Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTURE CLAVIKULA

A. PENGERTIAN

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu dan atas dada.
Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang
mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga
jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2012).

Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju
anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula
disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut
ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder komplek merupakan sendi
yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder
komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular
joint, acromioclavicular joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint
dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).

Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi. Fraktur clavicula juga
merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor
melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang
terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian
fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau
tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2012).

B. ETIOLOGI

Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran bermotor,
olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).

Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada
bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban
digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula Kemungkinan akan mengalami
sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat
menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin perlu untuk membantu
pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan
(Medianers, 2011).

D. PATOFISIOLOGIS (PENYEMBUHAN)

Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau trauma. Hal ini
biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu.
Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh,
yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun,
baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam
keperawatansite, 2013).

E. PATHWAYS

Benturan Bahu kanan

Trauma akibat diselerasi/ akselerasi

Jaringan tertekan

Fraktur

Operasi

Post Operasi

Adanya Luka
Adanya gangguan

Istirahat dan tidur

Kerusakan Motorik

Penurunan Kerusakan dan ketahanan Otot

F. KOMPLIKASI

Komplikasi akut :

- Cedera pembuluh darah

- Pneumouthorax

- Haemotorax

Komplikasi Lambat :

- Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya namun
tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

- Non Union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan.

Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari klavikula Anda. Anda
mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh
darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang
alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis
lainnya.

2. Magnetic resonance imaging scan:

Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka
/klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau
pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.

3. X-ray

x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua klavikula Anda terluka
dan terluka dapat diambil.

H. MASALAH KEPERAWATAN / KOLABORATIF


Masalah keperawatan / kolaboratif pada pasien dengan frakture clavikula :

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik

2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas strukture tulang.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait medikasi.

I. PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah atau operative
treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.

Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan
pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang
menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang penting
pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak
jari dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.

2. Terdapat cedera neurovaskuler.

3. Fraktur comminuted.

4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).

6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya(malunion)

J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan 1

Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik

NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Skala nyeri berkurang

b. Klien mengatakan nyeri mulai berkurang

c. Ekspresi wajah klient rileks

d. Tidak adanya laporan nyeri


NIC : a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.

b. Catat kemungkinan patofisiologis yang khas, misalnya adanya infeksi, trauma servical

c. berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi, viskalisasi, latihan nafas dalam, berikan
aktivitas hiburan, kompres.

2. Diagnosa Keperawatan 2

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang

NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Tidak adanya kontraktur / footdrop

b. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit

c. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan.

NIC : a. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi

b. berikan bantu untuk latihan rentang gerak

c. bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai kemampuan

3. Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait medikasi.

NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a. Mampu mengontrol Kecemasan

b. Kualitas tidur dan istirahat adekuat

c. Respon terhadap pengobatan

NIC : a. Identifikasi tingkat kecemasan

b. Gunakan pendekatan yang menenangkan

c. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

K. DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif Watampone, 2009, p. 355-
356.
2. Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008. Availablefrom: URL:
http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html.

3. Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.

4. Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.2nd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.

5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from:URL


:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures

6. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.Bandung: Graha Ilmu
Publishing, 2009, p.3-4.

7. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:


URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur merupakan masalah yang banyak kita temukan dimasyarakat, fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya hubungan atau kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh trauma yaitu trauma
langsung yang disebabkan oleh taruma atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang, dan trauma
tidak langsung yaitu bila fraktur terjadi akibat rudapaksa dan mengalami fraktur disekitar rudapaksa
tersebut dan juga karena penyakit primer yaitu osteoporosis. Adapun jenis-jenis farktur yaitu fraktur
terbuka dan fraktur tertutup, dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan kasus seperti fraktur yang
sebagian besar fraktur ini disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, namun kebanyakan diantara masyarakat
tidak mengetahui bagaiman cara penanganan fraktur yang benar lebih-lebih pada penderita fraktur
terbuka, mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi pada masyarakat, banyak diantara masyarakat
yang lebih banyak memilih berobat kedukun ketimbang kepelayanan kesehatan, padahal apabila
penanganan fraktur terutama pada fraktur terbuka tidak segera ditangani secara medis sangat beresiko
terjadinya infeksi, mengingat golden periode 1-6 jam yaitu jika penanganan farktur terbuka ini mendpat
pertolongan secara medis lebih dari 6 jam maka sangat beresiko terjadinya infeksi bagi klien yang
mengalami fraktur atau patah tulang terbuka.

Adapun yang perlu diingat sebelum melakukan pengkajian yaitu melakukan pemeriksaan jalan nafas
(Airway) yaitu apakah ada gannguan pada jalan nafas seperti adanya benda asing,sekret atau darah,
Breathing (proses penafasan) yaitu frekuensi nafasnya normal atau tidak, dan Cirkulation (sirkulasi) yaitu
apakah ada tanda-tanda tejadinya syok, dan menanyakan sudah berapa lama kecelakaan terjadi sehingga
klien dibawa kepelayanan kesehatan atau Ruamah sakit karena jika lebih dari 6 jam maka sangat beresiko
terjadinya infeksi pada klien yang menderita patah tulang terbuka, kemudian melakukan pemeriksaan
fisik dengan cara heat totoes.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Diharapkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose
medis fraktur digiti manus terbuka.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kasus fraktur manus terbuka

b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan fraktur manus terbuaka

c. Menysusn rencana tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan

d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan

C. Ruang Lingkup Bahasan

Dalam penulisan laporan ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa
Medis Fraktur Digiti Manus Terbuka.

D. Tempat Dan Waktu Pengambilan Kasus

Tempat pengambialn kasus adalah diruang trauma (IRD) Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada tanggal 6
mei 2010.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi : pengertian, penyebab, patofisiologi, penatalaksanaan, askep teori (pengkajian, diagnosa


keperawatan, intervensi, pelakasanaan dan evaluasi )

BAB III Tinjauan Kasus

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Rencana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan

E. Evaluasi

BAB IV Pembahasan

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Fraktur

A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan. (E. Oerswari, 1989). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). FRaktur adalah
terpisahnya atau patahnya tulang (Doenges, 2000). Fraktur tertutup (closed) adalah bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.(Arif Mansjoer, 2000). Fraktur terbuka
(open/compound)adalah bila terdapat hubungan antar fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan dikulit. (Mansjoer, 2000). Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan
kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999).

B. Etiologi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu

1. Cederaatraumatik, cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh
dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. FrakturaPatologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah
satu proses yang progresif, lambat dan sakit atau nyeri.

c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin

D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi
kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.

3. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.

C. Patofisiologi

Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan
lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik
adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum
tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkn dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan
syndroma comportement.

D. Pathways

Inkontinuitas tulang pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar kerusakan fragmen tulang

Pergeseran frag tlg laserasi kulit spasme otot Tek.Sum2 tlg > tinggin dari kapiler

Deformitaas putus pena/arteri peningk.Tek. Kapiler reaksi stres klien

perdarahan pelepasan histamin melepaskan

katekolamin

Kehilangan Protein plasm

Memobilisasi volume cairan hilang Asam lemak


edema bergabung

dengan

trombosit

Penekanan

\ Pembuluh Darah Emboli

Penurunan Perfusi Menyumbat

Jaringan Pembuluh

darah

(http://blog.ilmu keperawatan.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan fraktur.htm)

E. Klasifikasi Fraktur

1. Jenis khusus fraktur

1) Bentuk garis patah

1) Garis patah melintang

2) Garis patah obliq

3) Garis patah spiral

4) Fraktur kompresi

5) Fraktur avulse

2) Jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan

3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.

2. Klasifikasi fraktur berdasarkan bentuknya

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :

1) Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.

d) Kontaminasi ringan.

