Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR KLAVIKULA A.

DEFINISI Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksteral yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Carpenito, 1999). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000).

B. ETIOLOGI Dahulu dipercaya bahwa fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar / tertarik ke luar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Nowak, et al dan Nordqvist & Petersson, patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik ke luar hanya terjadi pada 6% kasus sedangkan yang lainnya karena trauma pada bahu (Rubino, 2011). Mekanisme umum dari terjadinya fraktur klavikula yaitu hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras pada bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. 70% fraktur klavikula yang terjadi akibat kecelakaan (Rubino, 2011).

C. KLASIFIKASI Klasifikasi patah tulang (fraktur) secara umum adalah: a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar

1. Fraktur tertutup (closed) Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi

2. Fraktur terbuka (open / compound) Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur jenis ini dibagi menjadi: a) Grade 1 : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot b) Grade 2 : seperti grade 1, dengan memar kulit dan otot c) Grade 3 : luka sebesar 6 8 cm dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf otot dan kulit b. Berdasarkan luas dan garis 1. Fraktur komplit Bila garis patah menyeberang dari satu sisi ke sisi lain dan mengenai seluruh korteks 2. Fraktur inkomplit Bila garis patah tidak menyeberang sehingga masih ada korteks yang utuh c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

1. Fraktur spiral Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi 2. Fraktur transversal Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung 3. Fraktur kompresi Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain

4. Fraktur oblik Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi

5. Fraktur avulsi Fraktur yang diakibatkan trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang

d. Berdasarkan jumlah garis patah 1. Fraktur kominutif Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan 2. Fraktur segmental Garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan 3. Fraktur multipel Garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang 1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser)

Garis patah lengkap tapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh 2. Fraktur displaced (bergeser) Terjadi pergeseran fragmen tulang yang disebut juga dislokasi f. Fraktur kelelahan : fraktur yang diakibatkan tekanan yang berulang-ulang g. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan proses patologis tulang

Fraktur klavikula sendiri diklasifikasikan secara mekanik dan anatomis menjadi:

a. Fraktur klavikula tengah (kelas A) Merupakan 80% kasus fraktur klavikula Terjadi pada tulang yang lemah dan tipis Umumnya terjadi pada pasien yang muda Biasanya terjadi karena trauma langsung maupun tidak langsung pada bagian lateral bahu akibat dari jatuh, olah raga, dan kecelakaan kendaraan bermotor b. Fraktur klavikula lateral / distal (kelas B) Terjadi akibat tekanan langsung pada bahu dari arah atas. Fraktur tipe ini dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligamen coracoclavicular Tipe I Merupakan jenis patah tulang yang umum pada daerah distal tanpa adanya pergeseran tulang maupun gangguan ligamen coracoclavicular

Tipe II o Tipe II A Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang dan ligamen coracoclavicular masih melekat pada fragmen

o Tipe II B Terjadi gangguan ligamen, salah satu atau keduanya terkoyak

Tipe III Injuri meliputi permukaan articular dari sendi acromioclavicular. Biasanya berhubungan dengan cedera neuromuskular

c. Fraktur klavikula medial (kelas C) Terjadi karena tekanan langsung pada dada sebelah anterior.

D. PATOFISIOLOGI
Jatuh atau terkena pukulan benda keras

Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu

Fraktur Klavikula

Kerusakan integritas jaringan

Diskontinuitas tulang

Nyeri akut Pembengkakan dan perubahan warna lokal

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Pergeseran fragmen tulang

Nyeri akut

Kerusakan integritas kulit

Deformitas

Injury pada arteri subklavikula

Risiko infeksi

Gangguan fungsi Perdarahan Gangguan mobilitas fisik

E. MANIFESTASI KLINIK Rasa sakit pada bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan Nyeri tekan pada daerah fraktur Terdengar krepitasi pada setiap gerakan Terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen tulang yang patah Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang menyertai fraktur

