Anda di halaman 1dari 20

16

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem
pengatur utama yaitu sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin
(Guyton & Hall, 1997). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh
yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton &
Hall, 1997).
Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi
metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau
pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall, 1997). Hormon
tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.
Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon
tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan
penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah
normal dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan
naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di
atas normal (Guyton & Hall, 1997). Keadaan ini dapat timbul secara spontan
maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson, 2006).
16

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mmahami dan menjelaskan mengenai hipotiroidisme.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hipotiroidisme.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi hipotiroidisme.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi
hipotiroidisme.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis hipotiroidisme.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan, pemeriksaan penunjang dan
hipotiroidisme.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipotiroidisme.

1.3 Implikasi Keperawatan


Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan
secara optimal pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Jika asuhan
keperawatan dilakukan dengan baik dan tepat maka kita akan dapat membantu
kesembuhan pasien.
Ketika perawat menemui pasien yang mengalami tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya gangguan pada sistem endokrinnya, maka perawat
melakukan pengkajian dan menganalisanya. Setelah menganalisa, perawat dapat
mengambil masalah keperawatan apa saja yang terjadi pada pasien, yang
kemudian muncullah diagnosa keperawatan.
Setelah diagnosa ini dirumuskan, perawat dapat membuat rencana asuhan
keperawatan yang mempunyai tujuan dan kriteria hasil. Hal ini diharapkan dengan
adanya pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan tersebut, masalah pasien
dapat teratasi sebagian maupun teratasi sepenuhnya. Setelah pelaksanaan asuhan
16

keperawatan diaplikasikan, perawat membuat evaluasi yang berguna untuk


mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
Dari evaluasi, perawat dapat mengkajii data-data kesehatan pasien yang meliputi
aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dengan perawat melakukan
asuhan keperawatan secara holistik, maka masalah kesehatan yang dialami pasien
dapat tertangani dengan baik, sehingga pasien dapat kembali pada kondisinya
yang optimal.
16

Bab. 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Menurut Corwin (2009) yang disebut hipertiroidisme adalah suatu penyakit
yang tejadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi.
Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan
ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. Kekurangan produksi
hormone tiroid paling sering disebakan oleh kegagalan tiroid primer tetapi juga
dapat disebakan oleh penurunan sekresi TSH karena insufisiensi hipofisis
(hipotiroidisme sekunder) atau kegagalan hipotalamus dalam melepaskan TRH
(hipotiroidisme tersier) (Stein, 2001).
Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai
optimal (Brunner & Suddarth, 2002). Sedangkan menurut Price (2006) Hipotiroid
adalah defisiensi produksi hormon dari kelenjar tiroid.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa hipotiroid
merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh penurunan hormon tiroid yang
ditandai dengan ketidakcukupan produksi hormon tiroid karena hormon tiroid
berada di bawah nilai optimal.
2.2 Epidemiologi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri . Sebagian besar penderita
hipotiroidisme primer berusia 40 hingga 70 tahun dan biasanya ditemukan
mengalami hipotiroidisme ringan sampai sedang yang telah berjalan lama.
Hipotiroidisme lima kali lebih sering menyerang wanita dibandingkan laki-laki
dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun.

2.3 Etiologi
Ada empat penyebab terjadinya hiptiroidisme, yaitu:
A. Malfungsi kelenjar tiroid
16

Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan
TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus.
B. Malfungsi hipofisis
Malfungsi hipofisis menyebabkan rendahnya kadar TSH yang akan
menurunkan kadar HT dalam darah.
C. Malfungsi hipotalamus
Malfungsi hipotalamus menyebabkan rendahnya kadar TSH, dan TRH
yang akan menurunkan kadar HT dalam darah.
D. Karena sebab lain, seperta farmakologis, defisiensi yodium dll
Defisiensi yodium akan mengganggu kelenjar tiroid untuk menghasilkan
hormon tiroid yang nantinya akan menurunkan kadar T 3, T4 dan
Tirokalsinonin. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua
iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar
TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik kekurangan yodium
jangka panjang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif.
Sedangakan penggunaan obat-obat farmakologis antitiroid akan menekan
sekresi hormon tiroid sehingga terjadi ketidak adekuatan sekresi hormon
tiroid. Dinegara barat seperti Amerika Serikat, ditemukan pula penyebab lain
hipotiroid, yaitu penyakit Hashimoto, yang disebut juga hipotiroid autoimun,
terjadi akibat adanya autoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal
ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, penyebab tiroiditis autoimun tidak
diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecendrungan genetik untuk mengidap
penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis
Hashimoto. Pada tiroiditis hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan
hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah
kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengoabatan
terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cederung menyebabkan hipotiroidisme.
16