2) Derajat II

a) Laserasi lebih dari 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

c) Fraktur komuniti sedang.

3) DerajatdIII

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta
kontaminasi derajat tinggi.

c. Frakturacomplete

Merupakan patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari
posisi normal).

d. Frakturaincomplete

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

F. Tahap Penyembuhan Tulang

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :

1) Fase hematom

Yaitu Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematom disekitar fraktur Setelah 24 jam suplai
darah di sekitar fraktur meningkat

2) Fase granulasi jaringan

a. Terjadi 1 – 5 hari setelah injury

b. Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis

c. Hematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan
osteoblastq

3) Fase formasi callus


a. Terjadi 6 – 10 hari setelah injuri

b. Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus

4) Fase ossificasi

a. Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh

b. Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan
tulang yang patah

c. Fase consolidasi dan remadelling

Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan
osteuctas.

5)

G. Tanda Dan Gejala

1. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. Rotasiapemendekanatulang.

b. Penekanan tulang

2. Bengkak

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan
fraktur.

3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5. Tenderness/keempukan

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur
di daerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah


H. Penatalaksanaan

1. Traksi

Yaitu secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali paaada extremitas klien. Tempat
tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang
patah. Kegunaan traksi adalah mengurangi patah tulang, mempertahankan fragme tulang pada psisi
yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki
deformitas. Jenis traksi ada dua macam yaitu traksi kulit biasanya menggunakan perekat sepanjang
extremitas kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik, penarikan biasanya
menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet biasanya menggunakan pin steinmen atau kawat kirshner
yan lebih halus biasanya disebut kawat k yan ditusukkan pda tulang kemudia pin tesebut ditarik dengan
tali, katrol dan beban.

2. Reduksi

Merupakan proses manipulasi pda tulang yang fraktur untukmemperbaiki kesejajaran dan mengurangi
penekanan serta meregangkan saraf da pembulh darah. Jenis reduksi ada dua yaitu reduksi tertutup
merupakan metode unuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan reduksi terbuka pada
reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur dilurskan selama pembedahan dibawah pengawasan langsung.
Pada saat pembedahan berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.

3. Fisioterapi

Alat untuk remobilisasi mencakup exercise terapiutik, ROM aktif dan pasif, ROM pasif mencegah
kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi, ROM dapat dilakukan pada
therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan
otot. (Smeltzer, 2001)

G. Prinsip Penanganan Fraktur

Ada 4 dasar penangan fraktur yaitu :

1. Rekognisi yaitu dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui
riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang relepan dan deskripsi tentang peristiwa yang
terjadi oleh penderita sendiri.

2. Reduksi yaitu usaha atau tindakan manipulasi fragmen-fragmen sepertileak asalnya.tindakan ini dapat
dilaksanakan secara efektif didalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips, untuk mengurangi nyeri
selama tindakan penderita dapat diberikan narkotik IV sedatif atau blok saf lokal.

3. Retensi yaitu setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dlam
posisi dan kesejajaran ang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
external meliputi gips, bidai, traksi dan teknikfiksator externa.
4. Rehabilitasi merupakan proses pengembalian tulang kefungs dan struktur semula dengan cara
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric
dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuase dan meningkatkan peredaran darah.
(FKUI. 1995).

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini meliputi :

1. Pengumplan Data Yaitu

a. Identias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamt, suku bangasa,
bahas yang digunakan seari-hari, status perkawinan,golongan darah, tanggal masuk Rumah sakit,
NRM,kdiagnosakmedis.

b. Keluhan Utama pada umunya keluhn utama pada kasus fraktur adalah nyeri, nyeri tersebut bisa akut
atau kronk tergantung lamnya serangan, untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien digunakan :

1) Provoking ncident Apakahapakah ada peristiwa yang menjadi faktor persifitasiknyeri.

