Anda di halaman 1dari 15

By. Eka Rahmawati, Ns., M.kep.

Keadaan pasien

Peralatan invasif

Reaksi pasien terhadap tindakan yang


diberikan
1. Observasi/Monitoring terhadap alat-alat invasif :
ventilator mekanik, alat pantau EKG (monitor), alat-
alat infus (infus pump), siringe pump, suction, dll.
2. Masalah umum yang sering dihadapi pada alat
bantu ventilasi : terjadinya diskoneksi alat dengan
pasien, adanya perlawanan dari pasien terhadap
pemakaian alat, infeksi, trauma karena tekanan, dll.
3. Observasi TTV (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan
darah), tekanan Vena sentral (CVP), EKG, Neuro
observasi, ibservasi fungsi motorik, dll.
4. Untuk observasi bervariatif, tergantung kondisi pasien.
Umumnya tiap 1 3 jam, bahkan 30 menit sekali jika kondisi
pasien kritis dan pasca operasi.
5. Observasi keseimbangan cairan (balance cairan) : antara
cairan masuk dan keluar, obs. Ini dilakukan tiap 2 atau 3 jam
sekali.
6. Observasi pernapasan, meliputi : pola napas, keadaan paru
pasien, penggunaan alat bantu ventilasi.
Catatan :
pada pasien yang menggunakan ventilator WAJIB melakukan
observasi Analisa Gas Darah (AGD/GDA) yang dilakukan
minimal sehari 1x.
Tujuan : untuk mencegah terjadinya komplikasi dan menjaga pasien
agar tetap segar.
1. memandikan, 2x sehari / lebih jika pasien berkeringat dan
kotor
2. Perawatan mulut, pada psien yang dipasang ventilator
perawatan mulut dilakukan 2 jam sekali dengan normal saline
(NS 0,9%) untuk mencegah terjadinya infeksi jamur.
3. Perawatan mata, bertujuan untuk menjaga mata tetap lembab,
mencegah infeksi dan menjaga mata tetap tertutup terutama
pada pasien yang tidak sadar. Dilakukan setiap 2 jam sekali.
4. Perawatan daerah yang tertekan, ganti posisi tiap 2 jam sekali,
pada pasien yang bedrest, merupakan cara terbaik untuk
mencegah kerusakan kulit
Support nutrisi yang adekuat pada pasien kritis
merupakan salah satu hal penting bagi penyembuhan
pasien.
Pasa pasien dengan alat bantu ventilasi nutrisi enteral
selalu lebih baik.
Yang perlu diketahui oleh PERAWAT ICU ttg
penatalaksanaan nutrisi : cara pemberian, keuntungan
dan kerugian masing2 nutrisi, jenis nutrisi yang
diberikan.
Kapan nutrisi mulai diberikan dan dihentikan
Kapan sistem pencernaan dapat digunakan untuk
pemberian nutrisi enteral.
Pengkajian pernapasan
Penatalaksanaan dengan alat bantu ventilasi, meliputi
setting dan monitoring ventilator, suctioning, dan
penatalaksanaan jalan napas, humidifikasi, terapi
oksigen, fisioterapi dada dan positioning, nutrisi,
monitoring hasil laboratorium terutama AGD, foto
thoraks, dll.
Pengenalan dan cara pencegahan komplikasi :
penatalaksanaan penyumbatan sputum, insfeksi,
aspirasi, aritmia jantung, keracunan oksigen,
peningkatan tekanan pada jalan napas, emboli paru,
dll.
Pasien yang dirawat di ICU sangat beresiko tinggi terkena infeksi
nasokomial, disamping karena faktor pasien itu sendiri (umur, imun
dan nutrisi yang jelek, penyakit yg serius) ataupun karena oleh
faktor lingkungan yaitu adanya organisme yang resistensi
terhadap multipel obat dan dilakukan nya prosedur invasif dan
perilaku staf.
1. Dilakukannya cuci tangan yang benar setiap akan dan selesai
dilakukan tindakan
2. Penatalaksanaan sampah dengan benar
3. Perawatan alat-alat invasif, luka secara aseptik
4. Tindakan aseptik dan isolasi pada tindakan tertentu secara
benar
5. Adanya tim pengendali infeksi nasokomial di ruangan
Pasien yang dirawat di ICU umumnya mengalami
nyeri, disamping karena proses infeksi juga karena
pemasangan peralatan/tindakan penatalaksanaan
nyeri yang tidak adekuat tidak hanya menyakitkan
pasien namun juga merugikan karena akan
meningkatkan ambang rangsangan nyeri pasien dan
akan berpengaruh terhadap terapi yang diberikan.

Penatalaksanaan secara non farmakologik dan


farmakologik berkolaborasi dengan tim dokter dan
harus di kuasai oleh perawat.
Komplikasi umum yang dapat terjadi pada pasien yang
dirawat di ICU antara lain :
1. Stres ulners
2. Infeksi/sepsis
3. Gagal organ
4. Dll

Catatan :
Pencegahan komplikasi sangat penting dilakukan karena
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Support psikologis tidak hanya diberikan kepada pasien,
namun juga pada keluarga.
Pasien yang dirawat di ICU umunya tidak direncanakan,
sehingga menimbulkan krisis diantara keluarga : diikuti
dengan perasaan bersalah, marah, syok, cemas bahkan rasa
tidak percaya.
Perawat harus dapat membantu pasien dan keluarga dalam
beradaptasi terhadap perawatan dan lingkungan
Pengenalan dan penatalaksanaan terhadap proses berduka
dan krisis, komunikasi dan kerjasama yang baik dengan
pasien dan keluarga akan sangat membantu perawat dan
staf lain dalam melakukan asuhan keperawatan
Sebagai ADVOKAT (pelindung klien)
Membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak
diinginkan dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu
(Potter dan Perry, 2005).

Care Giver (memberi bantuan secara langsung)


Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan
keluaga yang mengalami masalah kesehatan (Vicky, 2010)
Kolabolator (bekerjasama dengan TIM lain)
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain seperti Dokter,
Fisioterapi, Ahli Gizi, Apoteker, daln lainnya dalam upaya
memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010)

Peneliti
Sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah
sesuai metode pelayanan (Vicky, 2010), dan meningkatkan
pengetahuan serta penegmbangan keterampilan, baik dalam
praktik maupun dalam pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993)
Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan,
dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan dapat terarah serta sesuai
kebutuhan (Vicky, 2010)

Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah keperawatan terutama mengenai keamanan pasien
dan keluarga (Vicky, 2010).
Selamat Belajar dan Sukses

Anda mungkin juga menyukai