Ketika kadar HT dalam darah menurun, maka terjadilah hipotiroid. Pada


saat terjadi hipotiroid, TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresi lebih kuat, akibatnya terjadi pembesaran kelenjar tiroid yang
kemudian akan menekan struktur di leher dan dada yang mengakibatkan
timbulnya disfagia atau gangguan respirasi. Hipotiroid juga menyebabkan
terjadinya perlambatan metabolisme tubuh, yang mengakibatkan tubuh akan
menurunkan produksi panas. Selain itu juga akan menurunkan produksi asam
lambung yang kemudian mnyebabkan konstipasi. Begitu juga dengan
pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormon tiroid memungkinnkan klien mengalami anemia. Pada sistem
neurologis, hipotiroid menyebabkan terhambatnya suplai darah ke otak,
sehingga memicu terjadinya hipoksia.

2.4 Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah manifestasi hipotiroidisme secara umum yaitu
1. Kulit dan rambut
a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
d. Tidak tahan dingin
e. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
a. Volume otot bertambah, glossomegali
b. Kejang otot, kaku, paramitoni
c. Artralgia dan efusi synovial
d. Osteoporosis
e. Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f. Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
g. Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologik
a. Letargi dan mental menjadi lambat
16

b. Aliran darah otak menurun


c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian
kurang, penurunan reflek tendon)
d. Ataksia (serebelum terkena)
e. Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
a. Bradikardi, disritmia, hipotensi
b. Curah jantung menurun, gagal jantung
c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T
mendatar/inverse
e. Penyakit jantung iskemic
f. Hipotensilasi
g. Efusi pleural
h. Dispnea
5. Gastrointestinal
a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c. Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
a. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b. Retensi air (volume plasma berkurang)
c. Hipokalsemia
7. Hematologi
a. Anemia normokrom normositik
b. Anemia mikrositik/makrositik
c. Gangguan koagulasi ringan
8. Sistem endokrin
16

a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa


menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
b. Gangguan fertilitas
c. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis
terhadap insulin akibat hipoglikemi
d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f. Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri,
perilaku maniak
g. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula
(moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,
sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, dan
ekspresi wajah kosong (Corwin. 2009).

2.5 Tipe Hipotiroid


Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme. Tergantung dari timbulnya
permulaan masalah. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami
hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid
itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis,
hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme
sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut
hipotiroidisme tersier. Penyakit hipotiroid ini dapat diklasifikasikan menjadi:
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidisme kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit Hashimoto
primer tiroiditis (sejenis penyakit autoimmune) dan terapi
radioiodine (RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme. Hipotiroid ini dibagi menjadi dua
yaitu
a. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase
penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi
16

yodium
b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi
setelah pemberian yodium radioaktif atau
radiasi eksternal, agenesis, amiodaron.
Hipotiroidisme kelenjar Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan
primer hipofisis cukup hormon perangsang tiroid
(pituitari) (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup.
Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar
hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat
menghasilkan hormon yang cukup. kegagalan
hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓
T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4
bebas).
Hipotiroidisme hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan
tersier TRH yang cukup. Biasanya disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

Menurut umur mulai terkenanya (onset), hipotiroidisme tebagi menjadi;


A. Hipotiroidisme Infantil (Kreatinisme)
Kreatinisme adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau
segera sesudah lahir. Kreatinisme pada ank-anak saat ini banyak yang
bersifat multifaktorial. Mekanisme yang menyokong adalah kekurangan
yodium ringan, kelainan biosentesis herediter, bahan goitrogen luar, dan
mekanisme perantara antibodi seperti masuknya autoantibodi lewat
plasenta dari ibu yang hipotiroidisme pada janinnya, dimana menghambat
reseptor TSH sehingga merusak sintesis hormon tiroid.
Umur yang mulai terserang adalah bayi, setelah 1-2 minggu setlah
lahir. Penyebab tersering adalah
1. Ibu meminum obat mengandung iodida waktu hamil.
2. Minum obat antitiroid berlebihan saat hamil.
16