2) Quality of Pain : sepertapa nyeri yang dirasakan atau yang digambarkan klien, apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau tertusuk.

3) Region : apakah rasa sakit bisa mereda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
saki terjadi atau lokasi rasa sakit tersebut.

4) Severity ( scale) of paint : seberapa jauh ras nyeri yang dirasakan kien bisa berdasarkan skala nyeri
atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhiifungsinya.

5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk.

2. Polai Fungsi Kesehatan

a. Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret


akibatikelemahanmreflekmbatuk.

b. Breathing

Kelemahan menelan/ batuk /melindungi jalan napas, timbulnya pernapasanyang sulitidan/ atauitak
iteratur, isuarai nafasi terdengar ironchi / aspirasi.

c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal
pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,isianosisipadaitahapilanjut.

d. Integritasaego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress


multiple,imisalnyaifinancial,ihubungan,igayaihidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

e. Makanan/cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis), malnutrisi (termasuk


obesitas), membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

f. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

g. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan
risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ;
Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayatitransfuseidarah/reaksiitransfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

h. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,


bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga
obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pascaioperasi).

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti :

1) Kesadaran penderita : composmentis, apatis, somnolen, spoor, koma gelisah tergantung pada keadaan
klien.

2) Kesakitan keadaan penyakit : akut kronok, ringan, sedang, berat, dan biasanya pada kasus fraktur
biasanya akut.

3) Tanda-tanda vital tidak normal Karena ada gangguan baik fungsi/bentuk.


b. Pemeriksaan head totoes

System integumen :

terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, odema,nyeri tekan.

Kepala :

tida ada gangguan yaitu normo cephalic, simetris, tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan.

Leher : tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

Wajah : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada odema.

Mata : tidak ada gangguan tidak anemis Karen tidak terjadi perdarahan.

Telinga : tes weber masih dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan.

Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada nafas cuping hidung.

Mulut dan faring :

Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

Torak:

Ins: Ada retraksi dinding dada, gerakan dada simetris.

Paru :

 Inspeksi : pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.

 Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus teraba sama.

 Perkusi : sonor, tidak ada suara tambahan lainnya.

 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, ronche.

Jantung :

 Inspeksi : tidak tanpak iktus

 Palpasi : Nadi meningkat

 Auskultasi : suaa S1 dan S2 tunggal.

Abdomen

 Inspeksi tidak distensi, bentuk datar, simetris.


 Tidak teraba masa, tidak ada pembesaran hepar.

 Perkusi : timpani, ada pantulan gelombang pantulan cairan

 Peristaltic usu normal ± 20 kali/menit.

Inguinal, Genetalia, Anus.

- Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB

c. Pemeriksaan Penunjang

1) FotoaRontgen, untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung, mengetahui tempat
dan type fraktur biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic.

2) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan


bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada traumammultiple) Peningkatan jumlah SDP adalah
respon stres normal setelah trauma

5) Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati
(Doenges, 2000).

B. Diagnosad Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994) Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif
dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.

4. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

C. Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

Diagnosa (1)

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi
yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari
enamabulan.

Tujuana:anyeriadapataberkurangaatauahilang.

Kriteria Hasil :

- Nyeri berkurang atau hilang

- Klien tampak tenang.

Intervensi :

a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri

c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ untuk mengetahui perkembangan klien

e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak
diinginkan.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

 luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi

a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.

b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.

c. Pantau peningkatan suhu tubuh.

R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.

d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan
plester kertas.

R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.

e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.

g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi
infeksi.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar
gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

Tujuan : infeksi tidak terjadi/terkontrol.

Kriteria hasil :

 Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

 Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.


 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi dan Implementasi :

a. Pantau tanda-tanda vital.

R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainasealuka,adll.

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, sepertiaHbadankleukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses
infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif kurang terpajan atau mengingat salah interpretasi informasi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

Kriteria Hasil :

 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.


d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

R/ Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan
yang

Anda mungkin juga menyukai