Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

POST OP LAPARATOMI ILEUS OBSTRUKTIF

DI SUSUN OLEH :

NAMA : YULIANUS KLAU


NIM :
PRODI : PRPFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

JAYAPURA

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR SCAPULA

A. Definisi

Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas


tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisis atau kartilago. Diperkirakan
66% dari semua cedera dapat berdampak pada system musculoskeletal, seperti
fraktur dan cedera jaringan lunak. Ketika terjadi fraktur, diperlukan perbaikan
yang luar biasa untuk regenerasi tulang kembali ke keadaan semula. Pada saat
terjadi fraktur tulang, kekuatan fisik yang menyebabkan fraktur tersebut juga
menimbulkan kerusakan pada jaringan / struktur di sekitarnya. Fraktur dapat
dijelaskan berdasarkan posisi anatomis dan susunan fragmen.(Chang, John &
Dough 2010).

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula


dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Fraktur Scapula
tidak lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
(Chang, John & Dough 2010). Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher,
prosesus akromion dan prosesus korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan
gejala nyeri serta pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.

B. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi fraktur, fraktur scapula di bedakan menjadi 3 tipe


(Gustilo 1993) :

1. Tipe 1 : fraktur yang melibatkan tulang scapula


2. Tipe 2 : fraktur yang melibatkan coracoid dan acromion
3. Tipe 3 : fraktur yang melibatkan sudut lateral superior, termasuk Tulang genoid
dan leher.
C. Etiologi

Etiologi fraktur scapula adalah (Koval 2006) :

1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan terentang
Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:
1. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
a. Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh ).
b. Benturan tidak langsung (benda metal).
2. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan fraktur yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula atau
mentatarsal pada olahragawan, militer maupun penari. .
3. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti tumor
maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur
yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.

D. Patofisiologi

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,2002). Trauma pada tulang dapat
menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat
berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai
kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Tulang scapula terletak di sebelah posterior tulang kostal yang berbentuk pipih
seperti segitiga dan merupakan tempat melekatnya otot yang berfungsi untuk
menggerakkan lengan atas dan lengan bawah. Kondisi anatomis ini memberikan
dampak terjadinya fraktur tertutup lebih sering dibandingkan dengan terjadinya
fraktur terbuka pada tulang scapula. Bahkan menurut Gibson (2002) fraktur
scapula tidak lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada
dinding dada.
Cedera pada tubuh atau pada tulang skapula merupakan akibat dari pukulan
langsung dengan kekuatan yang signifikan, seperti dari kecelakaan kendaraan
bermotor atau jatuh. Fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena osteoporosis
sehingga kekuatan tulang dapat menurun.
Fraktur scapula paling sering disebabkan oleh pukulan langsung posterior.
Merupakan akibat dari jatuh dengan tangan keluar dan diregangkan atau jatuh
pada aspek lateral bahu. Kondisi tersebut mungkin juga dapat mengakibatkan
patah glenoid atau leher. Sedangkan jatuh yang terjadi di ujung bahu mungkin
akan menyebabkan patah akromion atau coracoid dan sering dikaitkan dengan
cedera pada sendi acromioclavicular. Kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh
adalah penyebab paling umum dari fraktur scapula (Gustilo, 1993).
Badan scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang biasanya
juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi
pada sendi sternoclavikularis. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat
pukulan atau jatuh pada bahu. Prosesus korakoideus dapat mengalami fraktur
pada dasarnya atau mengalami avulse pada ujungnya. Fraktur pada acromion
adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur pada pinggir glenoid dapat terjadi
bersama dislokasi bahu.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi yang terjadi pada fraktur scapula sebagai berikut (Gustilo 1993) :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan pada scapula ( loksi yang terjadi kerusakan tulang)
3. Pembengkakkan
4. Hilangnya fungsi tulang
F. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
tes diagnostik seperti:
1. Scan Computed Temography (CT)
CT scan merupakan salah satu alat pencitraan di bidang radiologi 1t yang
cukup sensitif dalam menegakkan diagnosa. CT scan kadang-kadang
digunakan untuk mendiagnosa fraktur intra-artikular atau stress fraktur pada
AC joint. Meskipun demikian CT scan terbatas untuk menilai sekitar jaringan
lunak termasuk kapsula, ligament dan sendi sinovial.