F. TES DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Adanya deformitas, seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka) b. Palpasi Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi. Palpasi pada daerah distal terjadinya fraktur meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test c. Gerakan Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur 2. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologis Dilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two yang terdiri dari: Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateral Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan distal Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cedera maupun tidak (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan b. Pemeriksaan laboratorium Hb dan Ht mungkin rendah akibat perdarahan LED meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas Ca dan P dalam darah meningkat pada masa penyembuhan c. Pemeriksaan arteriografi Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular akibat fraktur

G. PENATALAKSANAAN Pada prinsipnya penanganan fraktur klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan tulang dengan tingkat morbiditas, kehilangan fungsi, dan kelainan bentuk yang minimal 1. Tindakan nonoperatif Tindakan nonoperatif dilakukan dengan cara mengurangi gerakan pada daerah yang mengalami fraktur. Tindakan ini bertujuan untuk

menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: Modifikasi spika bahu (gips klavikula) Balutan berbentuk angka delapan Strap klavikula Tindakan-tindakan tersebut dapat digunakan untuk mereduksi fraktur, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila menggunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan untuk mencegah fraktur kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan selama imobilisasi, pasien diperbolehkan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. 2. Tindakan operatif (pembedahan) Tindakan operatif (pembedahan) dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut: Fraktur terbuka Terdapat cedera neuromuskular Fraktur comminuted Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih Rasa sakit karena nonunion (gagal penyambungan) Malunion Fraktur distal klavikula disertai dengan terputusnya ligamen

coracoclavicular dan terjadi harus pergeseran ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang

dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tidak menunjukkan gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu dilakukan selama proses perawatan, tetapi lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (fase remodelling proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyembuhan tulang antara lain: berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit menghilang

dapat melakukan gerakan bahu secara penuh kekuatan kembali normal

H. PROSES PENYEMBUHAN TULANG Proses penyembuhan tulang terdiri dari 5 tahap yang meliputi: 1. Fase inflamasi Fase inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan

berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat terjadinya fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya suplai darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. 2. Fase proliferasi sel Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. 3. Fase pembentukan kallus Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan

mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu. 4. Fase konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan

memungkinkan

osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis

fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. 5. Fase remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

I.

KOMPLIKASI Komplikasi fraktur klavikula antara lain: Trauma saraf pada pleksus brakhialis Cedera vena atau arteria subklavikula akibat fragmen tulang Malunion Proses penyembuhan tulang berjalan normal dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Nonunion Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6 -9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Nonunion juga disebabkan aliran darah yang kurang.

J. PENGKAJIAN a. Keluhan utama Pada umumnya keluhan utama klien yang mengalami fraktur klavikula yaiu nyeri pada bahu setelah mengalami kecelakaan, jatuh, atau terbentur benda keras. Nyeri bisa akut atau kronik, tergantung lamanya serangan. b. Riwayat penyakit sekarang Dapat berupa kronologi terjadinya fraktur sehingga bisa ditentukan kekuatan hantaman atau benturan yang terjadi dan jenis fraktur klavikula yang dialami. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan dapat diketahui juga kemungkinan adanya luka kecelakaan yang lain. c. Riwayat penyakit dahulu Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets dapat menyebabkan fraktur DM patologis juga yang sering sulit untuk proses

menyambung.

Penyakit

dapat

menghambat

penyembuhan tulang d. Pola-pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya Kebiasaan pengguanaan obat-obat golongan steroid dapat mengganggu metabolisme kalsium Kebiasaan konsumsi alkohol dapat mengganggu keseimbangan klien sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya trauma auat cedera 2. Pola nutrisi dan metabolisme Klien dengan fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

3. Pola eliminasi Klien dengan fraktur klavikula bisanya tidk mengalami gangguan pada eliminasi uri maupun alvi 4. Pola tidur / istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. 5. Pola aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain. 6. Pola hubungan dan peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap 7. Pola persepsi dan konsep diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) 8. Pola sensori dan kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur 9. Pola reproduksi dan seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan

keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien 10. Pola penanggulangan stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif

11. Pola tata nilai dan keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien e. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran klien bisa apatis, sopor, koma, gelisah, atau

komposmentis tergantung pada keadaannya Tanda-tanda vital mungkin tidak normal karena adanya gangguan baik fungsi maupun bentuk 2. Pengkajian lokalis (pengkajian fokus) a. Look (inspeksi) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi). Cape au lait spot (birth mark). Fistulae. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau

hyperpigmentasi. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal). Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas) b. Feel (palpasi) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit, Capillary refill time Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal) c. Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Minta klien untuk menggerakkan ekstremitas dan catat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pergerakan yang dilihat / dinilai adalah pergerakan aktif maupun pasif. Klien dengan fraktur klavikula biasanya merasa nyeri pada bahu saat menggerakkan tangannya

K. MASALAH KEPERAWATAN No 1 Etiologi Jatuh atau terkena pukulan benda keras Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu Fraktur Klavikula Diskontinuitas tulang Nyeri akut 2 Jatuh atau terkena pukulan benda keras Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu Fraktur Klavikula Diskontinuitas tulang Kerusakan integritas jaringan 3 Jatuh atau terkena pukulan benda keras Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu Fraktur Klavikula Diskontinuitas tulang Kerusakan integritas kulit Kerusakan integritas jaringan Masalah Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar Laserasi kulit Kerusakan integritas kulit 4 Jatuh atau terkena pukulan benda keras Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu Fraktur Klavikula Diskontinuitas tulang Perubahan jaringan sekitar Deformitas Gangguan fungsi Gangguan mobilitas fisik 5 Jatuh atau terkena pukulan benda keras Hantaman atau tekanan yang keras pada bahu Fraktur Klavikula Diskontinuitas tulang Perubahan jaringan sekitar Risiko ifeksi Gangguan mobilitas fisik

Laserasi kulit Risiko infeksi

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut 2. Kerusakan integritas jaringan 3. Kerusakan integritas kulit 4. Gangguan mobilitas fisik 5. Risiko infeksi

M. TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri Akut Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam nyeri klien berkurang Kriteria hasil Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri TTV dalam batas normal Tidak mengalami gangguan tidur 3. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital) 4. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi 5. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena 6. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif 5. Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri 6. Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler 7. Lakukan tindakan untuk 7. Meningkatkan sirkulasi umum, 4. Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi 2. Observasi reaksi nonverbal ketidaknyamanan Intervensi 1. Monitor TTV Rasional 1. Nyeri dapat meningkatkan TD, RR, dan nadi klien 2. Membuktikan kesesuaian antara data subjektif dan objektif yang didapat dari klien 3. Menilai perkembangan masalah klien

meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi) 8. Tingkatkan istirahat

menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot 8. Nyeri dapat berkurang saat klien beristirahat

9. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional) 10. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan 11. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

9. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama 10. Menurunkan edema dan

mengurangi rasa nyeri

11.

Menurunkan nyeri melalui

mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer

Diagnosa keperawatan 2: Kerusakan integritas jaringan Tujian Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam kerusakan integritas Kriteria hasil Perfusi jaringan membaik Tidak ada tanda-tanda Intervensi 1. Observasi warna kulit dan jaringan, temperatur, dan sensasi Rasional 1. Mengetahui keadekuatan suplai darah dan inervasi syaraf

jaringan berkurang / membaik

infeksi Menunjukkan proses terjadinya penyembuhan tulang Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang perawatan luka

2. Tentukan faktor individu yang dapat meningkatkan insufisiensi sirkulasi dan yang dapat menghambat penyembuhan tulang seperti merokok, konsumsi alkohol, obesitas, dan gaya hidup 3. Evaluasi nadi distal area fraktur

2. Membantu dalam menentukan intervensi yang tepat

3. Mengetahui kondisi sirkulasi pada area distal terjadinya fraktur

4. Rawat luka dengan menggunakan teknik aseptic

4. Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan

5. Ajarkan pada keluarga tentang luka terbuka pada fraktur dan perawatannya 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit TKTP

5. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam perawatan klien 6. Diit TKTP diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan tulang

Diagnosa Keperawatan 3: Kerusakan integritas kulit Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam integritas kulit membaik Kriteria hasil Perfusi jaringan membaik Menunjukkan adanya proses penyembuhan luka Luka abrasi tidak meluas 2. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka Intervensi 1. Observasi warna kulit, temperatur, dan sensasi Rasional 1. Mengetahui keadekuatan suplai darah dan inervasi syaraf 2. Menghindari nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien 3. Rawat luka dengan menggunakan teknik aseptic 3. Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan 4. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang) 5. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips 4. Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas 5. Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi 6. Observasi keadaan kulit, 6. Menilai perkembangan

penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi 7. Ajarkan pada keluarga tentang luka terbuka pada fraktur dan perawatannya 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit TKTP

masalah klien

7. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam perawatan klien 8. Diit TKTP diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan tulang

Diagnosa Keperawatan 4: Gangguan mobilitas fisik Tujuan Dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil Mobilitas fisik klien meningkat Klien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Klien memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan 3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan Intervensi 1. Observasi mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Observasi secara teratur fungsi motorik klien 2. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif 2. Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler 3. Mengetahui respon tubuh terhadap latihan yang telah Rasional 1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam menggerakkan ekstremitas yang mengalami fraktur

dilakukan 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien 4. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis Diagnosa Keperawatan 5: Risiko infeksi Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami infeksi Kriteria hasil Klien bebas dari tandatanda terjadinya infeksi Klien dan keluarga menunjukkan kemampuan mengenali tanda-tanda infeksi 3. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang) Intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka 2. Lakukan perawatan luka sesuai protocol 2. Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan luka 3. Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi 4. Ajarkan klien dan keluarga 4. Meningkatkan partisipasi Rasional 1. Mengevaluasi perkembangan masalah klien

tentang tanda dan gejala infeksi

keluarga dalam perawatan klien dan dapat segera melaporkan kepada tenaga kesehatan jika ditemukan tanda-tanda infeksi pada klien

5. Kolaborasi pemberian antibiotika 5. Antibiotika spektrum luas atau dan toksoid tetanus sesuai indikasi spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus

N. EVALUASI 1. Nyeri yang dialami klien berkurang Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri TTV dalam batas normal Tidak mengalami gangguan tidur 2. Integritas jaringan membaik Perfusi jaringan membaik Tidak ada tanda-tanda infeksi Menunjukkan proses terjadinya penyembuhan tulang Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang perawatan luka 3. Integritas kulit membaik Perfusi jaringan membaik Menunjukkan adanya proses penyembuhan luka Luka abrasi tidak meluas 4. Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya Mobilitas fisik klien meningkat Klien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Klien memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan 5. Klien tidak mengalami infeksi Klien bebas dari tanda-tanda terjadinya infeksi Klien dan keluarga menunjukkan kemampuan mengenali tanda-tanda infeksi

O. REFERENSI Rubino, L. J. 2011. Clavicle Fractures. http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0104 Estephan, A. 2010. Clavicle Fracture in Emergency. http://emedicine.medscape.com/article/824564-treatment Wahyuni, S. 2010. Fraktur Klavikula. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta. http://www.scribd.com/sw_19877171/d/46678635-LP-FRAKTURKLAVIKULA Restantie, F. 2010. Fraktur Klavikula. http://www.scribd.com/doc/77909422/FRAKTUR-KLAVIKULA American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2011. Clavicle Fracture (Broken Collarbone). http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00072 Carpenito, Lynda Juall. 1999. Keperawatan. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta Herdman, T. Keather. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2009-2011. United Kingdom: Wiley-Blackwell Doengoes, Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting Client Care 3th Edition . Philadelphia: F. A. Davis Company Rencana Asuhan dan Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai