TETRALOGI OF FALLOT
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Anggota : Muhammd Riandi
Reza Aswandi
Nurul Alvira
Putri Masthura
Rita Zahara
Oktarina
Raqiqatul Awanis
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan....................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian..............................................................................4
B. Etiologi..................................................................................4
C. Tanda & Gejala......................................................................5
D. Patofisiologi...........................................................................6
E. Pathway.................................................................................
F. Pemeriksaan pununjang.........................................................7
G. Penatalaksanaan.....................................................................8
H. Komplikasi............................................................................9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................13
C. Intervensi...............................................................................14
D. Evaluasi.................................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................29
B. Saran......................................................................................29
DAFTARPUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang
suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena
dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
1
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari
jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut
faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul
pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid
bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat
diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini
penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi
yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar
2
pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta
B. Rumusan Masalah
fallot?
C. Tujuan
tetralogi fallot
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
4
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling
B. Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini
para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya
dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya.
Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan
embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal
adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal.
5
Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang
C. Etiologi
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana
bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I,
2010).
a. Faktor endogen :
6
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan
kromosom
bawaan
b. Faktor eksogen :
faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena
D. Manifestasi Klinis
7
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan
mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru
yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,
2010).
E. Patofisiologi
bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah
8
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
9
F. pathway TOF
HIpoksemi
sesak Sianosis
Kebutuhan o2
Gangguan pertukaran gas Perubahan status
kesehatan
10
Kelelahan Tubuh
Tidak mau mengunyah
(Anoreksia) Intoleransi Aktivitas Ansietas
Terjadi penurunan BB
Ketidakseimbangan nutrisi
kurangG.dari
PemeriksaanDiagnostik
kebutuhan tubuh
(deficit/nutrisi)
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis
3. Elektrokardiogram
4. Ekokardiografi
11
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
H. Penatalaksanaan
jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun
dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk
dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I, 2010). Berikut
penatalaksanaannya:
3) Tindakan konservatif.
12
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat
infundibulum.
1) Derajat I :
operasi paliatif.
- Medikamentosa ; Propanolol
13
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil
dengan cara :
Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan
perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum
terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
14
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
- serangan sianosis.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan
secara genetic dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
karena kelainan kromosom
2. Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas
fisik seperti pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan
akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sianosis, dyspnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung
berdebar.
4. Riwayat penyakit terdahulu
15
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita
infeksi rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic
atau karena kelainan kromosom
6. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan. Anak akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
7. Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
8. Pengkajian fisik (ROS: Review Of Systeem)
a. B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertamabahnya
derajat obstruksi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada
membrane mukosa, gigi sianotik.
c. B3 (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku.
Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/mengadu/mengeluh.
d. B4 (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. B5 (Pencernaan)
16
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. B6 (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya.
Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak. Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
B. Diagnosa keperawatan
1. Penuruanan curah jantung
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
17
wedge pressure) pulmo terhadap gejala gagal
Perubhan afterload : k. Tidak ada jantung
1. Dyspnea diaphoresis h. Observasi keseimbangan
2. Perubahan warna kulit l. Tidak ada mual cairan (asupan-haluaran
(mis : pucat, sianosis, m. Tidak ada kelelahan dan berat badan harian)
abu-abu) i. Kenali adanya perubahan
3. Perubahan tekanan tekanan darah
darah j. Kenali pengaruh
psikologis yang
mendasari kondisi klien.
k. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
l. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiarimia sesuai
kebutuhan.
m. Monitor respons klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia.
n. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
o. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
p. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas
q. Abservasi adanya
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan ortopnea
r. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga
s. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
t. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien dan
keluarganya.
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
Definisi : kelebihan atau asuhan keperawatan a. posisikan klien untuk
deficit oksigenasi dan/atau selama 1 x 24 jam memaksimalkan
eliminasi karbon dioksida klien menunjukkan ventilasi.
pada membrane alveolar- pertukaran gas b. Auskultasi bunyi napas,
kapiler. adekuat, dengan area penurunan ventilasi
Batasan karakteristik : kriteria: atau tidak adanya
1. Dyspnea a. Status mental dalam ventilasi dan adanya
2. Gelisah rentang normal bunyi napas tambahan.
3. Sianosis b. Klien bernapas c. Keluarkan secret dengan
4. Hipoksia dengan mudah batuk efektif atau
5. Pola pernapasan c. Tidak ada dyspnea lakukan suction sesuai
abnormal d. Tidak ada kebutuhan
6. Warna kulit abnormal kegelisahan d. Anjurkan klien untuk
7. Takikardia e. Tidak ada sianosis bernapas pelan, napas
8. Napas cuping hidung f. Tidak ada somnolen dalam dan batuk
18
9. Penurunan g. PaO2 dalam batas e. Ajarkan klien cara
karbondioksida normal menggunakan inhaler
10. pH arteri abnormal h. PCO2 dalam batas f. Atur posisi klien untuk
normal mengurangi dyspnea.
i. pH arteri dalam g. Monitor status respirasi
batas normal dan oksigenasi sesuai
j. saturasi O2 dalam kebutuhan.
batas normal h. Atur asupan caitan untuk
k. ventilasi perfusi mengoptimalkan
seimbang keseimbangan cairan.
