Anda di halaman 1dari 6

KEEFEKTIFAN PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ASTHMA

Abstrak: Berdasarkan survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 diketahui bahwa
penyakit saluran nafas merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di
Indonesia setelah penyakit gangguan pembuluh darah. Sebanyak antara 1,5 juta sampai 3
juta orang di Indonesia mengidap penyakit asma, dan kurang lebih sepertiga dari kasus
asma diantaranya adalah usia dewasa. Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran
nafas yang memberikan gejala–gejala batuk, mengi, dan sesak nafas. Masalah utama pada
pasien asma yang sering dikeluhkan adalah sesak napas. Untuk mengurangi sesak nafas
yaitu antara lain dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi
pasien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan
paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.

Tujuan: Mengetahui keefektifan pemberian posisi semi fowler pada pasien asma guna
mengurangi sesak nafas.

Hasil: Terbukti ada perbedaan sesak nafas antara sebelum dan sesudah pemberian posisi
semi fowler, dapat penelitian diperoleh hasil T-test sebesar -15,327 dengan p = 0,006.

Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler dapat efektif mengurangi sesak nafas pada
pasien asma.

Kata Kunci : Posisi semi fowler 450, Sesak nafas, Asma.

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Dalam rangka menghadapi pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusunya
dalam bidang kesehatan dan keperawatan. Kita sebagai ahli dari tenaga kesehatan diminta
untuk lebih mengerti akan situasi yang ada. Dimana sesuatu hal dapat terjadi diluar
keinginan kita.

Banyak hal yang harus kita ketahui khususnya dalam masalah kesehatan yang berupa
kesehatan individu, kelompok, keluarga dan lain sebagainya. Kita sebagai perawat
khususnya harus lebih paham dan mengerti megenai masalah kesehatan dan cara serta
tindakan utama yang harus kita berikan kepada pasien saat terjadi suatu masalah mengenai
kesehatan banyak orang. Seperti yang sudah tercantum dalam UUK No 38 2014 Pengertian
keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat

Khususnya dalam menanggapi keluhan pasien, seorang harus lebih mampu bersikap dan
memahami kondisi dari setiap pasien. Alhasil dari hal tersebut didapat perawat yang
berkompeten dan bertangung jawab sebagaimana mestinya

Di era globalisasi ini kit sebagai tenaga kesehatan di tuntut untuk lebih menguasai segala
sesuatu baik itu tindakan dalam keperawatan maupun tindakan dalam memberikan rasa
aman,dan nyaman serta penuh dengan kepercayaan terhadap diri pasien.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Tujuan dibuatnya penelitian mengenai “Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Dengan Gangguan Asthma” adalah untuk
mempermudah setiap pekerjaan perawat maupun orang – orang yang bersangkutan dalam
mempermudah pemberian jalan nafas pada pasien dengan gangguan system pernafasan
khususnya penderita asthma.

2. Tujuan

Menjadikan perawat dan pasien mandiri dalam melakukan tindakan pemberian pernafasan
pada penderita asthma dengan mudah dengan pemberian posisi semi fowler pada
penderita.

C. Sasaran

Semua kalangan mampu melalukan tindakan pemberian jalan nafas dengan mudah yaudah
dengan cara memposisikan penderita asthma dengan posisi semi fowler.
PEMBAHASAN

A. Definisi Pernafasan

Pernafasan atau respirasi adalah merupakan suatu proses yang bermula dari mengambil
oksigen, mengeluarkan karbohidrat dengan menggunakan kuasa didalam tubuh manusia.
Manusia akan bernafas dengan menghirup atau mengambil oksigen di dalam udara bebas
dan akan menghembuskan udara karbon dioksida keluar.

Mekanisme pernafasan terdiri dari beberapa kelakuan seperti menarik nafas dan
menghembuskan nafas. Hal ini juga akan melibatkan beberapa perubahan kepada otot
interkosta, tulang rusuk, diafragma, isi padu rongga toraks dan akan memberi tekanan udara
di paru-paru. Semasa kita menarik nafas, otot interkosta luar akan mengecut dan tulang
rusuk akan naik keatas. Hal ini juga akan membuatkan otot diafragma mengecut. Isi padu
rongga toraks akan bertambah serta tekanan udara didalam paru-paru akan menjadi rendah
dan tekanan udara di luar yang lebih tinggi akan menolak udara ke dalam paru-paru.

B. Transportasi Oksigen Dan Karbon Dioksida

Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan system kardiovaskular. Proses
penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru – paru (ventilasi),
aliran darah ke paru – paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa
oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
larut dalam plasma (Ahrens,1990)

Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relative kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian
besar oksigen di transportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa
oksigen dan karbon dioksida.

Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel – sel darah merah dan dnegan cepat dihidrasi
menjadi asam karbonat (H2CO3), akibat dari adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat
kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hidrogen
dibufer oleh hemoglobin dan HCO3- berdifusi kedlam plasma.

C. Pengaturan pernafasan

Tujuan utama pengaturan pernafasan ialah mensuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk
memenui kebutuhan tubuh, misalnya kebutuhan saat melakukan latihan fisik, infeksi, atau
masa kehamilan. Pengaturan pernfasan meningkatkan pengeluaran karbon dioksida, hasil
proses metabolism tubuh. Proses ini menentukan status asam – basa tubuh

Pernafasan dikendalikan oleh pengaturan saraf dan kimiawi. Pengaturan saraf


melibat kan system saraf pusat (SSP), pengontrolan frekuensi, kedalam dan irama
pernafasan. Pengaturan kimiawi melibatkan kerja zat – zat kimia, seperti ion karbon
dioksida dan ion hydrogen dengan kecepatan dan kedalaman pernafasan.

