Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

TETRALOGI OF FALLOT

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III
Anggota : Muhammd Riandi
Reza Aswandi
Nurul Alvira
Putri Masthura
Rita Zahara
Oktarina
Raqiqatul Awanis

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan

rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk

bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tetralogy Fallot” makalah

ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan anak II.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar

kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan

makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami

harapkan.

Aceh besar, 18 november 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan....................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian..............................................................................4
B. Etiologi..................................................................................4
C. Tanda & Gejala......................................................................5
D. Patofisiologi...........................................................................6
E. Pathway.................................................................................
F. Pemeriksaan pununjang.........................................................7
G. Penatalaksanaan.....................................................................8
H. Komplikasi............................................................................9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................13
C. Intervensi...............................................................................14
D. Evaluasi.................................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................29
B. Saran......................................................................................29
DAFTARPUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang

merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.

dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan

pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus

arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung

bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan

2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling

sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau

kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang

ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang

perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu

memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan

suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena

kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD,

stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam

dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara

kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep

pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot

dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi

1
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan

tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta

merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel

kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari

bilik kanan.

Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati

urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum

ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari

seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit

jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan

jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut

berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil,

faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan

kromosom.

Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam

rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul

pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid

bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat

diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini

penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi

yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar

bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya

2
pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta

asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:

1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot?

2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?

3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot?

4. Apa gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot?

5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi fallot?

6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi

fallot?

7. Bagaimana pengobatan penyakit tetralogi fallot?

8. Bagaimana penerapan asuhan keperrawatan tetralogy fallot?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:

1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot

2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot

3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi fallot

4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot

5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot

6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit

tetralogi fallot

7. Agar dapat menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi fallot

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)

Tetralogy of Fallot(TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.

Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau

lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga

ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang

aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat

kelainan anatomi sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga

ventrikel

4
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang

keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal

dan menimbulkan penyempitan.

3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel

kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari

bilik kanan.

4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena

peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum

ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling

sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

B. Epidemiologi

Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan

menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini

para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya

dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya.

Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga Digeorge

Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan

embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal

septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary

stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan

adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal.

5
Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang

dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).

C. Etiologi

Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya

melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko

terjadinya tetralogi Fallot adalah:

1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus

lainnya

2. Gizi yang buruk selama

3. Ibu yang alkoholik

4. Usia ibu diatas 40 tahun

5. Ibu menderita diabetes

6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita

sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung

sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke

seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan

sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana

bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I,

2010).

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga

diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :

a. Faktor endogen :

6
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan

kromosom

2) Anak yang lahir sebelumnya menderita

penyakit jantung bawaan

3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga

seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan

bawaan

b. Faktor eksogen :

1) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau

suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,

dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).

2) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

3) Pajanan terhadap sinar –X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut

jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari

90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap

faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena

pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

D. Manifestasi Klinis

Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :

1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya

menangis atau mengedan)

2. Berat badan bayi tidak bertambah

7
3. Pertumbuhan berlangsung lambat

4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)

5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,

makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran

pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan

shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).

Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya

oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya

jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan

mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru

dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis

yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih

banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis

pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,

2010).

E. Patofisiologi

Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang

bersamaan, yaitu :

1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah

lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah

dari kedua ventrikel.

8
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari

ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah

masuk ke aorta.

3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum

ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan

lubang ini.

4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam

aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga

terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).

Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak

melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena

yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta

tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF

dibagi dalam 4 derajat :

1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal

2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang

3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis

bertambah, ada dispneu.

4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

9
F. pathway TOF

Terpapar factor eksogen dan endogen

Kelainan jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Defect septum ventrikel Overriding aorta

obstruksi Penurunan curah jantung Suplei darah preload,


overload

Aliran darah ke Pasokan darah


paru-paru tidak seimbang
Obstruksi aliran darah
keluar ventrikel kanan
Pencampuran
darah kaya O2
dan CO2
O2 dalam darah Hipertrofi vent kanan Aliran darah aorta

HIpoksemi

sesak Sianosis
Kebutuhan o2
Gangguan pertukaran gas Perubahan status
kesehatan
10
Kelelahan Tubuh
Tidak mau mengunyah
(Anoreksia) Intoleransi Aktivitas Ansietas

Terjadi penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi
kurangG.dari
PemeriksaanDiagnostik
kebutuhan tubuh
(deficit/nutrisi)
1. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)

akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin

dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA

menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),

penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien

dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi

(Samik Wahab, 1996).

2. Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah

pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak

apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

3. Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak

pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

4. Ekokardiografi

11
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi

ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran

darah ke paru-paru

5. Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek

septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan

mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan

saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan

pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)..

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat dirawat

jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun

dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk

dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010). Berikut

penatalaksanaannya:

a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:

1) Mengatasi kegawatan yang ada.

2) Oksigenasi yang cukup.

3) Tindakan konservatif.

4) Tindakan bedah (rujukan) :

- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:

12
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat

III dan IV)

- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi

infundibulum.

5) Tatalaksana gagal jantung kalau ada.

6) Tatalaksana radang paru kalau ada.

7) Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis

b. Tatalaksana Rawat Jalan

1) Derajat I :

- Medikametosa : tidak perlu

Operasi (rujukan) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan

kalau BB > 10 kg.

- Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan

operasi paliatif.

- Kontrol : tiap bulan.

2) Derajat II dan III :

- Medikamentosa ; Propanolol

- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat

dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi

abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.

- Kontrol : tiap bulan

- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.

c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis

13
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil

dengan cara :

- Membuat posisi knee chest atau fetus

- Ventilasi yang adekuat

2) Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-

0,2 mg/kg im atau subkutan

3) Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic

1 meq/kg iv untuk mencegah asidosis metabolic

4) Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5

ml/kg pelan sampai Hb 15-17 gr/dl

5) Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged

spell diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral

Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu

penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan.

Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan

perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum

terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri

sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau

antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum

mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).

Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa

diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:

- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan

14
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.

- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.

- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.

- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama

- serangan sianosis.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan
secara genetic dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
karena kelainan kromosom
2. Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas
fisik seperti pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan
akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sianosis, dyspnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung
berdebar.
4. Riwayat penyakit terdahulu

15
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita
infeksi rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic
atau karena kelainan kromosom
6. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan. Anak akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
7. Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
8. Pengkajian fisik (ROS: Review Of Systeem)
a. B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertamabahnya
derajat obstruksi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada
membrane mukosa, gigi sianotik.
c. B3 (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku.
Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/mengadu/mengeluh.
d. B4 (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. B5 (Pencernaan)

16
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. B6 (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya.
Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak. Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.

B. Diagnosa keperawatan
1. Penuruanan curah jantung
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

C. Rencana tindakan keperawatan


No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Penurunan curah jantung Seletah dilakukan Perawatan jantung
Definisi : asuhan keperawatan a. Evaluasi adanya nyeri
Ketidak adekuatan darah selama 1 x24 jam klien dada (intensitas, lokasi,
yang di pompa oleh menunjukkan curah radiasi, durasi, dan factor
jantung untuk memenuhi jantung adekuat, pencetus nyeri).
metabolic tubuh. dengan kriteria: b. Lakukan penilaian
a. Tekanan darah komprehensif terhadap
Batasan Karakteristik : dalam rentang sirkulasi perifer
Perubahan frekunesi/irama normal (misalnya cek nadi
jantung : b. Toleransi terhadap perifer, edema, pengisian
1. Bradikardi aktivitas kapiler dan suhu
2. Takikardi c. Nadi perifer kuat ekstrimitas).
3. Palpitasi jantung d. Ukuran jantung c. Catat tanda dan gejala
4. Perubahan EKG normal penurunan curah jantung.
Perubahan preload : e. Tidak ada distensi d. Observasi tanda-tinda
1. Keletihan vena jugularis vital
2. Mumur jantung f. Tidak ada disritmia e. Observasi status
3. Edema g. Tidak ada bunyi kardiovaskular
4. Penurunan dan jantung abnormal f. Observasi disritmia
peningkatan CVP, h. Tidak ada angina jantung termasuk
PAWP. (central i. Tidak ada edema gangguan irama dan
venous pressure, perifer konduksi
pulmonary artery j. Tidak ada udema g. Observasi status respirasi