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung,
dan trakea dari sekresi
sesuai kebutuhan.
b. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur system
humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan.
h. Observasi efektivitas
terapi oksigen
i. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi perpindahan
oksigen ketika makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi
oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan,
penggunaan otot napas
tambahan dan adanya
retraksi otot interkosta.
c. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea, hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
d. Lakukan perkusi toraks
anterio dan posterior di
bagian apeks dan dasar
kedua paru.
19
e. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
f. Observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi kemampuan
klien untuk batuk efektif
h. Catat karakteristik dan
lamanya batuk.
i. Observasi adanya bunyi
krepitasi sesuai
kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto toraks
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan asuhan keperawatan a. Tanyakan pada klien
tubuh selama …… x24 jam tentang alergi terhadap
Definisi : klien dapat makanan
Asupan nutrisi tidak cukup meningkatkan status b. Tanyakan makanan
untuk memenuhi nutrisi dengan kriteria: kesukaan klien
kebutuhan metabolic a. Asupan nutrisi c. Kolaborasi dengan ahli
Batasan Karakteristik : adekuat. gizi tentang jumlah
1. BB badan 20% atau b. Asupan makanan kalori dan tipe nutrisi
lebih di bawah rentang dan cairan adekuat yang dibutuhkan.
BB ideal c. Energy meningkat d. Anjurkan asupan kalori
2. Bising usus hiperaktif d. Berat badan yang tepat yang sesuai
3. Membrane mukosa meningkat dengan gaya hidup
pucat e. Anjurkan peningkatan
4. Tonus otot menurun zat besi yang sesuai
5. Sariawan rongga f. Anjurkan peningkatan
mulut asupan protein dan
6. Ketidakmampuan vitamin c.
memakan makanan g. Anjurkan untuk banyak
7. Diare makan buah dan minum
8. Kelemahan otot h. Berikan klien diet tinggi
pengunyah protein tinggi kalori.
9. Kelemahan otot
menelan
20
akan adanya bahaya dan penampilan peran. orang tua klien dan
memempukan individu c. Orang tua klien perasaan yang mungkin
untuk bertindak melaporkan tidak muncul pada saat
menghadapi ancaman. ada gangguan melakukan tindakan.
Batasan karakteristik : resepsi sensori. e. Berusaha memahami
Perilaku : d. Orang tua klien keadaan orang tua klien
1. Agitasi melaporkan tidak dna situasi stress yang di
2. Gelisah ada manifestasi alami orang tua klien.
3. Gerakan ekstra kecemasan secara f. Berikan informasi
4. Insomnia fisik. tentang diagnose,
5. Mengekspresikan e. Orang tua klien prognosis dan tindakan.
kekhwatiran karena melaporkan tidak g. Temani klien untuk
perubahan dalam ada manifestasi memberikan kenyamanan
peristiwa hidup perilaku akibat dan mengurangi
6. Tampak waspada kecemasan. ketakutan.
7. Kontak mata yang f. Oaring tua klien h. Anjurkan keluarga untuk
buruk dapat meneruskan menemani klien sesuai
8. Penurunan aktifitas yang kebutuhan
produktivitas dibutuhkan i. Motivasi orang tua klien
meskipun ada untuk mengungkapkan
kecemasan. perasaan, pengharapan,
g. Orang tua klien dan ketakutan yang di
menunjukkan alami
kemampuan untuk j. Identifikasi tingkat
berfokus pada kecemasan orang tua
pngetahuan dan klien
keterampilan yang k. Berikan aktivitas hiburan
baru. untuk mengurangi
h. Orang tua klien ketegangan.
dapat l. Bantu orang tua klien
mengidentifikasi untuk mengidentifikasi
gejala yang situasi yang
merupakan menyebabkan
indicator kecemasan.
kecemasan. m. Control stimulus sesuai
kebutuhan klien.
n. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
o. Ciptakan hubungan
saling percaya.
p. Bantu orang tua klien
untuk mengungkapkan
yang membuat cemas.
q. Tentukan kemampuan
oran tua klien dalam
membuat keputusan
r. Ajarkan orang tua
dengan teknik relaksasi
s. Observasi gejala verbal
dan nonverbal dari
kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan Peningkatan perkembangan
dan perkembangan asuhan keperawatan anak
Definisi : diharapkan a. Bina hubungan saling
Kondisi individu pertumbuhan dan percaya dengan anak.
21
menggalamai gangguan perkembangan anak b. Identifikasi kebutuhan
kemampuan bertumbuh adekuat, dengan khusus anak dan
dan berkembang sesuai kriteria : penerimaan yang
dengan kelompok usia a. Anak mencapai dibutuhkan.
Penyebab : pertumbuhan c. Bina hubungan saling
1. Efek ketidak normal yang percaya dengan memberi
mampuan fisik diharapkan sesuai perawatan.
2. Keterbatasaan usianya dengan d. Ajarkan pemberi
lingkungan berat badan, tinggi perawatan tenang tahap
3. Inkonsistensi badan, lingkar penting perkembangan
respon lengan, dan lingkar normal dan perilaku yang
4. Pengabaian lengan atas dalam berhubungan.
5. Terpisah dari rentang normal. e. Demonstrasikan aktifitas
orang tua dan/atau b. Anak mencapai yang meningkatkan
orang terdekat tahap pertumbuhan perkembangan kepada
6. Defisiensi fisik, kognitif dan pemberi perawatan.
stimulus kemajaun f. Fasilitasi pemberi
(SDKI) psikososial sesuai perawatan untuk
usia tanpa berhubungan dengan
keterlambatan sumber komunitas sesuai
perkembangan. kebutuhan.
c. Anak mencapai g. Fasilitasi integrasi antara
kematangan fisik anak dan teman
yang berkembang sebayanya.
secara normal h. Beri aktivitas yang
meningkatkan interaksi
di antara anak-anak.
i. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui pujian atau
umpan balik positif atas
usaha-usahanya.
j. Beri mainan atau benda-
benda yang sesuai
dengan usianya.
k. Bernyanyi dan berbicara
dengan anak
l. Motivasi anak untuk
bernyanyi dan menari.
m. Rujuk pengasuh ke
kelompok pendukung
sesuai kebutuhan.
Terapi nutrisi
a. Kaji status nutrisi
lengkap sesuai
kebutuhan.
b. Observasi asupan
makanan atau cairan dan
jumlah kalori harian.
c. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah kalori
dan jenis makanan yang
dibutuhkan anak sesuai
kebutuhan.
d. Kaji status nutrisi lengka
22
sesuai kebutuhan.
e. Observasi asupan
makanan atau cairan dan
jumlah kalori harian.
f. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah kalori
dengan jenis makanan
yang dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
g. Pilihkan suplemen nutrisi
sesuai kebutuhan.
h. Anjurkan oaring tua
utnuk memberikan
makanan tinggi kalsium
dan kalium sesuai
kebutuhan.
i. Berikan makanan tinggi
kalori tinggi protein.
j. Berikan perawatan mulut
sebelum makan sesuai
kebutuhan.
k. Bantu anak untuk posisi
duduk sebelum makan.
Monitor status nutrisi
a. Observasi berat badan
anak.
b. Amati interaksi orang tua
dan anak selama makan
sesuai kebutuhan.
c. Observasi turgor kulit
sesuai kebutuhan.
d. Observasi kekeringan
rambut.
e. Observasi kadar albumin,
protein total, Hb, Ht,
limfosit dan elektrolit.
f. Observasi pertumbuhan
dan perkembangan.
g. Observasi tingkat energy,
kelelahan dan
kelemahan.
h. Observasi adanya pucat,
kemerahan, konjugtiva
atau konjungtiva kering.
i. Observasi asupan kalori
dan nutrisi.
j. Observasi kelembaban
mukosa mulut.
k. Catat adanya edema,
kemerahan, dan
hipertrofi pada lidah dan
membrane mukosa oral.
l. Catat adanya perubahan
penting dalam status
nutrisi.
23
m. Kenalkan pada ahli gizi
sesuai kebutuhan
n. Berikan kondisi
lingkungan yang
mendukung saat makan.
D. Evaluasi
1. Klien menunjukkan frekuensi napas normal, bunyi napas bersih, tidak ada
2. Orang tua klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
dan perilaku
4. Orang tua klien mampu berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang
baru
kecemasan
24
6. Orang tua klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
1. Klien menunjukkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dalam
rentang normal
psikososial
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari dua factor
yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot umumnya akan
mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang tidak bertambah,
B. Saran
kehamilan.
2. Makanan ibu harus mencukupi nilai gizi serat nutrisi yang di butuhkan
25
DAFTAR PUSTAKA
26