REALITA
• OLEH
Ns. Nursaadah, M. Si
GANGGUAN ORIENTASI REALITAS
Ketidakmampuan klien menilai dan berespon terhadap realitas.
Ketidakmampuan membedakan rangsang kemampuan intelektual internal dan
eksternal
Ketidakmampuan membedakan lamunan dan kenyataan.
FAKTOR PREDISPOSISI:
1. Biologis
3. Sosial Budaya
Kemiskinan
Ketidakharmonisan sosial-budaya
Hidup terisolasi
Stres yang menumpuk
Tinggal di ibukota stressornya tinggi.
FAKTOR PRESIPITASI / PENCETUS
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Sumber : Biologis, psikologis, sosial budaya.
2. Asal (original): Diri klien atau lingkungan eksternal.
3. Waktu : Lama dan frekuensi stimulus.
4. Jumlah : Jumlah stimulus yang dialami.
FAKTOR PRESIPITASI UMUM :
1. Kondisi kesehatan
2. Kondisi lingkungan
3. Sikap dan perilaku klien.
SUMBER KOPING :
1. Klien : Identitas koping, kekuatan dan kemampuan yg masih dimiliki klien
2. Sumber daya dan dukungan sosial :
A. Pengetahuan Keluarga
B. Finansial Keluarga
C. Waktu dan tenaga keluarga yang tersedia.
D. Kemampuan keluarga memberikan asuhan
RENTANG RESPONS
Proses informasi dalam otak
Proses informasi adalah proses masuknya informasi yang akurat,
penyimpanan informasi dan pemakaian kembali informasi tersebut (lihat
bagan)
Masukan inform. Proses di Otak Respons perilaku
Sensoris Internal Perhatian pada informasi Gerakan Motorik
yang masuk
• Biokimia
• Emosi Proses Pikir
Diskriminasi informasi
Sensoris eksternal
• Penglihatan Respon sosial
Pengorganisasian
• Pendengaran
informasi menjadi
• Perabaan respon Respon emosi
• Pengecapan
Gambar 1. Proses Informasi dalam otak (Stuart dan Sundeen, 1995, h. 479)
PENYEBAB GANGGUAN PROSES INFORMASI
1. Informasi : A. Jumlah
B. Akurasi
2. Disfungsi anatomi dan neurofisiologi otak :
a. Reseptor penerima stimulus
b. Thalamus
c. Lobus frontal
d. Ganglia basal
3. Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)
Rentang Respons Neurobiologik
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Gagal berpikir abstrak Kurang mampu berencana
Tilik diri kurang tidak mampu memulai tugas
Berfikir tidak logis
ISI PIKIR
* Waham : Paranoid / curiga
Kebesaran, agama, somatik, nihilistik.
* Waham yang bizar : siar pikir
Sisip pikir, kontrol pikir
Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi.
Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan
menyalahartikan kesan terhadap kejadian.
Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan, pikiran, dan keinginan negatif / tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal.
Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan interpretasi personal tentang
realita pada diri sendiri atau orang lain sistematik.
JENIS WAHAM
Paranoid Nihilistik
Kebesaran Siar pikir
Agama Sisip pikir
Somatik Kontrol pikir
WAHAM
Kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten, dengan latar belakang
intelektual dan budaya (Rawlin, 1993).
Suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi / dipertemukan dengan realitas
(Haber, 1982).
Keyakinan yang salah / ide yang tidak tepat diubah dengan alasan logis / kenyataan nyata.
Defenisi Waham :
Waham agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Waham kebesaran
Klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham somatik
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham Sisip Pikir
Klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakan
kepada orang tersebut, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Penghambat keberhasilan tindakan keperawatan pada
klien waham
Cemas dan menghindari klien
Menguatkan waham
Berusaha membuktikan bahwa klien salah
Membuat tujuan yang tidak realistis
Masuk ke dalam sistem waham
Gagal mengklarifikasi kebingungan seputar waham
Tidak konsisten dalam intervensi
Melihat waham terlebih dahulu baru kliennya.
Prinsip tindakan keperawatan pada waham
Tetapkan hubungan saling percaya
Identifikasi isi dan jenis waham
Kaji pengertian waham
Kaji intensitas, frekuensi dan lamanya waham
Identifikasi stressor waham
Tempatkan waham dalam suatu kerangka waktu.
Identifikasi stres terbesar yang dialami baru-baru ini.
Hubungan onset waham dengan onset stress.
Jika klien bertanya apakah anda percaya waham tersebut,
katakan bahwa itu merupakan pengalaman klien.
Identifikasi kebutuhan emosional yang dipenuhi oleh waham.
Penuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh waham.
Sekali waham dimengerti, hindari dan jangan mendukung
pembicaraan berulang tentang waham.
II. FUNGSI PERSEPSI
A. Adaptif
Persepsi adalah: respons dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensasi sehingga individu dapat
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang diterima.
B. Maladaptif
1. Ilusi Ada stimulus, persepsi yang salah.
2. Halusinasi Tidak ada stimulus, ada persepsi
Intensitas dan proses terjadinya halusinasi
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Perabaan
Penghidu/pengiuman
DEFENISI HALUSINASI
Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang
lain tidak mendengarnya.
Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain
tidak melihatnya.
Halusinasi penghidu/penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain
tidak menciumnya.
Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan rasa makanan yang tidak
enak.
Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
PRINSIP TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI
A. ADAPTIF
Emosi digambarkan dalam istilah MOOD dan AFEK.
2. AFEK mengacu pada perilaku : gerakan tangan dan tubuh, ekspresi wajah
dan kenyaringan suara diamati ketika individu mengekspresikan dan
mengalami perasaan-perasaan dan emosi.
A. ADAPTIF
Perilaku motorik didasarkan pada budaya, usia dan penerimaan sosial.
Aktivitas dapat terlihat melalui aktivitas fisik klien.
Aktivitas motorik merupakan manifestasi fungsi kognitif, persepsi dan
afektif secara simultan.
B. MALADAPTIF
Perubahan motorik dimanifestasikan dalam :
1. Peningkatan / penurunan 7. Parkinson (gejala-gejala
tingkat aktivitas motorik. ekstrapiramidal)
2. Impulsif 8. Gerakan mata abnormal.
3. Manerisme 9. Grimasen
4. Automatisme 10. Afraksia
5. Stereotipi
6. Kataton
V. FUNGSI SOSIAL
A. ADAPTIF
Penyesuaian, kegagalan.
Ansietas
Komunikasi, kerusakan verbal.
Koping, keluarga: Potensial untuk pertumbuhan.
Koping, keluarga inefektif = kompromi.
Gangguan identitas pribadi
Kinerja peran, perubahan
Sindrom defisit perawatan diri (mandi / kebersihan, berpakaian /berias).
Gangguan harga diri.
Gangguan sensori - perseptual (uraikan)
Interaksi sosial, kerusakan.
Isolasi sosial.
Proses pikir, perubahan
Ketegangan peran pemberi perawatan, resiko tinggi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN LENGKAP
9. Jika pasien bertanya “apakah anda percaya hal tersebut”, katakan hal yang
sebenarnya, tapi harus tetap menghargai pendapat pasien.