Gambar 6 : CT Scan Scapula (Wiss 2013)

2. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau


menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma.
3. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung dan
Mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah
dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic.
Gambar 7 : Foto Rontgen Scapula (Wiss 2013)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk fraktur scapula menurut Kneale (2011) yaitu:
1. Jika klien mengalami patah tulang karena kecelakaan , hal pertama yang
harus diperhatikan adalah posisi lurus dan sejajarkan seperti bentuk tubuh
yang seharusnya. Hindari posisi menekuk karena hal ini justru akan
memperparah adanya fraktur tulang scapula.
2. Hampir sama pada setiap fraktur, jika terjadi nyeri berikan obat-obatan yang
dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien mungkin perlu obat
antibiotic atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
3. Pertahankan gerakan lengan seminimal mungkin. Untuk mengurangi adanya
inflamasi .Pemberian analgesic seperti Aspirin , ibuprofen (Motrin, Advil),
dan acetaminophen (Tylenol) efektif menghilangkan rasa nyeri pada orang
dewasa, hindari penggunaan aspirin pada anak-anak.
4. Penanganan lanjutan dilakukan dengan cara pembedahan . Penanganan
tergantung pada derajat pergeseran. Fraktur sederhana memerlukan mitela
lebar untuk jangka pendek sebelum mobilisasi. Fraktur lainnya mebutuhkan
manipulasi tertutup, dilanjutkan dengan pemakaian mitela. Pada fraktur
displaced lebih berat, yang melibatkan permukaan artikular, diperlukan
reduksi terbuka dan fiksasi internal.
5. Setelah dilakukan penanganan lanjutan, klien dengan fraktur scapula
disarankan pergi ke dokter untuk memeriksa kemajuan penyembuhannya dan
menentukan adanya komplikasi atau tidak.
6. Modifikasi spika bahu (gips Clavikula) atau balutan berbentuk angka delapan
atau strap klavikula.
Metode ini dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu
ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap
klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera
kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan
saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa
pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan
pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus
ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. (gayle 2001)
7. Manajemen Keperawatan (ROM)
Latihan ROM dapat dibedakan antara pasif dan aktif. Latihan ROM pasif
adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada
setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total ,sedangkan latihan
ROM aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal. (Suratun 2008).
Pada fraktur scapula bentuk latihan Perawatan untuk pasien aktif adalah
memperingatkan klien untuk mengangkat lengan di atas bahu sampai ujung
tulang yang fraktur telah bersatu (sekitar 5 minggu). Latihan bahu dilakukan
supaya bahu dapat bergerak bebas. Aktivitas yang kuat dibatasi selama 3
bulan. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
setelah pasca nyeri akut lewat untuk pasien yang sadar.
Adapun cara melakukan ROM secara aktif adalah sebagai berikut .
Bagian Tubuh Jenis Jenis Pergerakan Derajat Otot Primer
Sendi
Bahu Sendi bola Fleksi : Angkat lengan 180 Korakobraki
lesung dari posisi samping ke 45-60 alis, bisep
atas kepala dengan brakii,
arah ke depan deltoid,
pektoralis
mayor
Ekstensi : Kembalikan 180 Dorsi
lengan ke posisi latisimus,
disamping tubuh teres mayor,
trisep brakii
Hiperekstensi : 45-60 Dorsi
Gerakkan lengan ke latisimus,
belakang tubuh, teres mayor,
pertahankan siku lurus deltoid
Abduksi : Naikkan 180 Deltoid,
lengan ke arah samping supraspinat
ke atas kepala dengan us
telapak tangan
menjauhi kepala
Aduksi : Rendahkan 320
lengan ke samping dan Pektoralis
melewati tubuh sejauh mayor
mungkin
Rotasi internal : 90
Dengan siku Pektoralis
difleksikan, rotasikan mayor,
bahu dengan Dorsi
menggerakan lengan latisimus,
hingga ibu jari teres mayor,
bergerak menghadap subskapular
ke depan dan belakang. 90 is
Rotasi eksternal :
Dengan siku
difleksikan, gerakan Infraspinatu
lengan hingga ibu jari s, teres
bergerak ke atas dan ke Infraspinatu
samping kepala 360 s, teres
mayor,
Sirkumduksi : Gerakan deltoid
lengan dalam satu
lingkaran penuh Deltoid,
(Sirkumduksi adalah korakobraki
kombinasi dari semua alis, dorsal
pergerakan sendi ball- latisimus ,
and-socket) brakoradioa
li

Gambar 14 : Latihan ROM untuk pasien dengan fraktur scapula dan klavikula.
(Carpenito 2009).