3. Agenesis tiroid.
4. Dishormogenesis tiroid.
5. Kurang iodium berat di daerah endemik.
6. Kadang-kadang hipofungsi hipotalamik-hipofisis.
Gejala-gejalanya meliputi:
1. Ikterus neonatal berkepanjangan, latergi, sukar minum, kulit kering dan
tebal, pot belly, hernia umbilikalis;
2. Bila tidak lekas diobati akan terjadi gejala-gejala seperti obstipasi, suara
tangisserak, lidah tebal, hipotermia, dan otot-otot lemah.
3. Bila berkelanjutan sampai umur satu tahun, pertumbuhan menjadi
terlambat, meliputi pertumbuhan gigi, kemampuan duduk, merangkak
dan berbicara.
B. Hipotiroidisme juvenil
Mulai terjadinya biasanya pada masa anak-anak (childhood) sampai
pubertas. Penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun, dan
pascatiroidectomi parsial. Gejalanya ringan, antara infantil dan deawasa;
tidak ditemukan hambatan mental yang berat, dan gejala khas miksedema.
Dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks. Pada
pemeriksaan ditemukan; penurunan T4 bebas, peningkatan TSH, dan
penurunan ambilan I.
C. Hipotiroidisme Dewasa (Miksedema)
Miksedema diakibatkan oleh adanya penimbunan bahan
mukopolisakarida. Penyebabnya adalah tiroiditis autoimun, pasca
tiroidektomi parsial, pasca terapi iodium radioaktif, dan obat anti tiroid.
Gejala pada hipotiroid jenis ini adalah terjadinya berangsur-angsur. Gejala
ringan dapat berupa edema, dan bradikardi. Keadaan lebih lanjut
menunjukkan gejala-gejala seperti toleransi terhadap dingin menurun,
nafsu makan menurun, berat badan naik, menoragi, parau, lelah,
pendengaran menurun, galaktore, kerotenemia, sulit berkonsentrasi. Pada
keadaan berat terjadi tuli, ptosis, miopati, refleks menurun, psikosis, efusi
sendi, efusi pleura, efusi perikardial, edema anakarsa.
16

D. Hipotiroidisme Kongenital
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak
adekuat pada bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tubuh yang dapat disebabkan oleh kelainan anatomi kelenjar tiroid,
kelainan genetik, kesalahan biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan
(Tim Penyusun FKUI, 2006). Gangguan pertumbuhan dan retardasi mental
merupakan gejala yang tersering dan dan yang paling dirasakan (Brunner
& Suddarth, 2002). Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang
tampak secara fisik seperti pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,
frekuensi buang air besar yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut
tampak kering, anak tampak pucat dan frekuensi denyut jantungnya lebih
jarang dari anak normal.

2.6 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Pada dasarnya sistem
kerja hormon tiroid dimulai dari Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior kemudian Hipofisis anterior
mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang
kelenjar tiroid lalu kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi
karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
16

Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan


rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormon
tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine/ jika produksi dari hormon
tiroid. Kelenjar tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompensasi dari
kekurangan hormon. Pada keadaan seperti ini goiter merupakan adaptasi penting
pada suatu defisiensi respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak ketika level T4
darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur
di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis autotoimun, terjadi akibat
adanya autoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali
membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya
daerah kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah
pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun
pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Gondok endemik adalah
hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah
pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap
sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karsinoma tiroid dapat dan tidak
selalu menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang
dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau
terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan
ini dapat menyebabkan hipotiroidisme.
Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan
metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan produksi
16

ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta terjadinya
penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul
dispneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam
tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena suplai
oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah bradikardia, disritrmia dan
hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga dapat menyebabkan gangguan
pada sistem neurologis yaitu terjadinya gangguan kesadaran karena suplai oksigen
yang menurun ke otak. Selain itu gangguan metabolisme juga menyebabkan
gangguan pada fungsi gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan
menurunnya fungsi peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi.
Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena
produksi kalor yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkat hormon
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Hormon tiroid biasanya
berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan tiroidisme biasanya
menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal
dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

2.7 Komplikasi dan Prognosis


Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala (Corwin, 2009).
Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormon yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osteoporosis, dan fibrilasi atrium. Untuk prognosis penyakit ini biasanya respon
terhadap pengobatan umumnya baik sehingga pasien bisa kembali hidup normal
bila terus mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
16

2.8 Pengobatan
Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan
metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara
mengambil hormon yang hilang. Levitiroksin sintetik (Syntiroid atau levothroid)
merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit
goiter nontoksis. Dosis terapi penggantian hormonal didasarkan pada konsentrasi
TSH dalam serum pasien. Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan
karena sering menyebabakan kenaikan sementara T3 dan kadang-kadang disertai
dengan gejala hipertiroidesme. Jika terapi pengantian sudah memadai, gejala
miksedema akan menghilang dan aktivitas metabolik yang normal dapat timbul
kembali (Brunner & Suddarth, 2002).
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya
dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya pada pasien yang lebih tua
atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu,
sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan
maksimal 150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat
dimulai secepatnya.
Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan
untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam
kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme
sekunder sebaiknya dengan mengikuti kadar tiroksin bebas (Price, 2006).
2.9 Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
hipotiroid ini antara lain:
a. Memastikan kebutuhan yodium tubuh tercukupi dengan tepat mulai dini
b. Pemeriksaan fungsi tiroid sejak dini jika pernah melakukan terapi
radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid.
c. Pada pasien lansia yang mengalami hipotiroidisme ringan hingga sedang,
terapi penggantian hormone tiroid harus dimulai dengan dosisi rendah dan
kemudian ditingkatkan secara perlahan-lahansekali untuk mencegah efek
samping kardiovaskuler dan neurologi yang serius (Brunner & Suddarth:
2002).
16

d. Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatah antitiroid secara


berlebihan, yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis
dini melalui pemeriksaan penyaringan pada neonatus.
e. Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan
pemeriksaan ulang tahunan.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita hipotiroid ini
adalah
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
a. T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
b. T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
c. TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)
2. Pemeriksaan TSH
TSH Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk
membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid
menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji
sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai
penyakit tiroid (Rumahorbo, 1999). Dengan mengetahui kadar TSH, maka
dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal.
Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer.
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.
B. Pemeriksaan Radiologis
Ambilain iodium radioaktif dan scan tiroid biasanya tidak banyak
manfaatnya pada hipotiroidisme. Tetapi Scan harus dilakukan jika terdapat
keraguan mengenai nodularitas tiroid. Scan tiroid bermanfaat untuk mendeteksi
kelainan anatomi, jaringan ektopik (tiroid lingual, tiroid mediastinum, trauma
ovarii), tumor metastatik. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mempelajarai nodul
tiroid.
16

Ultrasonografi tiroid sangat bermanfaat untuk memastikan apakah nodul


tiroid, yang nonfungsional pada sidikan isotop, suatu kistik atau padat. Jika kistik,
dilakukan aspirasi dan pemeriksaan sitologisebagai pedoman keperluan
pembedahan.
Pemeriksaan radiologis rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis epifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan
hipotiroidisme antara lain kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah,
BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol (Price, 2006). Dalam hal ini, dapat
dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal
atau meningkat (Rumahorbo, 1999).
C. Pmeriksaan Fisik
Bila terdapat kecurigaan adanya hipotiroidisme, penemuan diferensial yang
paling penting pada pemeriksaan fisik adalah ada tidaknya goiter. Riwayat operasi
tiroid yang sebelumnya harus ditanyakan disamping pemeriksaan yang cermat
terhadap tanda-tanda hipotiroidisme termasuk hipotermia, bradikardi, kulit kering,
rambut kasar, bicara lambat, lidah tebal, dan pembengkakan periorbiotal. Tanda
klinis yang paling khusus pada hipotiroidisme adalah fasr relaksasi yang lambat
pada refleks tendon dalam (Stein, 2001).
16

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................................2
1.3 Implikasi Keperawatan........................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN .......................................................................................4
2.1 Pengertian Hipoparatiroidisme...........................................................4
2.2 Epidemiologi Hipoparatiroidisme.......................................................4
2.3 Etiologi Hipoparatiroidisme................................................................6
2.4 Klasifikasi Hipoparatiroidisme...........................................................8
2.5 Tanda dan Gejala Hipoparatiroidisme.............................................11
2.6 Patofisiologi Hipoparatiroidisme......................................................13
2.7 Komplikasi dan Prognosis Hipoparatiroidisme .............................14
2.8 Penatalaksanaan Hipoparatiroidisme..............................................15
2.9 Pemeriksaan Penunjang Hipoparatiroidisme .................................15
BAB 3. PATHWAY Hipoparatiroidisme.............................................................17
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................18
4.1 Pengkajian ..........................................................................................18
4.2 Diagnosa .............................................................................................20
4.3 Perencanaan .......................................................................................21
4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi ...............................................................29

i
16

BAB 5. KESIMPULAN.......................................................................................36
5.1 Kesimpulan .................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

ii
16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN HIPOTIROIDISME

MAKALAH

Oleh:
Melinda Puspitasari NIM 112310101025
Ayesie Natasa Zulka NIM 112310101032
Chrisnina NIM 112310101041
Akhmat Robbi Tricahyono NIM 112310101061
M.Nurhamzah Fahiqi NIM112310101062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2013

i
16

ii

Anda mungkin juga menyukai