Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

2.1.1. Hipertiroid

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid
secara berelebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut thyrotoxicosis.
Hipertiroidisme, suatu kondisi dimana terdapat kelebihan produksi hormone tiroid, kondisi
ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun (Hadi Purwanto. 2016).

Hipertiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid dimana tiroid sangat aktif memproduksi
hormon. Hipertiroid biasanya disebakan oleh beberapa kondisi yang biasanya
memperngaruhi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormone secara berlebihan, kondisinya
antara lain penyakit grave, gondok toxic, peradangan kelenjar tiroid, gangguan kelenjar
pituitary, dan kanker tiroid (Ayustawati. 2013).

2.1.2. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan gangguan fungsi tiroid yang paling sering ditemukan. Terdapat 2
macam kondisi hipotiroid, yang pertama adalah hipotiroid primer, suatu gangguan dari
kelenjar tiroid yang menyebabkan produksi dari Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3)
menurun, umumnya di ikuti dengan meningkatnya tadar Thyroid Stimulating Hormone
(TSH). Yang kedua adalah kondidi hipertiroid sekunder/sentral, terjadi oleh karena adanya
gangguan pada hipofise ataupun hipotalamus, umumnya diikuti dengan kadar TSH yang
rendah, namun pada beberapa penderita didapatkan kadar TSH yang normal atau bahkan
tinggi walaupun secara biologis TSH tersebut bersifat inaktif (Askandar Tjokroprawiro.
2015).

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat difisiensi hormone tiroid yang
dapat terjadi pada setiap umur. Karakteristik hipotiroidisme berbeda-beda tergantung usia
pada saat penyakit timbul defisiensi hormon tiroid (Hadi Purwanto. 2016).
2.2. Etiologi

2.2.1. Hipertiroid

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfunsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TFR
karena umpan balik negative TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat
malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TFR akan rendah
karena umpan balik negative dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfingsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan (Hadi
Purwanto. 2016).

Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid:

1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering dari pada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dimana
antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol
oleh TSH sehingga memproduksi hormone tiroid berlebihan.
3. Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)
Sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana
pada fase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan kelmudian gejala hipotiroid
(Hadi Purwanto. 2016)

2.2.2. Hipotiroid

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hopofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormone tiroid (HT) rendah yang
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan
oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik
negative baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,TSH, dan TRH (Hadi Purwanto. 2016).

Beberapa penyebab dari hipotiroid:

1. Tiroiditis kronik autoimun


Merupakan kelainan kronik, dimana terjadi destruksi autoimun dari kelenjar tiroid yang
ditandai dengan adanya infiltrasi limfosit, pembesaran kelenjar tiroid serta ditemukannya
antibody terhadap tiroglobulin (Anti-Tg) dan tiroid peroksidae (Anti-TPO) (Askandar
Tjokoprawiro, 2015).
2. Defek genetic
Spekrum dari defek genetic yang menyebabkan hipertiroid pada manusia terdiri dari
defek pada kelenjar tiroid, hipofise ataupun hipotalamus, defek sintesis dari T4 ataupun
TSH, defek membrane dari sel transporter hormone tiroid ataupun defek dari reseptor di
jaringan perifer, defek dari daur ulang yodium (defek dari dehalogenase iodotyrosine)
pada kelenjar tiroid maupun jaringan perifer, dayang terakhir hipotiroid yang merupakan
bagian dari suatu sindroma kongenital (Askandar Tjokoprawiro, 2015).
3. Akibat radioterapi
Radioterapi untuk mengobati penyakit-penyakit tiroid seperti Graves’, toksik nodular
goiter, non-toksik nodular goiter serta penyakit-penyakit non-tiroid seperti limfoma non-
hodgkin maupun tumor solid daerah kepala-leher dapat menimbulakn hipotiroid
(Askandar Tjokoprawiro, 2015).
4. Akibat obat-obatan
Obat anti-tiroid yang digunakan pada penderita tirotoksikosis, human recombinant
cytokine seperti interferon-α serta interleukin-2, amiodarone tyrosine kinase inhibitors
serta litium karbonat merupakan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipotiroid
(Askandar Tjokoprawiro, 2015).

2.3. Manisfestasi klinis

2.3.1. Hipertiroid

Tanda dan gejala penderita hipertiroid diantaranya:


1. Umum: tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB menurun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.
2. Gastrointestinal: makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegaly.
3. Muscular: rasa lemah.
4. Genetourinaria: oligomenorea, amenorea, libido turun, infertile, ginekomasti.
5. Kulit: rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
6. Psikis dan saraf: labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodic dispneu.
7. Jantung: hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.
8. Darah dan limfatik: limfositosis, anemia, splenomegaly, leher membesar.
9. Skelet: osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nteri tulang (Hadi Purwanto. 2016).

2.3.2. Hipotiroid

Manisfestasi klinis dari hipotiroid tergantung dari penyebab maupun derajat


keparahannya. Perlu diketahui bahwa pada hipotiroid didapatkan variasi individual. Sebagian
pasien depat memberikan gambaran klinis hipotiroid yang ringan walaupun secara biokimiawi
fungsi tiroid mereka menunjukkan gambaran hipotiroid berat, sebaliknya sebagian pasien juga
dapat memberikan manisfestasi klinis hipotiroid yang full-blown walaupun secara biokimiawi
fungsi tiroid mereka menunjukkan gambaran hipotirid ringan. Beberapa gejala yang tidak
spesifik pada hipotiroid antara lain lemah badan, konstipasi, kulit kering serta peningkatan berat
badan. Hipotiroid juga dapat memiliki gejala yang spesifik terkait usia maupun jenis kelamin
dari penderita, misalnya: gangguan pertumbuhan pada anak-anak, menoragia pada wanita usia
subur, gangguan kognisi pada penderita usia lanjut. Selain itu, umumnya penderita usia lanjut
memiliki gejala klinis yang lebih sedikit dibandingkan dengan penderita usia muda (Askandar
Tjokoprawiro, 2015).

Tanda gejala dari hipotiroid dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu gejala umum dan gejala
yang timbul akibat penyakit yang mendasari timbulnya kondisi hipotiroid.

1. Tanda gejala umum: tidak tahan udara dingin, kulit kering, berat badan meningkat, nafsu
makan menurun, konstipasi, depresi, mudah mengantuk, suara menjadi parau, gangguan
menstruasi, lemah badan, gerakan lambat, bicara lambat, wajah bengkak, brakikardi,
hiporefleksia (Askandar Tjokoprawiro, 2015).
2. Tanda gejala yang timbul akibat penyakit yang mendasari: pembesaran kelenjar gondok
yang difus tanpa disertai nyeri penyebab dari tiroiditis autoimun kronik dan knsumsi
obat-obatan anti-tiroid. Pembesaran kelenjar gondok yang difus disertai rasa nyeri
penyebab dari tiroiditis de quervain’s. nyeri kepala dan gangguan visual penyebab dari
tumor hipofise atau tumor hipotalamus (Askandar Tjokoprawiro, 2015).

Anda mungkin juga menyukai