8. Anjurkan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk meringankan inflamasi


setelah dilakukan tindakan.
H. Komplikasi
Komplikasi akut :
1. Cedera pembuluh darah
2. Pneumouthorax
3. Haemothorax
Komplikasi lambat :
Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
I. Prognosis Fraktur Scapula
Sebagian besar patah tulang nondisplaced skapula akan sembuh tanpa operasi.
Prognosis yang baik untuk kembali ke aktivitas fungsional jika keharmonisan
tulang dan stabilitas glenohumeral dikembalikan. Fraktur neck dari skapula atau
intra-articular glenoid fractur adalah yang paling memungkinkan untuk merasa
sakit berkepanjangan dan kehilangan jangkauan gerak bahu. Prognosis Patah
tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
J. Pencegahan
Banyak jenis fraktur yang dapat dicegah dengan menggunakan peralatan
pengaman seperti; sabuk pengaman , supaya dapat mengurangi insiden kecelakaan
kendaraan bermotor, perilaku mengendarai kendaraan yang baik dan penggunaan
mesin pabrik yang baik dapat mencegah cedera traumatik, yang dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan fraktur, meskipun
terutama orang-orang pada usia muda suka mengambil kegiatan yang beresiko,
bahaya yang berhubungan dengan mesin pabrik tidak dapat dianggap remeh,
peringatan ketika berolahraga.  Di rumah sakit disediakan  peringatan  keamanan,
lantai yang bersih. (Chang, John & Dough 2010).

K. WOC
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Umum


1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas klien, meliputi : usia (kebanyakan terjadi pada usia
muda) jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut
saat berkendara tanpa menggunakan helm)
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri dan gangguan dalam mengangkat
bahu ke atas, keluar, dan kebelakang toraks (rotasi). Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri yang dialami
pasien, perawat harus menggunakan metode PQRST.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya patologis
tulang, kelainan tulang, infeksi tulang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh dari tempat tidur atau
trauma lain. Terjadi pembengkakan pada daerah yang terjadi
beberapa hari setelah trauma.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Pengkajian ini mengenai bagaimana kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-harinya. Pasien dengan fraktur clavicula
dan scapula akan mengalami keterbatasan kemampuan dalam
menggunakan ekstremitas atas sehingga pemenuhan ADL akan
terganggu.

e. Psikososialspiritual
Pengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien
diperlukan untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,
serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam keluarga maupun masyarakat. Kaji apakah ada dampak yang
timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmamupuan melakukan aktivitas normal, dan gangguan citra
diri. Kaji apakah klien yang menjalani riwayat rawat inap akan
berdampak pada status ekonomi klien karena perawatan dan
pengobatan memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan. Hal ini dapat menganggu keuangan keluarga sehingga
memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klin dan keluarga. Perawat
juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis mengenai dampak
gangguan neurologis terhadap gaya hidup.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan system pernapasan didapatkan bahwa klien fraktur
klavikula mengalami gangguan pernapasan seperti pneumothorax,
karena letak tulang clavicula dan scapula berdekatan dengan paru-
paru. Biasanya pergerakan dada pada pasien akan bergerak tertinggal
pada lokasi yang terjadi trauma.
b. B2 (Blood)
Pemeriksaan fisik yang mengacu pada pengkajian organ bagiandengn
sirkulasi darah
c. B3 (Brain)
Pemeriksaan saraf cranial:
1) Saraf I. biasanya tidak ada kelainan pada klien fraktur klavikula
dan tidak ada kelainan dan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam
kondisi normal.
3) Saraf III, IV, VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata dan pupil isokor
4) Saraf V. umumnya, klien fraktur klavikula tidak mengalami
paralisis pada otot wajah. Selain itu, refleks kornea tidak ada
kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajh
simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
7) Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada defesiasi pada satu sisi dan
tidak ada vasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah dan karakterikstik
urin termasuk berat jenis urin. Biasanya klien fraktur klavikula tidak
mengalami kelainan pada system ini.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi dan bising usus normal.bila tidak disertai nyeri
hebat, mual dan muntah. Pada defekasi tidak ada kelainan.
f. B6 (Bone)
1) Look : Pada fase awal cidera klien terlihat menggendong lengan
pada dada untuk mencegah gerakan. Suatu benjolan besar atau
deformitas pada bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-
kadang fragmen yang tajam mengancam kulit.
2) Feel : Didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan.
3) Move:Ketidakmampuan mengantar bahu ke atas, keluar, dan
kebelakang toraks. (Zairin 2012).
3. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang sering dikeluhkan klien adalah sebagi berikut:
a. Nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal.
c. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka
operasi
e. Gangguan mobilitas fisik
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik perawatan selama …JAM, Observasi
nyeri akut klien berkurang
1. Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil: karakteristik durasi,
frekuensi, kualitas dan
Kontrol Nyeri intensitas nyeri
Melaporkan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
terkontrol meningkat 3. Identifikasi factor yang
Kemampuan mengenali memperberat dan
onset nyeri memperingan nyeri
Klien mampu mengurangi Terapeutik
rasa nyeri Teknik non 4. Berikan tekik non
farmakologis farmakologis untuk
Keluhan nyeri menurun mengurangi nyeri
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
7. Pertimbangkan jensi dan
sumber nyeri dalama
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
8. Jelaskan penyebab
periode dan pemivu
nyeri
9. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan Teknik non
farmaklogis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
5. Pemberian analgesic
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
fisik b.d kerusakan perawatan selama … jam, (1.05173)
integritas struktur tulang mobilitas fisik meningkat
membaik dengan kriteria Observasi:
hasil: - Identifikasi adanya nyeri
Mobilitas fisik atau keluhan fisik
meningkat lainnya
- Identifikasi toleransi
1. Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
2. Kekuatan otot pergerakan
3. ROM - Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisas

Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (missal pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, Jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misal. duduk
di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
daritempat tidur ke
kursi)

Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


peningkatan paparan perawatan selama … jam,
organisme pathogen risiko infeksi dapat Observasi
lingkungan teratasi dengan kriteria9. Monitor tanda dan gejala
hasil: infeksi lokal dan
Kontrol infeksi sistemik
6. Kemampuan
mengidentifikasi factor Terapeutik
risiko meningkat
10.Batasi jumlah
7. Kemampuan melakukan
pengunjung
strategi control risiko
11.Cuci tangan sebelum dan
meningkat
sesudah kontak dengan
8. Kemampuan
pasien atau lingkungan
mengidentifikasi factor
pasien
risiko meningkat
12.Pertahankan Teknik
aseptic pada pasien yang
berisiko tinggi

Edukasi :

13. Jelaskan tanda


dan gejala infeksi
14. Ajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
15. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
16.Anjurkan eningkatkan
asupan nutrisi
17.Anjurkan eningkatkan
asupan cairan
18.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari tindakan yang diberikan
antara lain :

a. Nyeri dapat terkontrol


b. Aktivitas meningkat
c. Ansietas dapat berkurang
d. Tidak terjadi infeksi pada daerah perlukaan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik


Klinis Edisi 9.Jakarta : EGC
Chang E., John D. & Dough E.2010.Patofisiologi Aplikasi pada praktik
keperawatan. Jakarta : EGC

Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip In: Fractures and Dislocations.
Philadelphia: Mosby
Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika

Henderson, M.2002. Ilmu Bedah untuk Perawat Alih Bahasa : Dr. Andry
Hartono.Jakarta :EGC

Kiki, tanpa tahun. Fraktur Clavicula. Tersedia di


http://www.academia.edu/9436160/FRAKTUR_CLAVICULA. Diakses
pada tanggal 18 Maret 2015. Pukul 20: 56
Kneale, J & Davis, P. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2. Jakarta:
ECG.

Koval, Kenneth J. & Zuckerman, Joseph D. 2006. Handbook of Fractures Third


Edition. Philadelphia: Lippinccot Williams & Wilkiins

Mangku G, Senapathi T.G.A, et al. 2010.Penatalaksanaan Nyeri. Dalam : Buku


Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat : Indeks

Price S.A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
ProsesPenyakit (Edisi 6) Buku II.Jakarta: EGC

Pusponegoro, Darmawan K., dkk. 2013. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.


Tangerang: Binarupa Aksara Sjamsuhidayat R. & Jong W.2005. Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta: EGC

Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal:Seri Asuhan


Keperawatan .Jakarta: EGC.
Stover, Susan M. 2012. Pdf Scapular Fracture and stress Fractures in
Racehorses. Racing Injury Prevention Program
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Watson, Roger.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.Jakarta : EGC

Wibowo, Paryana W.2009. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh


Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing

Wiss, Donald.A. 2013. FracturesThird Edition. Philadelpia : Lippincot Williams &


Wilkins.

Zuckerman, Joseph. D, et al. 2011. Shoulder Fractures : The Practical Guide to


Management. New York: Thieme Medical Publisher

Anda mungkin juga menyukai