Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi
yang meluas untuk tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai
5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum
terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada
orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a. Hashimoto's thyroiditis
b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d. Penyakit pituitari atau hipotalamus
e. Obat-obatan
f. Kekurangan yodium yang berat
2.3 Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan
oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid
sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.
a. Primer
1. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau
radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder :

kegagalan hipotalamus ( TRH, TSH yang berubah-ubah, T4 bebas) atau kegagalan


pituitari ( TSH, T4 bebas)
2.4 Gejala- gejala hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang
berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah
seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin
tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih
nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan
dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
Kelelahan
Depresi
Kenaikkan berat badan
Ketidaktoleranan dingin
Ngantuk yang berlebihan
Rambut yang kering dan kasar
Sembelit
Kulit kering
Kejang-kejang otot
Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
Konsentrasi menurun
Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata,
suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal
jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus
pada suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang
mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakitpenyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan
hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar,
hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon
tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu

pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu


akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis
anterior.
2.

Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang


merangsang kelenjar tiroid.

3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin =


T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen,
produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan
vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif
oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

2.6 Gambaran Klinis


a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan penyerapan zat gizi dari saluran cema

e. Konstipasi
f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a.

Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah

TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.


b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
c.

adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).


Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya

mengukur level TSH.


d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3

2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi


Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam
keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara
intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan
memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid
buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus
diminum sepanjang hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon


tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.9 Asuhan keperawatan

Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin
a.
b.
c.
d.

1)

informasi antara lain:


Identitas pasien :
- Nama -Umur - Jenis kelamin -Pekerjaan -Berat badan -Tinggi badan.
Keluhan utama :
Riwayat kesehatan :
Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
2. Pola tidur
3. Pola aktivitas
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
Sistem intergument, seperti :

kulit

dingin,

pucat

kering,

bersisik

dan

menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok
dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
4)

terhadap aktifitas menurun, hipotensi.


Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi

terhadap dingin.
5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbatabata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan
refleks tendom.
7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya
diri, dan bahkan maniak.
f. Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4
20g/dl.

2)

Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) :

Kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005IU/ml,


g. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
h. Analisis Data :
1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls
sensorik sebagai akibat oftalmopati .
2) Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat
3)

bradikardi, hipotensi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan

metabolisme, dan napsu makan yang menurun.


4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang
menurun, dispnea.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a.

Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls

b.

sensorik sebagai akibat oftalmopati.


Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat

c.

bradikardi, dan hipoventilasi.


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan

d.
e.
f.
g.
h.

metabolisme: napsu makan menurun.


Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Perubahan suhu tubuh.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.

3.3 Intervensi
Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls
sensorik sebagai akibat oftalmopati.
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi
trauma/cedera pada mata.
Intervensi :
1. Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.

2. Basahi mata dengan borwater steril.


3. Jika ada photophobia, anjurkan pasien menggunakan kacamata rayben
4. Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non
alergi.
5.

Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat,

biasanya dokter memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan
diuretik.
Dx 2. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai
akibat bradikardi, hipoventilasi.
Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah,
dan irama jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi
kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan
pengeluaran urine dan perubahan status mental.
2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada,
karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri
3.

koronaria.
Kolaborasi
Obat

yang

pemberian
sering

obat-obatan
digunakan

untuk
adalah

mengurangi

gejalah-gejalah.

levotyroxine

sodium.

Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat
biasanya dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap
setiap 2 3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang
harus diwaspadai bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan
kebutuhan metabolisme dan napsu makan menurun.
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan
bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan
2. Berikan makanan yang kaya akan serat
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan

Dx 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.


Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.
Intervensi :
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat
ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Dx 5. Penurunan Suhu Tubuh.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.
Intervensi :
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas,
selimut listrik atau penghangat).
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal
pasien.
4. Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin.
Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan.
2. Berikan makanan yang kaya akan serat.
3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung
air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

1.

Dx 7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.


Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah

arterial.
2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan.
Dx 8. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.

Tujuan : Perbaikan proses berpikir


Intervensi :
1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit .

Anda mungkin juga menyukai