17
wedge pressure) pulmo terhadap gejala gagal
Perubhan afterload : k. Tidak ada jantung
1. Dyspnea diaphoresis h. Observasi keseimbangan
2. Perubahan warna kulit l. Tidak ada mual cairan (asupan-haluaran
(mis : pucat, sianosis, m. Tidak ada kelelahan dan berat badan harian)
abu-abu) i. Kenali adanya perubahan
3. Perubahan tekanan tekanan darah
darah j. Kenali pengaruh
psikologis yang
mendasari kondisi klien.
k. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
l. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiarimia sesuai
kebutuhan.
m. Monitor respons klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia.
n. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
o. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
p. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas
q. Abservasi adanya
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan ortopnea
r. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga
s. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
t. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien dan
keluarganya.
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
Definisi : kelebihan atau asuhan keperawatan a. posisikan klien untuk
deficit oksigenasi dan/atau selama 1 x 24 jam memaksimalkan
eliminasi karbon dioksida klien menunjukkan ventilasi.
pada membrane alveolar- pertukaran gas b. Auskultasi bunyi napas,
kapiler. adekuat, dengan area penurunan ventilasi
Batasan karakteristik : kriteria: atau tidak adanya
1. Dyspnea a. Status mental dalam ventilasi dan adanya
2. Gelisah rentang normal bunyi napas tambahan.
3. Sianosis b. Klien bernapas c. Keluarkan secret dengan
4. Hipoksia dengan mudah batuk efektif atau
5. Pola pernapasan c. Tidak ada dyspnea lakukan suction sesuai
abnormal d. Tidak ada kebutuhan
6. Warna kulit abnormal kegelisahan d. Anjurkan klien untuk
7. Takikardia e. Tidak ada sianosis bernapas pelan, napas
8. Napas cuping hidung f. Tidak ada somnolen dalam dan batuk

18
9. Penurunan g. PaO2 dalam batas e. Ajarkan klien cara
karbondioksida normal menggunakan inhaler
10. pH arteri abnormal h. PCO2 dalam batas f. Atur posisi klien untuk
normal mengurangi dyspnea.
i. pH arteri dalam g. Monitor status respirasi
batas normal dan oksigenasi sesuai
j. saturasi O2 dalam kebutuhan.
batas normal h. Atur asupan caitan untuk
k. ventilasi perfusi mengoptimalkan
seimbang keseimbangan cairan.
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung,
dan trakea dari sekresi
sesuai kebutuhan.
b. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur system
humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan.
h. Observasi efektivitas
terapi oksigen
i. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi perpindahan
oksigen ketika makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi
oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan,
penggunaan otot napas
tambahan dan adanya
retraksi otot interkosta.
c. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea, hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
d. Lakukan perkusi toraks
anterio dan posterior di
bagian apeks dan dasar
kedua paru.

19
e. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
f. Observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi kemampuan
klien untuk batuk efektif
h. Catat karakteristik dan
lamanya batuk.
i. Observasi adanya bunyi
krepitasi sesuai
kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto toraks
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan asuhan keperawatan a. Tanyakan pada klien
tubuh selama …… x24 jam tentang alergi terhadap
Definisi : klien dapat makanan
Asupan nutrisi tidak cukup meningkatkan status b. Tanyakan makanan
untuk memenuhi nutrisi dengan kriteria: kesukaan klien
kebutuhan metabolic a. Asupan nutrisi c. Kolaborasi dengan ahli
Batasan Karakteristik : adekuat. gizi tentang jumlah
1. BB badan 20% atau b. Asupan makanan kalori dan tipe nutrisi
lebih di bawah rentang dan cairan adekuat yang dibutuhkan.
BB ideal c. Energy meningkat d. Anjurkan asupan kalori
2. Bising usus hiperaktif d. Berat badan yang tepat yang sesuai
3. Membrane mukosa meningkat dengan gaya hidup
pucat e. Anjurkan peningkatan
4. Tonus otot menurun zat besi yang sesuai
5. Sariawan rongga f. Anjurkan peningkatan
mulut asupan protein dan
6. Ketidakmampuan vitamin c.
memakan makanan g. Anjurkan untuk banyak
7. Diare makan buah dan minum
8. Kelemahan otot h. Berikan klien diet tinggi
pengunyah protein tinggi kalori.
9. Kelemahan otot
menelan

4. Ansietas Setelah dilakukan Menurunkan kecemasan


Definisi : asuhan keperawatan a. Gunakan ketenangan
Perasaan tidak nyaman selama ….. x24 jam dalam pendekatan untuk
atau kekhwatiran yang orang tua klien mampu menenangkan orang tua
samar disertai respons mengontrol cemas klien
otonom (Sumber sering dengan kriteria: b. Jelaskan seluruh
kali tidak spesifik atau a. Orang tua klien prosedur tindalan kepada
tidak diketahui oleh dapat orang tua klien dan
individu) perasaan takut merencanakan perasaan.
yang disebabkan oleh strategi koping c. Gunakan ketenangan
antisipasi terhadap bahaya. untuk situasi yang untuk menenangkan
Hal ini merupakan isyarat membuat stress. orang tua klien.
kewaspadaan yang b. Orang tua klien d. Jelaskan seluruh
memperingatkan individu dapat mempertahan prosedur tindakan kepada