D. ASTHMA

Asma adalah penyakit pada saluran pernafasan yang obstruktif intermiten, bersifat
reversible dan ditandai dengan adanya penyempitan jalan nafas. Tanpa pengelolaan yang
baik penyakit asma akan mengganggu kehidupan penderita dan akan cenderung mengalami
peningkatan, sehingga dapat menimbulkan komplikasi ataupun kematian. Oleh karena
itulah dibutuhakan suatu penanganan untuk mengembalikan fungsi paru kembali maksimal
salah satunya dengan tindakan posisi semifowler 45°.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan posisi semifowler 45° dalam
mengontrol frekuensi nafas pada pasien asma bronchial. Kesimpulan dalam studi kasus ini
adalah terdapat perubahan pola pernafasan saat sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
pemberian posisi semifowler 45°pada pasien dengan asma bronchial dimana karakteristik
pernafasan klien menjadi teratur, frekwensi pernafasan dalam batas normal 16-24x/menit,
dan tidak ada gambaran apnea. Dengan adannya penelitian ini diharapkan tindakan ini
dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan madiri untuk mengontrol frekuensi nafas
pada pasien asma.

Proses Fisiologis Yang Mempengaruhi Oksegenisasi

PROSES PENGARUH PADA PROSES OKSIGENISASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Racun Inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli

Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena


konsentrasi aksigen atmosfer yang rendah

Demam Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan


oksigen di jaringan

Penurunan gerakan dinding Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan


dada (mis. Dari kerusakan diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
muskuloskeletal) menurunkan volume udara yang diinspirasi
E. Memindahkan Dan Memposisikan Klien

Adapun tujuan dari pemindahan posisi klien yang mengalami gangguan pernafasan asthma
ialah untuk mempermudah klien dalam berespirasi. Banyak alasan untuk mengubah posisi
klien, termasuk meningkatkan kenyamanan, mengembalikan fugsi tubuh, mencegah
deformitas, meredakan tekanan, mencegah ketegangan otot, menstimulasi pernafasan dan
sirkulasi yang benar, memberikan pengalihan (diversi), dan memberikan terapi
keperawatan. Penting untuk menjelaskan kepada klien mengenai pemindahan posisi tidur,
karena pemahaman klien penting untuk mempertahankan posisi yang baru.

Terkadang memindahkan posisi klien merupakan bagian dari terapi yang penting yang
freluensinya di tetapkan sendiri oleh penyedia layanan kesehatan. Selain itu ada beberapa
hal yang tidak diperbolehkan melakukan pemindahan posisi, yaitu biasanya pada pasien
yang mengalami fraktur.

Dalam pemahaman ini penting pemindahan posisi bagi klien yang mengalami gangguan pola
nafas, seperti asthma. Pemindahan posisi yang ditujukan berfungsi untuk memberikan
keringanan saat bernafas. Seperti yang kita ketahui klien yang menderita gangguan astma
sulit untuk bernafas dengan normal dikarenakan adanya penyempitan lumen yang
mengakibatkan klien sulit bernafas.

Dengan pengaturan posisi khususnya pengaturan posisi semi fowler diharapkan dapat
membantu klien dalam mempermudah jalan nafas. Dengan posisi badan agak tinggi
dibandingkan dengan posisi bagian abdomen hingga kaki.

Manfaat dari posisi semi fowler pada pasien asthma ialah membantu mempermudah jalan
mafas dengan memanfaatkan gaya grafitasi budi dalam mengembangkan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma (Burn dalam Potter, 2005).

Menurut Doengoes (1999) bahwa pengaturan klien dalam posisi tidur semi fowler akan
membantu menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru – paru
maksimal serta mengatasikerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus. Dengan posisi semi fowler, sesak nafas akan berkurang dan sekaligus
akan meningkatkan durasi tidur klien.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma dilakukan sebagai cara untuk membantu
mengurangi sesak nafas. Posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 450 yaitu dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi
tekanan dari abdomen pada diagfragma.

Hasil penelitian pemberian semi fowler mengurangi sesak nafas sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kim (2004) bahwa pemberian posisi semi fowler dapat mengurangi
sesak nafas pada pasien asma.

Dijelaskan oleh Wilkison (Supadi,dkk 2008:98) bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan
tubuh dinaikkan 450 membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat sehingga
memperingan kesulitan dalam bernafas. Penurunan sesak nafas tersebut didukung juga
dengan sikap pasien yang kooperatif, patuh saat diberikan posisi semi fowler sehingga
pasien dapat bernafas.

Sehingga pada pasien asma disarankan diberikan posisi semi fowler karena mempengaruhi
berkurangnya sesak nafas sehingga kebutuhan dan kualitas tidur pasien terpenuhi.
Terpenuhinya kualitas tidur pasien membantu proses perbaikan kondisi pasien lebih cepat.

B. SARAN

Saran yang dapat disampaikan dalam artikel ini ialah, kita sebagai tenaga medis khusunya
bidang keperawatan harus mampu memahami mengenai pengaturan posisi pada pasien,
baik posisi semi fowler, dorsal maupun posisi lainnya.

Khususnya pada posisi semi fowler seorang perawat harus mampu bertindak dengan sebaik
mungkin sesuai dengan tatanan pemindahan posisi yang ada. Seorang perawat harus
mampu menempatkan diri dengan kondisi dalam setiap pengambilan keputusan untuk
melakukan tindakan

Anda mungkin juga menyukai