Anda di halaman 1dari 2

Nama : Oktiana Duwi Firani

NIM : 131511133061

Kelas : A1 - 2015
Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Trauma Medula Spinalis dan Spinal Shock

Trauma
DEFINISI : Medula Spinalis Cedera medula spinalis dibagi
menjadi dua jenis :
Cedera pada tulang belakang baik
langsung maupun tidak langsung, 1. Traumatik : terjadi ketika
yang menyebabkan lesi di medula Medula spinalis berada di benturan fisik eksternal seperti
spinalis sehingga menimbulkan dalam kanalis vertebralis dari yang diakibatkan oleh
gangguan neurologis, dapat kolumna vertebral yang kecelakaan kendaraan bermotor,
menyebabkan kecacatan menetap dilindungi oleh ligamen, jatuh atau kekerasan, merusak
atau kematian (PERDOSSI, 2006). meninges, dan cairan medula spinalis.
serebrospinal (Gerard &
2. Non Traumatik : terjadi ketika
Bryan, 2013).
kondisi kesehatan seperti
penyakit, infeksi atau tumor
ETIOLOGI : mengakibatkan kerusakan pada
medula spinalis, atau kerusakan
Penyebabnya adalah akibat
MANIFESTASI KLINIS : yang terjadi pada medula
trauma langsung yang mengenai
spinalis yang bukan disebabkan
tulang belakang dan melampaui
Menurut Towarto (2007) yaitu: oleh gaya fisik eksternal.
batas kemampuan tulang
belakang dalam melindungi 1. Tergantung tingkat dan
saraf-saraf yang berada di lokasi kerusakan
dalamnya. Trauma tersebut
meliputi kecelakaan lalu lintas, 2. Perubahan reflex PEMERIKSAAN
kecelakaan olahraga, kecelakaan PENUNJANG :
3. Spasme otot
industri, kecelakaan lain, seperti 1. Pungsi lumbal
jatuh dari pohon atau bangunan, 4. Spinal shock
luka tusuk, luka tembak, dan 2. Sinar X
kejatuhan benda keras 5. Autonomic dysreflexia
(Muttaqin, 2008). 3. Computed Tomography (CT
6. Gangguan fungsi seksual Scan)

4. Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
KOMPLIKASI :
5. Mielografi
1. Perubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic
hyperreflexia)

2. Chronic kidney disease PENATALAKSANAAN :

3. Komplikasi dari immobilisasi : Deep vein thrombosis, 1. Imobilisasi


Lung infections,Skin breakdown, Muscle contractures
2. Stabilisasi medis
4. Increased risk of injury to numb areas of the body
3. Mempertahankan posisi normal vertebrae
5. Peningkatan risiko urinary tract infections
4. Dekompresi dan stabilisasi spinal
6. Kehilangan control bladder
5. Rehabilitasi
7. Kehilangan control bowel
SPINAL SHOCK

PATOFISIOLOGI :
ETIOLOGI :
DEFINISI : Syok spinal terjadi 4 fase, yaitu :
Spinal syok diakibatkan oleh
cedera medulla spinalis, sehingga Spinal Shock (syok spinal) 1. Fase arefleksia/hiporefleksia :
pembuluh darah perifer mengalami merupakan kehilangan terjadi 0-1 hari.
vasodilatasi. aktifitas otonom, refleks,
motorik, dan sensorik pada Tanda : hilangnya semua refleks
Cedera Tulang Belakang bisa daerah di bawah tingkat dibawah lesi akibat fungsi
juga disebabkan (Lee & Thumbikat, terjadinya cedera medula neuron sebagai lengkung refleks
2015) : spinalis. Syok Spinal terjadi mengalami hiperpolarisasi dan
sekunder akibat kerusakan tidak resposnsif input neural dari
a) 50% akibat kecelakaan lalu lintas; otak.
pada medula spinalis
40% kecelakaan domestik (seperti
(Kowalak, 2011).
jatuh tangga); dan 10% 2. Fase refleks inisial : terjadi 1-3
kecelakaan olahraga hari dengan kembalinya refleks
b) cedera tulang belakang akibat bubllbocavernosus akibat
trauma benda tajam dan tumpul, hipersensitivitas otot yang
dan di negara berkembang cedera PENATALAKSANAAN : distimulasi oleh
akibat jatuh dari pohon dan neurotransmitter.
sumur. 1. Pre hospital
3. Fase hiperrefleks awal : terjadi
2. Instalasi Gawat hari ke 4 sampai 1 bulan dengan
Darurat/IGD munculnya hiperrefleksia akibat
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
terbentuknya sinaps baru pada
3. Rawat Inap
1. Laboratorium neuron dibawah lesi.
4. Rehabilitasi.
Darah perifer lengkap, urine 4. Fase spastisitas : terjadi 1 tahun.
lengkap gula darah sewaktu Proses fase 3 dan 4 mengalami
ureum dan kreatinin analisa gas proses regenesasi sinaps yang
darah sama.

2. Radiologi

Foto vertebra posisi KOMPLIKASI :


AP/Lat/Odontoid dengan sesuai
1. Skin breakdown 5. Spasticity
letak lesi 11, CT scan / MRI jika
dengan foto konvensional masih 2. Osteoporosis 6. Dyreflexia
meragukan atau bila akan
dilakukan tindakan operasi 3. Pneumonia 7. Emboli Paru

3. Pemeriksaan EKG bila terdapat 4. Heteropic ossification


aritmia jantung

MANIFESTASI KLINIS :
1) Fase I (0-24 jam) : Deep tendon reflex, Muncul refleks kutsnes/polisinaps (bulbocavernosus) dan Refleks cremaster,
Bradiaritmia, Hipotensi b.d lesi cervical, Paralisis flacid
2) Fase II (1-3 hari) : Muncul refleks bulbocavernosus semakin kuat, Babinski sign, Deep tendon reflex
3) Fase III (4 sampai 1 bulan) : Retensi urine, Refleks achilles mendahului refleks patella, Babinski sign muncul
setelah refleks patella
4) Fase IV (1 tahun) : Hiperaktif refleks bulbocavernosus, Deep tendon reflex dan Babinski sign, Hipotensi Ortostatik,
Hipertensi Maligna

Anda mungkin juga menyukai