20
akan adanya bahaya dan penampilan peran. orang tua klien dan
memempukan individu c. Orang tua klien perasaan yang mungkin
untuk bertindak melaporkan tidak muncul pada saat
menghadapi ancaman. ada gangguan melakukan tindakan.
Batasan karakteristik : resepsi sensori. e. Berusaha memahami
Perilaku : d. Orang tua klien keadaan orang tua klien
1. Agitasi melaporkan tidak dna situasi stress yang di
2. Gelisah ada manifestasi alami orang tua klien.
3. Gerakan ekstra kecemasan secara f. Berikan informasi
4. Insomnia fisik. tentang diagnose,
5. Mengekspresikan e. Orang tua klien prognosis dan tindakan.
kekhwatiran karena melaporkan tidak g. Temani klien untuk
perubahan dalam ada manifestasi memberikan kenyamanan
peristiwa hidup perilaku akibat dan mengurangi
6. Tampak waspada kecemasan. ketakutan.
7. Kontak mata yang f. Oaring tua klien h. Anjurkan keluarga untuk
buruk dapat meneruskan menemani klien sesuai
8. Penurunan aktifitas yang kebutuhan
produktivitas dibutuhkan i. Motivasi orang tua klien
meskipun ada untuk mengungkapkan
kecemasan. perasaan, pengharapan,
g. Orang tua klien dan ketakutan yang di
menunjukkan alami
kemampuan untuk j. Identifikasi tingkat
berfokus pada kecemasan orang tua
pngetahuan dan klien
keterampilan yang k. Berikan aktivitas hiburan
baru. untuk mengurangi
h. Orang tua klien ketegangan.
dapat l. Bantu orang tua klien
mengidentifikasi untuk mengidentifikasi
gejala yang situasi yang
merupakan menyebabkan
indicator kecemasan.
kecemasan. m. Control stimulus sesuai
kebutuhan klien.
n. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
o. Ciptakan hubungan
saling percaya.
p. Bantu orang tua klien
untuk mengungkapkan
yang membuat cemas.
q. Tentukan kemampuan
oran tua klien dalam
membuat keputusan
r. Ajarkan orang tua
dengan teknik relaksasi
s. Observasi gejala verbal
dan nonverbal dari
kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan Peningkatan perkembangan
dan perkembangan asuhan keperawatan anak
Definisi : diharapkan a. Bina hubungan saling
Kondisi individu pertumbuhan dan percaya dengan anak.

21
menggalamai gangguan perkembangan anak b. Identifikasi kebutuhan
kemampuan bertumbuh adekuat, dengan khusus anak dan
dan berkembang sesuai kriteria : penerimaan yang
dengan kelompok usia a. Anak mencapai dibutuhkan.
Penyebab : pertumbuhan c. Bina hubungan saling
1. Efek ketidak normal yang percaya dengan memberi
mampuan fisik diharapkan sesuai perawatan.
2. Keterbatasaan usianya dengan d. Ajarkan pemberi
lingkungan berat badan, tinggi perawatan tenang tahap
3. Inkonsistensi badan, lingkar penting perkembangan
respon lengan, dan lingkar normal dan perilaku yang
4. Pengabaian lengan atas dalam berhubungan.
5. Terpisah dari rentang normal. e. Demonstrasikan aktifitas
orang tua dan/atau b. Anak mencapai yang meningkatkan
orang terdekat tahap pertumbuhan perkembangan kepada
6. Defisiensi fisik, kognitif dan pemberi perawatan.
stimulus kemajaun f. Fasilitasi pemberi
(SDKI) psikososial sesuai perawatan untuk
usia tanpa berhubungan dengan
keterlambatan sumber komunitas sesuai
perkembangan. kebutuhan.
c. Anak mencapai g. Fasilitasi integrasi antara
kematangan fisik anak dan teman
yang berkembang sebayanya.
secara normal h. Beri aktivitas yang
meningkatkan interaksi
di antara anak-anak.
i. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui pujian atau
umpan balik positif atas
usaha-usahanya.
j. Beri mainan atau benda-
benda yang sesuai
dengan usianya.
k. Bernyanyi dan berbicara
dengan anak
l. Motivasi anak untuk
bernyanyi dan menari.
m. Rujuk pengasuh ke
kelompok pendukung
sesuai kebutuhan.
Terapi nutrisi
a. Kaji status nutrisi
lengkap sesuai
kebutuhan.
b. Observasi asupan
makanan atau cairan dan
jumlah kalori harian.
c. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah kalori
dan jenis makanan yang
dibutuhkan anak sesuai
kebutuhan.
d. Kaji status nutrisi lengka

22
sesuai kebutuhan.
e. Observasi asupan
makanan atau cairan dan
jumlah kalori harian.
f. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah kalori
dengan jenis makanan
yang dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
g. Pilihkan suplemen nutrisi
sesuai kebutuhan.
h. Anjurkan oaring tua
utnuk memberikan
makanan tinggi kalsium
dan kalium sesuai
kebutuhan.
i. Berikan makanan tinggi
kalori tinggi protein.
j. Berikan perawatan mulut
sebelum makan sesuai
kebutuhan.
k. Bantu anak untuk posisi
duduk sebelum makan.
Monitor status nutrisi
a. Observasi berat badan
anak.
b. Amati interaksi orang tua
dan anak selama makan
sesuai kebutuhan.
c. Observasi turgor kulit
sesuai kebutuhan.
d. Observasi kekeringan
rambut.
e. Observasi kadar albumin,
protein total, Hb, Ht,
limfosit dan elektrolit.
f. Observasi pertumbuhan
dan perkembangan.
g. Observasi tingkat energy,
kelelahan dan
kelemahan.
h. Observasi adanya pucat,
kemerahan, konjugtiva
atau konjungtiva kering.
i. Observasi asupan kalori
dan nutrisi.
j. Observasi kelembaban
mukosa mulut.
k. Catat adanya edema,
kemerahan, dan
hipertrofi pada lidah dan
membrane mukosa oral.
l. Catat adanya perubahan
penting dalam status
nutrisi.

23
m. Kenalkan pada ahli gizi
sesuai kebutuhan
n. Berikan kondisi
lingkungan yang
mendukung saat makan.

D. Evaluasi

Diagnose keperawatan: Penurunan curah jantung

1. Klien menunjukkan penurunan episode dyspnea, angina dan distritmia

2. Klien menunjukkan perilaku untuk menurunkan beberapa kerja jantung

3. Klien menunjukkan nadi perifer kuat tidak ada kelelahan.

Diagnose keperawatan: Gangguan pertukaran gas

1. Klien menunjukkan frekuensi napas normal, bunyi napas bersih, tidak ada

bunyi CRACKLE atau mengi, tidak ada sesak.

Diagnose keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

1. Orang tua klien melaporkan asupan makanan dan cairan adekuat

2. Orang tua klien melaporan peningkatan berat badan.

Diagnose keperawatan: kecemasan orang tua

1. Orang tua klien menunjukkan kemampuan koping untuk mengatasi stress

2. Orang tua klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik

dan perilaku

3. Orang tua klien mampu meneruskan aktivitas meskipun ada kecemasan

4. Orang tua klien mampu berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang

baru

5. Orang tua klien menunjukkan kemampuan mengidentifikasi gejala

kecemasan

24
6. Orang tua klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan

kecemasan

Diagnose keperawatan: gangguan pertumbuhan dan perkembangan

1. Klien menunjukkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dalam

rentang normal

2. Klien menunjukkan kemajuan perubahan fisik, perkembangan kognitif dan

psikososial

3. Klien menunjukkan perkembangan yang optimal.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kombinasi kelainan kongenital yang di kenal sebagai tetralogy fallot antara

lain defekseptum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katub pulmoner, dan

hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari dua factor

yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot umumnya akan

mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang tidak bertambah,

clubbing fingers, dan sianosis.pemeriksaan yang dilakukan antara lain

pemeriksaan darah, foto toraks, elektrokardiografi dan ekokardiografi.

B. Saran

1. Hindari penggunaan alcohol atau obat yang membahayakan pada masa

kehamilan.

2. Makanan ibu harus mencukupi nilai gizi serat nutrisi yang di butuhkan

25
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler


Aplikasi NIC dan NOC, Jakarta : EGC, 2014.

Karso. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Yogyakarta : Nuha


Medika

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Kidlington: Elsevier
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh
darihttps://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id

Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:


Elsevier
Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada
Ununiversity Press.

26

Anda mungkin juga menyukai