepala pasien didongakkan kebelakang, pemeriksaan berupaya untuk
menampakkan turbinan inferior dan mediana. Pada renitis kronis, polip hidung dapat
terbentuk antara turbinan inferior dan mediana dibedakan melalui penampakannya yang
abu-abu. Tidak seperti halnya turbinate, polip ini adalah berbentuk gelatin dan dapat di
gerakkan dengan mudah.
Sinus prontalis dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan. Menggunakan ibu jari,
pemeriksa menekan dengan lembut gerakan keatas pada tepi supraorbital (sinus
frontalis). Nyeri tekan pada kedua sisi menunjukan inflamasi. Sinus frontalis dan
maksilaris dapat diinspeksi dengan transiluminasi (menembuskan cahaya kuat melalui
struktur tulang seperti sinus untuk menginspeksi rongga)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tidak efektfnya jalan nafas b.d efek anatesi
2. Resiko devisit volume cairan b.d pendarahan
3. Resiko cedera b.d posisi yang tidak tepat selama pembedahan
C. Rencana keperawatan
1. Resiko tidak efektifnya jalan nafas b.d efek anatesi
Tujuanya: bersihan jalan nafas efektif.
Rencana tindakan:
Rencana keperawatan:
a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intraoperasi.
b. Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
c. Pantau tanda-tanda vital
d. Periksa pembalut, alat drain pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
e. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
f. Kolaborasi dengan dokter anatesi dalam pemberian cairan parenteral, produksi
darah dan /atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika
diperlukan.
Rencana keperawatan:
D. Evaluasi
Evaluasi yang didapatkan berdasarkan diagnosa diatas adlah sebagai berikut:
Diagnosa resiko tidak efektifnya jalan napas berhubungan dengan efek anstesi
pada waktu perioperatif didapatkan hasil jalan napas adekuat dan tidak terjadi
obstruksi jalan napas. Diagnosa resiko deficit volume cairan berhubungan dengan
pendarahan didapatkan hasil klien tidak mengalami pendarahan. Diagnosa resiko
cedera berhubungan dengan posisi yang tidak tepat pada selama pembedahan
didapatkan hasil pasien tidak mengalami cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart,
Ed.8, Vol. I. Jakarta: EGC
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_sinusitis.html
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/08/serba-serbi-sinusitis
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=1022