Anda di halaman 1dari 13

WOC FRAKTUR VERTEBRA

OLEH:

NADIA SYAFA FARIHAH

071202076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. GEDONG SONGO KEL. CANDI REJO KEC. UNGARAN BARAT KAB. SEMARANG
Pengertian
Pebatalaksanaan Medis Komplikasi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan 1. Penanganan Cedera Akut Tanpa Gangguan  Syok hipovolemik
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Faktur Neorologis  Mal union
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari Penderita dengan diagnose cervical sprain derajat  Non union
yang dapat diabsorbsinya. I dan II yang sering karena “wishplash Injury”  Delayed union
w
Vertebra merupakan tulang tak beraturan yang yang dengan foto AP tidak tampak kelainan  Tromboemboli, infeksi, kaogulopati
sebaiknya dilakukan pemasangan culiur brace intravaskuler diseminata (KID).
membentuk punggung dan mudah digerakan.
Fungsinya yaitu menahan kepala dan anggota untuk 6 minggu. Selanjutnya sesudah 3-6  Emboli lemak Saat fraktur, globula lemak
tubuh yang lain, melindungi organ-organ vital, minggu post trauma dibuat foto untuk melihat masuk ke dalam darah
sebagai tempat melekatnya tulang iga dan tulang adanya chronik instability  Sindrom Kompartemen
panggul, serta menentukan sikap tubuh. 2. Penanganan Cedera dengan Gangguan
Neorologis
Patah tulang belakang dengan gangguan
neorologis komplit, tindakan pembedahan
terutama ditujukan untuk memudahkan Etiologi
perawatan dengan tujuan supaya dapat segera  Kecelakaan lalu lintas
Patofisiologi diimobilisasikan. Pembedahan dikerjakan jika
 Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat
Tulang belakang yang mengalami gangguan keadaan umum penderita sudah baik lebih
jatuh dari ketinggian
trauma (kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian, kurang 24-48 jam. Tindakan pembedahan setelah
 Kecelakaan sebab olah raga (penunggang kuda,
cedera olahraga, dll) atau penyakit (Transverse 6-8 jam akan memperjelek defisit neorologis
karena dalam 24 jam pertama pengaruh pemain sepak bola, penyelam, dll)
Myelitis, Polio, Spina Bifida, Friedreich dari  Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra
ataxia, dll) dapat menyebabkan kerusakan pada hemodinamik pada spinal masih sangat tidak
stabil.  Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil
medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada
atau kondisi patologis yang menimbulkan penyakit
medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur
tulang atau melemahnya tulang.
dan dislokasi. Efek trauma yang tidak langsung
bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada
Pemeriksaan Penunjang
medulla spinalis disebut “whiplash”/trauma
indirek. Whiplash adalah gerakan dorsapleksi dan 1. Sinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis
Fase penyembuhan tulang
anterofleksi berlebihan dari tulang belakang cedera tulang (fraktur atau dislok)
secara cepat dan mendadak.  Tahap pembentukan hematom
2. CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
3. MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf  Tahap proliferasi
Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa spinal  Tahap pembentukan kalus
hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical (terutama 4. Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru  Osifikasi
pada T.12sampai L.2), rotasi. Kerusakan yang dialami 5. AGD :menunjukkan keefektifan  Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12
medulla spinalis dapat bersifat sementara atau pertukaran gas dan upaya bulan)
menetap.Akibat trauma terhadap tulang belakang, ventilasi
medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara
(komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh kembali
dalam beberapa hari.
NO SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif Bersihan jalan napas (L.01001) Manajemen jalan napas (I.01001)
(D.0149)
Definisi: kemampuan membersihkan secret Definisi: mengidentifikasi dan mengelola
atau obstruksi jalan napas untuk kepatenan jalan napas
mempertahankan jalan napas tetap paten,
Tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
selama 3x24 jam diharapkan klien dapat
menunjukkan perubahan dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas
- Batuk efektif - Monitor bunyi napas tambahan
- Dyspnea - Monitor sputum
- Sulit bicara
Terapeutik
- Gelisah
- Frekuensi napas - Pertahankan kepatenan jalan napas

- Pola napas dengan headlit dan chinlift


- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Berikan oksigen
Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari


- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik
2. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) Pola Nafas (L.1004) Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor pola nafas(frekuensi,
selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas pasien kedalaman, usaha nafas)
efektif dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
1. Ventilasi semenit Gurgling, mangi, wheezing, ronki kering)
2. Kapasitas vital - Monitor sputum
3. Tekanan ekspirasi - Pertahankan kepatenan jalan nafas
4. Tekanan inspirasi dengan head-tilt dan chin-lift
5. Dispea - Posisikan semi fowler
6. Penggunaan otot bantu nafas - Berikan minum hangat
7. Pernafasan cuping idung
- Lakukan fisioterapi dada
8. Frekuensi nafas
- Lakukan penghisapan lender kurang dari
9. Kedalaman nafas
15 detik
- Berikan oksigen
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari

- Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspetoran jika diperlukan
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)

Definisi: Definsi:

Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman


berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
fungsional, dengan onset mendadak atau kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
lambat dan berintensitas ringan hingga berat mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
dan konstan keperawatan sealama 3x 24 jam hingga berat dan konstan.
diharapkan nyeri pasien teratasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Kemampuan menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Kesulitan ridur memperingan nyeri
- Muntah - Berikan teknik nonfarmakologis untuk

- Mual mengurangi nyeri

- Pola napas
- Nafsu makan

4. Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi (L.06053) Manajaman Nutrisi (I.03119)

Definisi : Definisi:

Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
kebutuhan metabolisme yang seimbang

Setelah dilakukan asuhan keperawatan sealama - Identifikasi status nutrisi


3x 24 jam diharapkan status nutrisi pasien - Monitorasupan makanan
terpenuhi : - Monitor berat badan
- Monitor hasil pemerisaan laboratorium
- Porsi makanan yang dihabiskan
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Kekuatan otot pengunyah
- Anjurkan posisi duduk
- Kekuatan otot menelan
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
- Berat badan
makan ( misal pereda nyeri, antlemetik),
- Nafsu makan
jika perlu.
5. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi (I.05173)

Definisi: kemampuan dalam gerakan fisik dari Definisi: memfasilitasi pasien untuk
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. meningkatkan aktivitas pergerakan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam diharapkan klien dapat
Observasi
menunjukkan perubahan dengan kriteria hasil :
1. Nyeri  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
2. Kekuatan otot fisik lainnya
3. Pergerakan ekstermitas  Identifikasi toleransi fisik melakukan
4. Kecemasan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik

 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat


bantu
 Fasilitasi melakukan pergerakan
 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan

6. Defisit perawatan diri (D.0109) Perawatan diri (L.11103) Dukungan perawatan (I.11348)

Definisi: Definisi:

Kemampuan melakuan menyelesaikan Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan


aktivitas perawatan diri diri

Setelah dilakukan asuhan keperawatan sealama Tindakan


3x 24 jam diharapkan defisit perawatan diri
Observasi
teratasi :
- Identifiasi perawatan diri
- Kemampuan mandi
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
- Kemampuan mengenakan pakaian
kebersihan diri, berpakaian, dan berhias
- Kemanpuan
- Kempuan ke toilet(BAK/BAB) Terapeutik
- diri
- Dampingi dalam melakukan perawatan
diri
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tida
mampu melakukan perawatan diri
Edukasi

- Anjurkan melakukan perawatan diri


secara konsisten sesuai kemampuan

7. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L.02011) Manajemen sensasi perifer (I.06195)
(D.0009) Setelah dilakukan asuhan keperawatan sealama Observasi
3x 24 jam diharapkan perfusi perifer teratasi : - Identifikasi penyebab perubahan sensasi
1. Warna ulit pucat - Identifikasi penggunaan alat pengikat,
2. Kelemahan otot prosthesis, sepatu, dan pakaian
3. Turgor kulit - Periksa perbedaan sensasi panas dan
4. Tekanan darah sistolik dan diastolik dingin
5. Kram otot - Monitor perubahan kulit
6. Nyeri ekstremitas Terapeutik
- Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya
- Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid

DAFTAR PUSTAKA

Reksoprodjo Soelarto, (2018), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (2019), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Pearce, C.E. 2020 ; Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis ; PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Mustofa, Yunus. 2012. Askep Fraktur Kompresi Tulang Belakang (http://yunu5mu5tofa.wordpress.com/2012/01/24/askep-fraktur-kompresi-


tulangbelakang) diunduh 10 Juni 2014.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai